Part 1

696 121 16
                                    

2012, Seoul

Upacara kelulusan SMA. Sooyoung menatap kesekelilingnya. Wanita itu meneguk ludahnya beberapa kali. Rasanya ingin menangis saja saat ini. Tidak. Bukan karna ia terharu. Hatinya begitu iri dengan teman-temannya yang terlihat sibuk berpotret riang bersama keluarganya. Dan jangan lupakan Bouquet yang sudah menjadi keharusan dalam kultural kelulusan tersebut. Ia menghela nafas dan terus melanjutkan langkahnya kembali masuk kedalam gedung. Namun langkahnya terhenti. Terlihat seorang pemuda yang sepantaran dengannya membawakan sebuah bouquet untuknya dan bahkan menarik tangannya tanpa izin. Mau tidak mau Sooyoung ikut terseret mengikuti maunya Jungkook. Pemuda tampan yang berstatus sebagai sahabatnya.

"Sooyoung! Sini ayo foto bersama kami!", ibu dari Jungkook memanggilnya untuk mendekat. Sang ayah pria itu juga sama. Memberinya kode untuk segera bergegas berfoto bersama mereka. Sooyoung tersenyum penuh haru. Meskipun ia masih mengharapkan bahwa Jinri akan segera bangkit dari komanya dan menghadiri hari besarnya hari ini. Atau paling tidak Yerim dan Chanyeol yang datang untuknya. Sesungguhnya ia menginginkan ayahnya yang datang. Ayahnya yang akan paling bangga dengannya karena akademis Sooyoung yang tak pernah mengecewakan. Sayangnya... Ia sudah berhenti berharap pada ayahnya. Jungkook dan Sooyoung kini berdiri di tengah sedangkan ibu Jungkook terlihat memeluk gadis SMA itu dan jangan lupakan Somi adik kecil Jungkook yang menggandeng erat tangan milik Sooyoung.

"Ibumu pasti bangga padamu, nak", ucap ibu Jungkook hangat. Sooyoung hanya tersenyum tipis. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ayah dari pemuda itu juga mengangguk setuju.

"Kami juga bangga padamu", ayah Jungkook berucap tulus. Keluarga Jungkook beserta sosok Jungkook itu sendiri memang yang paling berperan saat ini. Apalagi semenjak Jinri kecelakaan dan tak kunjung membuka matanya untuknya.

"Terimakasih",

"PARK SOO!!!", seorang pemuda jangkung dengan almamater, tas biola pada punggungnya beserta dengan bouquet super besar itu terlihat berlari menghampirinya. Sooyoung menatap apa yang ia lihat tidak percaya. Air matanya jatuh begitu saja. Langkah kakinya begitu sama terburu-burunya dengan sosok jangkung yang memanggilnya sekeras itu.

"Kenapa kau datang?", tanya Sooyoung lirih. Chanyeol menatapnya datar lalu tak lama setelah itu memeluk Sooyoung erat.

"Bagaimana bisa aku melewatkan hari ini", balas Chanyeol sambil mengacak-acak rambut Sooyoung jahil. Ia menyerahkan bouquet super besar itu pada Sooyoung.

"Biar aku fotokan", Jungkook berjalan mendekati Chanyeol dan juga Sooyoung. Jungkook menjepret foto tersebut dengan baik. Polaroid itu menghasilkan beberapa helai foto penuh arti dan berharga. Kedua Park bersaudara itu tersenyum lebar pada foto tersebut.

'Sejujurnya aku berharap ayah dan juga Ji-won eomma, Yerim dan Jinri berada disini',

......................................................................

"Onni. Chanyeol oppa tadi juga membawakanku sebuah buket super besar dan lihatlah foto-foto ini", Sooyoung mengajak Jinri yang terbaring tak berdaya untuk berbicara. Berharap Jinri benar-benar mendengarkannya. Dan segera membuka mata lalu merespon semua celotehannya.

"Onni. Bangunlah. Hariku semakin berat dari hari kehari. Aku takut sendirian Onni", Sooyoung berujar lirih penuh putus asa. Ia terus berbicara pada Jinri seolah Jinri akan segera meresponnya sampai akhirnya pengingat pada ponselnya berbunyi memberinya isyarat bahwa ia harus segera pergi dari rumah sakit ini.

"Onni aku pergi dulu. Nanti aku akan datang lagi", Sooyoung berlari keluar dari ruangan dimana Jinri dirawat. Sambil berlari ia terlihat mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda. Sampai akhirnya langkahnya menjadi lebih santai begitu sudah menginjakkan kakinya pada sebuah ruko.

Brittle (VJOY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang