16. Bersama

19 2 0
                                    

Happy reading❤❤❤

*****

Bagian enam belas

"Di jemput?"

Tanya Lia pada Salma yang sedang fokus pada ponselnya, Salma menjawab dengan deheman pertanyaan dari sahabatnya itu.

"Sama si dede gemes ya?" Celetukan dari Queen membuat Salma melepaskan fokusnya dari ponselnya dan menatap dengan ngeri pada Queen, yang di balas dengan tatapan mengejek oleh Queen.

Sebelum membalas ucapan Queen terdengar lebih dulu suara tawa puas dari Lia. Salma mendelikan matanya pada Lia yang masih tertawa sangat puas.

Terduga, yanga bertanya tadi melengos kembali fokus pada makanannya seraya melihat lalu lalang jalanan yang terlihat dari kaca jendela tempat mereka bertiga bertemu.

"Dasar lo! Gue sama dia cuma beda dua tahun dan dia bukan dede gemes lagi" seru Salma dengan kesal pada kedua sahabatnya itu.

Hari ini mereka bertiga menjanjikan untuk bertemu saling melepas rindu karena sudah hampir lama mereka tidak bertemu dalam waktu yang panjang dan terlihat santai, mereka bertemu di kafe langganan mereka dari mulai kuliah dulu. Kalau Salma dan Lia mungkin sering berpapasan saat di Rumah sakit, tapi tetap tak banyak waktu untuk saling curhat dan lainnya. Apalagi Queen yang paling parah, sahabatnya yang satu ini susah untuk di ajak meet up karena terlalu sering di kurung sama pacar si posesifnya.

"Iya bukan degem lagi, tapi udah jadi berondong kesayangan 'kan?" Itu suara Lia yang di susul dengan kikikan senangnya.

"Berisik kalian!" Ujar Salma pura pura marah karena terlalu sering di singgung tentang kisah percintaannya dengan Awan si berondong yang beda dua tahun itu.

Suara tawa kembali terdengar dari Lia dan Queen, memang benar kedua sahabatnya itu suka sekali kalau tidak saling membuat kesal satu sama lain, tapi sayangnya Salma menyayangi mereka.

"Eh, bukannya lo juga lagi deket sama si Arman?"

Salma menegang sebentar, sempat melupakan nama itu yang masih sering spam chat kepadanya karena terlalu senang dengan Awan yang sudah ada di sekitarnya itu. Lah, kok?

"Nggak sedeket itu kok" balas Salma

"Tapi si Arman cerita ke gue kalau lo kaya yang ngasih lampu hijau buat deketin lo, jangan bilang Arman cuma jadi pelarian lo?"

Perkataan dari Lia membuat Salma membulatkan matanya dan dia merasakan hatinya membenarkan akan kedekatannya akhir-akhir ini dengan Arman. Tentang pengakuan cintanya Arman yang tak di pikirkan kembali, atau lebih tepatnya Arman di buat pelarian oleh Salma dari penatnya hati yang masih bersarang pada Awan, susah memang kalau mau menggeser tahta dari masa lalu 'tuh.

Lia yang melihat keterdiaman dari Salma membuat dia melirik dahulu kepada Queen yang hanya menonton karena dia bisa di bilang kurang update tentang kisah percintaan sahabatnya, berdehem untuk mencairkan suasana yang tiba tiba menjadi canggung

"Kalau itu bener, stop sampai di sini Sal. Bukan gue belain si Arman karena dia sepupu gue, tapi gue mencoba buat menjaga perasaan kalian berdua. Kalau lo masih cinta sama Awan lo bicarain baik-baik sama si Awan itu. Dan lo bisa bilang secara perlahan juga untuk menghentikan pendekataan Arman sama lo. Kalau lo mau coba hapus perasaan lo, itu nggak akan berhasil Sal. Apalagi cara lo pakai pelarian gini malah nyiksa lo lebih sakit lagi dan itu ngga bener Sal"

Helaan nafas panjang Lia dia keluarkan setelah menyampaikan unek-unek dan sedikit penerangan bagi Salma. Meneguk es jeruknya, dia melihat raut Salma yang berubah menjadi mendung, memang sahabatnya ini perlu di getok dulu pakai palu agar otaknya menjadi encer kembali, apalagi tentang masalah perasaan.

Keheningan menyapa mereka dalam sekejap, sebelum suara ponsel dari salah satu mereka berdering.

Salma melihat ponselnya yang berdering dan menampilkan sebuah nama yang mampu menjungkir balikan perasaannya itu.

"Terima kasih buat saran lo Lia, gue akan mencobanya. Gue duluan, see you guys!"

Setelah itu Salma pergi meninggalkan Lia dan Queen yang memang belum di jemput untuk pulang oleh masing-masing pasangannya.

Salma melangkahkan kakinya menuju arah parkiran, dan dia masuk ke dalam salah satu mobil yang sudah dia kenali. Menyapa dengan senyum manis pada orang yang menjemputnya itu, Salma duduk manis di kursi sebelah pengemudi dan memasangkan sabuk pengamannya dan mobil pun melaju untuk membelah jalanan yang ada di kota kembang itu.

"Ngerepotin nggak?" Tanya Salma memecah kehingan dahulu, seraya menyetel musik di radio.

Awan orang yang menjemputnya itu tersenyum dan menggeleng, Awan kembali fokus pada setirannya pada dasarnya memang Awan tipikal cowok yang pendiam tapi asik jika sudah lama kenal.

"Aku juga lagi free jadi nggak masalah apalagi buat mbak aku pasti bisa, mau jemput mbak yang lagi pulang tengah malam aja aku jabanin mbak" lalu di susul oleh suara tawa kecil dari Awan.

Dan kenapa hati Salma jedag jedug seperti ini, dia macam anak remaja yang sedang jatuh cinta saja. Menggelengkan kepalanya dari pikiran ngaconya, Salma mengelus dadanya agar jantungnya tak bertalu lebih cepat dan mengalihkan tatapannya ke luar jendela mobil

"Mbak?"

Asyik melihat jalanan yang ramai padat karena hari sudah mulai senja, Salma menatap Awan heran setelah memanggilnya. Terlihat wajah Awan yang berkerut seperti ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.

"Aku keterima kerja di Aussie. Dulu aku iseng isi lamaran kerja di sana, dan aku kaget juga saat kemarin aku di terima kerja, dan mungkin pas widuda nanti aku nggak balik lagi ke sini. Aku tinggal di sana"

Salma terkejut dan mencoba untuk menutupinya, pikirannya buyar, dan ada rasa sakit yang berdenyut di sudut hatinya, kenapa tiba-tiba seperti ini Awan memberitahukannya, kesannya Salma seperti terkena love bombing oleh si Awan ini.

Cintanya memang terbalas, tapi tidak dengan saling memilki. Salma kira akan ada happy ending di kisah percintaannya kali ini, nyatanya seperti ini akhirnya. Haruskah Salma gagal move on part 2? 

*****

Halooo💜💜💜

Maaf baru up🙏

Jangan lupa buat vote, comment, dan share juga cerita ini😊

Kalau ada typo dan kesalahan lainnya langsung comment ya🐣

Hi, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang