6. Ajakan kencan?

39 8 0
                                    

Happy reading💜💜💚💚

*****

Bagian enam

Rintik hujan yang datang dari semalam tidak juga reda sampai pagi menjelang. Keadaan ini semakin menambah kesan mendung di hati Salma, seakan langit ikut sama-sama merasakan kesedihan yang sedang Salma rasakan.

Setelah kejadian di pantai itu dengan Awan si tokoh utama yang membuat Salma banyak bersedih akhir-akhir ini, Awan laki-laki itu dengan tak acuhnya pulang hanya dengan berucap 'maaf' saja. Lalu Salma semakin kesal pada laki-laki itu karena sejak saat itu dia belum menampakan lagi batang hidungnya di depan Salma, dan sialnya lagi, kenapa hatinya masih saja merindu orang itu.

Dengan penuh umpatan dalam hatinya untuk si Awan, Salma dengan kasar mengambil tas di samping kursi kemudi mobilnya dan keluar dari mobil yang dia bawa dan membuka payung dengan kasar karena masih saja mengingat Awan dan merindunya.

Memasuki rumah sakit tempatnya bekerja, Salma mengesampingkan dulu masalah pribadinya lalu dia berubah ke dalam mode ramah.

"Selamat pagi, dokter Salma"

Sapaan dari suara yang sekarang mulai tidak asing baginya itu membuat Salma berhenti berjalan lalu membalikan tubuhnya pada seseorang yang menyapanya itu.

Salma sedikit menganggukkan kepalanya lalu tersenyum "selamat pagi juga pak Arman"

"Ah kamu, sudah saya bilang jangan panggil saya pak saya merasa tua sekali padahal kita hanya beda beberapa tahun saja" ujar Arman laki-laki yang sempat menjadi pasiennya itu kini sudah mulai sembuh.

Salma hanya tersenyum entah harus melakukan apa, masa dia tidak sopan dengan anak pemilik rumah sakit ini.

"Pak Arman cek up hari ini?" Tanya Salma saat mereka berdua sudah berjalan beriringan

"Tidak, saya mau ketemu sama ayah saya lalu saya mau membawa seorang dokter perempuan di sini yang sudah janji akan kencan dengan saya" ujarnya dengan tak acuh

"Oh?" Bingung Salma

"Kamu tidak bertanya siapa dokter perempuan itu? Ah kalau kamu tidak tahu hati saya sedikit tergores sakit"

Pertanyaan dari Arman tetap tak membuat otak Salma encer dengan harus menebak siapa perempuan yang akan di kencani Arman, dia mana tahu dia 'kan tidak punya sihir pembaca pikiran.

Melihat raut Salma yang bingung membuat Arman terkekeh "kamu orangnya, masa lupa? Saat saya sudah sembuh anggap saja sebagai ucapan terima kasih saya ke kamu saya akan ajak kamu buat dinner atau lunch bareng" penjelasan dari Arman itu membuat Salma mengerti dan paham, tapi kenapa jadi 'kencan?'

"Harusnya saya tahu kamu tidak akan paham dengan makna ajakan saya itu, mari saya duluan tunggu saya nanti saya jemput buat dinner"

Salma masih bengong sampai Arman telah meninggalkannya dengan menaiki lift untuk ke ruangan para tetinggi di rumah sakit ini.

"Kok gue mendadak kaya patung gini sih, kan nyebelin! Mau nolak ajakannnya sungkan gue. Tau ah!" Kesal Salma pada dirinya lalu dia masuk ke lift berikutnya.

******

"Halo cantik, kenapa murung gitu?" Tanya Salma pada pasiennya yang kali ini adalah anak kecil perempuan berumur sekitar 6 tahunan.

Anak kecil itu tetap bungkam dengan eksepresi mendungnya.

"Sela, tuh di tanya sama ibu dokternya" ucap wanita paruh baya yang berada di sebelah si anak kecil itu.

Baru ibunya berkata seperti itu, anak kecil bernama Sela itu menatap ke arah Salma.

"Sakit, sela takut sela nggak bisa jalan lagi dan main-main sama teman-teman sela lagi" ucap anak kecil itu lalu isakannya terdengar.

Salma berpindah ke sisi anak kecil itu "Hei, jangan bilang kaya gitu. Kamu pasti sembuh, pasti bisa berjalan lagi dan lari-larian lagi sama temen kamu. Sakit ini nggak akan lama" ujar Salma menenangkan anak kecil itu.

"Sekarang Sela harus banyak tersenyum dan semangat, walaupun agak sakit tapi sela anak kuat 'kan?" Melihat anggukan dari Sela, Salma tersenyum lega.

"Sekarang makan ya, biar Sela kuat dan nanti sakit di kakinya juga akan terasa ringan kalau sela kuat, semangat, dan banyak tersenyum" Salma mengusap lembut rambut hitam legam Sela.

"Dokter pamit dulu, besok saat dokter ke sini lagi kamu jangan murung lagi ya"

Sela mengangguk dan tersenyum dengan lebar "terima kasih dokter cantik"

"Sama-sama cantik"

Menganggukkan kepalanya pada ibu si anak kecil itu.

Di ikuti oleh satu orang perawat bernama Dian, Salma keluar dari ruangan pasien itu.

"Saya duluan, terima kasih buat hari ini Dian" pamit Salma langsung ke ruangannya.

Setelah sampai di pelataran parkir rumah sakit Salma mendengar lagi suara yang menyapanya.

"Tapi saya bawa mobil pak" ucap Salma setelah melihat Arman ternyata ada di parkiran juga.

"Saya tahu, tinggalkan saja mobil kamu. Besok saya jemput kamu buat berangkat kerjanya"

Bisakah Salma menolak jika seperti itu? Mungkin kalau dulu bisa, tapi sekarang Salma tidak suka berdebat seperti dulu lagi.

Salma mengangguk dan masuk ke dalam mobil Arman setelah di tuntun Arman ke arah mobilnya yang mewah itu.

"Saya tidak suka dengan hal yang buru-buru, tapi saya juga tidak bisa sesantai biasanya. Jadi saya pastikan ini akan berjalan dengan menyenangkan" Arman tersenyum melihat Salma yang nampaknya masih belum terbiasa dengan dirinya.

"Hah?" Kaget Salma

"Sepertinya kamu banyak melamun"

Lalu hening, tidak ada lagi pembicaraan di dalam mobil itu. Arman dengan rencananya untuk menaklukan hati Salma, lalu Salma dengan kebingungannya atas sikap Arman.

******

Halooo!!!

💜💜💚💚

Ada yang kangen sama dek Awan?

Jangan lupa buat vote, comment, dan share juga cerita ini😘

Kalau ada typo dan kesalahan lainnya, maafkan author ini yang masih belajar juga.😊😊😊

Hi, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang