*****Bagian lima
"Beach?"
Seruan pertama Salma saat sudah sampai di tempat yang di tuju oleh Awan, amazing pantai terdekat dari rumahnya dan juga penuh dengan kenangan.
"Katanya cuma sebentar, iya sebentar sih pantai banget nih?" oceh Salma yang tak di hiraukan oleh Awan, dan lali laki itu keluar dari mobil lebih dulu dan Salma mengikuti langkah Awan.
Laki-laki itu berjalan dengan perlahan untuk mendekati pantai yang di tujunya. Bukan tanpa sebab ia membawa serta Salma ke pantai ini, yang jaraknya cukup memakan waktu sekitar dua jam dari rumah sakit tempat Salma bekerja. Dia harus berbohong dulu pada Salma agar dia mau ikut dengannya, Awan tahu Salma masih marah padanya atas insiden dua tahun lalu.
"Awan, sumpah kenapa nggak lo bawa pulang gue aja 'sih? Gue capek tahu, gue mau mandi, makan yang kenyang, terus gue mau tidur kenapa lo malah bawa gue ke sini 'sih, kenapa?" Kekesalan Salma terus bertamabah seiring dengan nada bicaranya yang sedikit meninggi pada Awan yang masih tak acuh padanya, Awan masih setia menutup mulutnya.
Awan hanya mengotak atik kameranya tanpa menghiraukan Salma yang menahan kekesalannya pada Awan, dan diam diam Awan tersenyum dalam keterdiamannya mendengar ocehan da
Salma terus mengoceh tentang rencananya dan setiap kebiasaanya jika sudah pulang kerja mau pulang larut atau masih pagi, kebiasaan yang bisa di bilang monoton sekali.
"Kenapa kehidupan mbak seperti jalan di tempat dan terdengar monoton banget, kemana mbak Sal yang suka jalan-jalan ke suatu tempat atau nongkrong tanpa tahu waktu itu?" Pertanyaan dengan nada herannya Awan lontarkan pada Salma yang tepat berdiri di belakangnya.
Perlahan Awan membalikan tubuhnya seraya menggantung kembali kamera di lehernya dan langsung mengahadap pada Salma yang berdiri mematung mendengar pertanyaan dari Awan itu.
"Kenapa mbak banyak berubah, biasanya mbak suka pantai di saat perasaan mbak sedih ataupun bahagia. Kata mbak Sal, suara ombak dan pasir pantai membuat tenang dan menyukai pantai" tutur Awan pada Salma yang masih diam membisu.
"Kena__"
"Stop!"
Salma menyela ucapan Awan tentang kebiasaanya dulu, hidupnya berubah tepat saat Awan pergi darinya dan meninggalkan luka di hatinya. Sejak saat itu Salma menjalani kehidupan yang sering dia cibir itu yang kini dia sedang menjalaninya, kehidupan yang monton bagi seseorang yang bebas, yang suka bermain, bergaul, berinteraksi tanpa canggung, dan hidup tanpa beban.
Salma menatap tepat pada mata Awan. Ada sorot terkejut dari sorot matanya, mungkin terkejut dengan Salma yang menatapnya seraya bercucuran air mata.
"Stop it! Gue kaya gini karena lo!" Lirih Salma lalu telunjuknya dia arahkan ke dada Awan dengan lemah, lalu mengubhanya menjadi kepalan dan memukulnya agak keras ke dada Awan.
"Gue tahu gue terdengar lebay, tapi lo tahu gue suka lo lebih dari teman. Dan saat lo cuma anggap gue sebagai teman sekaligus kakak lo, gue tekan rasa suka gue buat maklum" Salma terengah seraya tak gentar menatap Awan dengan sorot tajamnya "gue berpikir cukup lo ada di samping gue, gue tenang dan bahagia walaupun gue tahu lo nggak membalas perasaan gue. Senaif itu dulu gue tentang cinta, tanpa sadar ada saatnya lo akan pergi dengan cinta yang lo inginkan atau pergi tanpa alasan kaya yang lo lakuin ke gue!" Tandas Salma dan kini memukul dada bagian atas Awan yang mendekati bahunya.
Awan termenung dengan semua yang di ucapkan oleh mbak Sal-nya itu. Dia membiarkan tubuhnya di pukul terus oleh Salma, lalu kesadaran menyentaknya, dia memegang kepalan tangan Salma dan menggenggamnya.
Sorotnya lebih teduh menatap Salma yang masih menatap Awan dengan sorot tajamnya dan air mata yang masih menetes dari matanya.
"Mbak Sal, ayo kita pulang" ucap Awan lembut dan menganggap tidak ada kejadian apapun, mengaggap semuanya baik-baik saja dan Salma hanya pasrah saat Awan menariknya membawa kembali pada mobilnya untuk pulang.
Salma merasa semakin muak dengan pantai yang dulu dia suka, dulu dia sering menghabiskan waktunya di sini, di pantai ini dengan seseorang yang sekarang yang sedang menuntun lengannya.
Salma juga semakin muak dengan laki-laki ini yang seolah tak terjadi apa-apa atas kejadian barusan. Padahal itu semuanya salah dia tapi kenapa hatinya masih tetap membela si Awan itu dan kenapa hatinya juga tidak bisa membenci Awan teman yang berubah menjadi laki-laki yang di cintainya itu.
Dalam perjalan pulang dari pantai kali ini, tak ada cerita yang dulu sering mereka lakukan jika sudah puas bermain di pantai dan memutuskan untuk pulang. Di dalam perjalanan mereka, mereka isi dengan canda tawa. Tidak seperti sekarang, yang saling diam membisu dan saling mengalihkan tatapannya dan seiringnya mobil berjalan mereka semakin tenggelam dengan pikiriannya mereka masing-masing.
Maklum juga mungkin ini efek dua tahun lalu, saat mereka berpisah tanpa baik-baik. Yang satu sakit hati atas cinta bertepuk sebelah tangannya dan yang satu menggenggam sebuah penyesalan karena pergi tanpa pamit pada temannya.
Pantai kali ini Salma membencinya dan pantai untuk kali ini juga Awan merasa tidak bisa berkata-kata.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Love
Short StorySalma adalah seorang Dokter yang baru saja lulus dan sedang melanjutkan ke tahap spesialisnya, yang menerapkan bahwa hidupnya selalu monoton setelah di tinggal oleh gebetan sekaligus teman kecilnya saat dia ada di masa 'cinta itu segalanya' Tak lama...