12.kepsek

2.2K 131 1
                                    

"Om brams!" pekik Alena ketika masuk ke dalam ruang tamu keluarga Jovanka,ketika melihat paman yang begitu ia rindukan tengah asik duduk di sofa,sembari membaca koran.

"Hay,keponakan om" ujar Brams,langsung berdiri lalu mengembangkan kedua tangan nya lebar lebar,bersiap mendekap tubuh Alena yang berlari ke arah nya.

"Alena kangen banget om" ujar Alena bergelayut manja di dalam pelukan hangat Brams.

"om juga kangen sama kamu,lagian semenjak kepergian mama,papa kamu jadi jarang main ke sini" ujar Brams sembari merenggangkan pelukannya.

"maaf ya om,soal nya Alena juga akhir akhir ini sibuk ngejar materi pelajaran di sekolah,kan Alena baru pindah sekolah" Alena memberi penjelasan.

"iya om tau,Jovanka udah cerita kok sama om" ujar Brams tersenyum."emm terus gimana perkembangan kasus orang tua kamu?" tanya Brams hati hati,jangan sampai membuat Alena kembali down.

Alena tertunduk dalam,sembari mengeleng pelan.
"Alena belum dapet bukti apa pun om!" ujar Alena lirih.

"Hay!" Brams perlahan mengangkat dagu Alena perlahan,lalu tersenyum penuh kehangatan.

Alena manatap Brams dengan tatapan sendu,ia menatap wajah paman nya yang begitu mirip dengan mendiang papa nya.
"Alena ngerasa gagal jadi anak om,aku ngerasa ga ada guna nya!" ujar Alena dengan mata yang mulai berkaca kaca.

Brams mengeleng pelan." kamu bukan gagal!.tapi kamu hanya perlu sedikit waktu.semua perlu proses,om yakin kok cepat atau lambat semua nya bakal kebongkar!" .

"tapi gimana kalau aku gagal?" ujar Alena dengan suara yang bergetar.

"ga ada kata gagal dalam kamus keluarga Kalandra Argaguna !"ujar Brams mantap.

Kata kata itu seolah membangkitkan kembali asa Alena.membuat senyum simpul terbit dari bibir ranum merah muda miliknya.

"maafin om juga yah,om belum bisa berbuat banyak.om perlu bukti yang kuat untuk bertindak,karena kita ga boleh ngegabah apa lagi menghukum orang yang belum terbukti bersalah.maka nya om perlu bantuan kamu untuk cari tau semua nya!" ujar Brams panjang lebar.

****

"kanapa lo ga ratain aja merkas Retro tadi Hah?!" ujar Danu sembari menatap lekat Gavriel.    " lo juga Kris kenapa kalian diam aja sih?!" Sambung Danu sembari menatap Gavriel dan kris secara bergantian.

Suasana markas Jervanos tengah memanas,karena kajadian tadi.

"Tapi kita juga belum punya bukti kan?" ujar Gavriel.

"bukti? Lo bilang bukti?.kita ga perlu bukti Gav,cukup pakai otak lo!. Mereka adalah musuh bebuyutan kita,jadi bukan sesuatu yang ga mungkin kalau mereka adalah pelaku nya". Tegas Danu.

"udah Dan,lo tenang dulu.kita harus pakai kepala dingin,jangan emosi mulu!" cergas Kris.

"GIMANA GUE GA EMOSI KRIS!! SAHABAT GUE,SAHABAT KITA SEMUA.KOMA DI RUMAH SAKIT!!" Bentak Danu.

"DIA JUGA SAHABAT GUE!. GUE JUGA SEDIH DAN.TAPI BUKAN BERARTI KITA HARUS MAIN NUDUH SEMBARANGAN!" bentak balik Gavriel.

"sembarangan?!" Danu tertawa ketir." oh...gue tau!!.lo kayak gini karena di sana ada Alena kan? LO SUKA SAMA ALENA?" kesal Danu.

" ini bukan masalah suka atau ga suka Dan!! . Lo juga harus inget musuh kita tuh Retro bukan Alena" .ujar Gavriel lagi.
"pliiis Dan kasih gue waktu buat cari tau semua nya" sambung Gavriel penuh harap.

Gavriel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang