24.PEMAKAMAN

1.3K 68 7
                                    

Hujan deras menguyung kota jakarta,seolah ikut turut berduka cinta atas kepergian Dinda.

Orang-orang dengan atribut serba hitam yang berlindung dibawah payung,tampak berkumpul di liang lahat Dinda,menghantarkan Dinda ketempat peristirahat terakhirnya.

Perlahan jenazah Dinda diturunkan kedalam liang lahat,membuat keluarga serta teman-temannya yang hadir tak dapat membendung air mata.

Prosesi tabur bunga dilakukan oleh keluarga,terutama Arina berserta suaminya, Prasetyo.
Arina mencengram tanah kubiran Dinda yang masih basah,dengan tatapan penuh duka,urat-urat tangan Arina tampak menonjol menandakan dendam dan Amarah yang teramat dalam.

"Mama berjanji,selagi mama masih bernafas,mama ga akan membiarkan orang yang udah bunuh kamu hidup dengan tenang!".ujar Arina sembari semakin mencengram erat tanah pemakaman Dinda.

Prasetyo tak henti-henti mengelus-ulus kedua pundak istrinya,seolah menyalurkan kekuatan."kita pulang ya ma,ini hujan nya makin deras,ga baik buat kesehatan mama".

"tapi pa-"

"ma,plis nurut sama papa yah!".ujar Praseryo tegas.

Hal itu membuat Arina mengalah,dan mengiyakan permintaan Prasetyo.

Disisi lain,Gavriel serta beberapa anggota Jervanos masih setia berdiri di belakang Arina dan Prasetyo,bahkan tanpa payung,mereka membiarkan air hujan membasahi tubuh mereka.

Sedangkan disisi kiri makan Dinda,sahabat-sahabatnya masih setia berdiri disana.siapa lagi kalau bukan Dewi,Raqel,dan Aqela.mereka benar-benar terpukul akan kepergian sahabat terdekat mereka.

Arina dan Prasetyo perlahan berdiri,dan menatap kearah sahabat-sahabat Dinda.

"Dewi,Aqela,Raqel kalian belum mau pulang?".tanya Arina dengan suara serak.

"kita masih mau di sini tante".ujar Aqela.

"kalau gitu tante pulang deluan yah".

Mereka seketika mengangguk."hati-hati ya om,tante".ucap Dewi.

Arina dan Prasetyo kembali berbalik,kini menatap Gavriel dan yang lainnya.
Arina tersenyum hambar,sembari berjalan pelan menghampiri Gavriel.
Arina mengapai tangan Gavriel lalu mengengamnya erat.

"kamu harapan tante Gav".ujar Arina.

Gavriel menautkan kedua Alis tak paham dengan apa yang Arina ucapkan.
"maksud tante?".

"cuman kamu yang bisa bantu tante,untuk nyeret orang yang namanya Alena itu untuk masuk kedalam penjara".

Gavriel terdiam sesaat,jujur Gavriel dilema,Gavriel juga sebenarnya tak tega melihat keterpurukan Alena,tapi Gavriel juga harus mencari keadilan untuk Dinda.

"kenapa kamu diem?".

Ucapan Arina membuat Gavriel tersadar dari lamunannya.
"i-iya Tante".jawab Gavriel."G-Gavriel bakal bantu semaksimal mungkin".sambungnya lagi.

Mendapat jawaban dari Gavriel,membuat Arina tersenyum lega."makasih ya".Arina melepaskan gengamannya."tante deluan ya Gav".ujar Arina sebelum pergi berlalu bersama suaminya.

Raqel berjongkok dihadapan makan Dinda dengan tatapan nanar.Rasanya baru kemarin mereka ketemu,dan bersendagurau bersama.semuanya terjadi begitu cepat.rasanya tak percaya dengan semua ini.

Aqela dan Dewi saling menatap,mereka paham betul akan perasaan Raqel.karena itu juga perasaan yang sama dengan yang mereka rasakan.mereka ikut berjongkok saling merangkul dan menguatkan satu sama lain.

"tolong bilang sama gue,kalau ini cuman mimpi,ini cuman mimpi buruk gue doang kan wi,qel?".ujar Raqel lirih,sembari menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

Gavriel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang