≈26≈

1K 155 11
                                    

∞Author POV∞

Kalian sama-sama dalam posisi siap menyerang.

Meski dari bawahmu masih mengalir darah segar.

"Oi, junbi ii ka?", gumam Sukuna maniknya melirikmu.

"Aa, ikuzo", jawabmu. "Sore Suguru janai, Kenjaku da"

"Kutukan rendahan, beraninya mencabik-cabik kenangan ratuku"

Kau berusaha tetap tegak meski kakimu serasa gemetar.

Sukuna tahu itu dengan cepat.

Sat set begitu :v

Sukuna melepaskan panah api ke arah Kenjaku.

Yang sebenarnya ia incar hanyalah tangki bensin di belakangnya.

Begitu asap tercipta karena ledakan yang ia ciptakan.

Dengan gerak cepat dia mengangkatmu dan membawamu pergi jauh dari sana.

Ke akademi jujutsu.

Membuatmu yang tadi ingin mengaktifkan mata kutukanmu jadi tertunda setelah melihat sekitarmu.

"Nande koko ni!?", kesalmu. "Percuma aku sudah siap mati tahu! Kutukan kepa-!"

Mulutmu tidak bisa lagi membacot :v

Karena dikunci oleh sang raja kutukan dengn lembut.

Tumben :v

Kau pun luluh dan membalas ciuman itu.

"Ecchie~"

Pasti ada orang ketiga di antara kalian yang sedang mesra :v

Siapa lagi kalau bukan Gojo Satoru dan para minionnya :v

Dari jauh tapi :v

Sukuna menyisir rambutmu ke belakang ketika menyudahi ciumannya. "Aku sudah ingat semuanya...aku tidak ingin kau mati sekalipun kau ingin"

"Aku bukan 'aku' yang kau kenal di masa lalu meski aku reinkarnasi sekalipun. Turunkan aku, aku akan melawan Kenjaku"

"Tidak sebelum kau pulih"

"Heki da"

"Kau itu sekarang lebih lemah dari bayi babi tahu"

Mukamu langsung bete disamakan degan babi.

"[Y/n]", Ieiri Shoko menghampirimu. "Kau tidak baik sama sekali, kau bahkan lebih pucat dari mayat. Bawa dia ke ruanganku"

"Shoko, aku--"

"Kali ini aku setuju denganmu manusia"

Perkataan Sukuna justru membuatmu kaget.

Dia bisanya tidak pernah mau menurut pada manusia manapun.

Sesuai dengan perkataannya, dia membawamu ke ruangan Shoko untuk diobati.

Selang dan kantong darah terhubung masuk ke pembuluh darah di tanganmu.

Tersadar akan apa yang terjadi, bulir air menumpuk di pelupuk matamu.

Helaan nafas panjang terdengar.

Kau menutup wajahmu demgan tangan, ingin menyembunyikan segala perasaan yang muncul.

Ingin memendam semua perasaan yang muncul.

"Oi", Sukuna menyingkirkan tanganmu dengan lembut. "Bukan salahmu"

Tangannya menghapus jejak air matamu dengan lembut.

"Aku marah, dia mengambil segalanya dariku. Tapi jika aku bertindak dengan emosiku semua akan kacau, aku mungkin akan kehilanganmu lagi [y/n]"

"Aku kesal", gumammu. "Dia memakai tubuh itu, wajah itu, semua yang ada pada dirinya adalah Geto Suguru yang kukenal tapi...dia bukan Geto Suguru"

"Orang yang mati tidak bisa dibangkitkan lagi"

"Uhm...aku membencinya karena menginjak-injak kenanganku bersama Suguru"

"Aku cemburu karena hal itu", Sukuna mengecup keningmu. "Istirahatlah"

Anehnya hanya dengan kata itu matamu serasa berat dan akhirnya tertidur.

Seolah terkena kutukan milik klan Inumaki.

Sukuna menyingkirkan setitik bulir air mata di matamu.

"Aku pastikan kali ini...tidak akan ada air mata lagi di hidupmu, [y/n]"

👹👹👹

∞Reader POV∞

Begitu aku membuka mataku.

Aku ada di kamarku.

Kamar asrama lebih tepatnya.

Padahal tadi aku ada di ruangan Shoko.

Kantong darah tidak ada lagi diganti dengan cairan infus.

Kondisiku benar-benar lemah ya...

Aku sendiri tidak tahu.

Aku bisa tidur nyenyak.

Namun rasanya hampa.

"Sudah lebih baik?"

"Itadori Yuuji?", kenapa ada di kamarku?

"Ah, itu aku dimintai Sukuna cih"

"Fuh, padahal kau bisa menolaknya"

"Dia mengancamku"

"Maaf ya, Yuuji"

"A-aku bawa makanan dan obat dari Ieiri-san"

"Sukuna wa?"

"Katanya mau menenangkan diri"

Tumben sekali.

Amarahnya itu memang berbahaya.

Bisa saja Jepang tidak ada lagi di peta dunia.

"Yuuji, apa Yaga-sensei menyuruh semua shaman bertindak?"

"Hm...selama ini sebelum ngamuk sih Sukuna bisa kami kendalikan sekua berkat [y/n]-san"

"Soal diriku apa mereka mencari tahu?"

"Uhn, tapi katanya buntu terus Sukuna kabur dan kembali dengan [y/n]-san"

Kenjaku sangat pintar ternyata.

Melebihi Mahito.

Karena wadahnya Suguru dia jadi sangat berhati-hati.

Dia menirunya.

Aku benci hal itu.

"Yuuji, tolong sampaikan pada semuanya. Setelah ini tidak ada yang boleh ikut campur, ini urusanku dengannya"

"Tapi--"

"Maaf Yuuji, aku mohon"

Tidak boleh ada korban lagi dan Kenjaku lain.

Cukup sampai Geto Suguru saja.

Red ChainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang