12 || Harapan

1.1K 90 12
                                    

🎶Janji hati - Ifan seventeen🎶

-Happy reading 📖-

•Karna bahagia saya selalu tentang kamu•

Zara kini tengah berada di dapur bersama dengan Riska. Keduanya tengah mempersiapkan makanan untuk sarapan.

Selepas sholat tahajud, Zara benar-benar tak tidur sampai sekarang. Aidan mengajaknya untuk mengaji. Zara ingin menolak juga tak enak, jadilah Zara menyetujuinya. Namun aneh, biasanya saja saat sholat subuh, di jam segini Zara sudah merasakan ngantuk berat, namun kini tidak, bahkan Zara tampak biasa saja.

"Semalam gimana?" tanya Riska dengan seringai menggoda.

Zara yang tadinya sibuk memotong wortel pun mengalihkan pandangannya kearah Riska, "Maksud tan- eh maksud umi?" tanyanya dengan kerutan di dahi. Memang semalam Riska sudah menyuruh Zara untuk memanggilnya dengan sebutan 'umi' agar tidak begitu canggung, dan ditambah sekarang Riska sudah menjadi ibu mertuanya.

"Masa harus umi jelasin sih."

Zara terdiam seraya mencerna ucapan Riska. Sebentar, apakah Riska menanyakan tentang malam pertama?

Ah! Tidak-tidak! Itu sungguh tidak ada di pikiran Zara untuk saat ini.

"Heh! Bengong lagi," senggol Riska membuat Zara terkekeh pelan, "Jangan bilang semalam kalian langsung tidur?"

"Ya... terus?"

Riska menghela nafasnya, "Punya menantu kok polos banget."

Zara tertawa canggung, "Semalam Zara sama Aidan udah sama-sama ngantuk trus capek juga umi. Makanya, kita langsung tidur."

"Oalah, iya sih umi ngerti. Tapi, sayang banget ngelewatin ritual tersebut begitu aja."

Zara hampir saja tersedak mendengar ucapan Riska. Ritual? Apakah pantas disebut ritual?

"Umi udah ih, jangan bahas itu!"

"Kenapa?"

"Zara malu," cicit gadis itu dengan cebikan bibir, membuat wajah tirus Zara benar-benar terlihat menggemaskan.

Riska tertawa kecil melihat ekspresi menantunya itu, "Haha, kamu ini benar-benar lucu banget ya Zara."

"Umiii," rengek Zara lagi.

"Haha iya iya, umi minta maaf."

Zara terdiam dan kembali memotong wortel. Jujur saja, pembahasan intim seperti itu sepertinya masih sangat terdengar sensitif untuk Zara. Zara sama sekali belum kepikiran tentang hal tersebut, jadi mendengarnya itu sudah sangat horor baginya.

Tanpa keduanya sadari, seorang lelaki tinggi tengah menatap keduanya dengan kekehan ringan.

"Malunya gemes banget," batin Aidan menatap Zara dari balik tembok.

•••

"Gimana enak?" tanya Riska kepada Zafran dan Aidan.

Zara, Aidan, Riska dan Zafran kini sedang sarapan pagi. Menu hari ini cukup banyak karna Riska yang katanya ingin melihat Zara makan dengan banyak.

"Enak," balas Zafran dengan anggukan kecil.

"Gimana, Dan? Enak gak?" tanya Riska beralih ke Aidan.

"Enak umi," balas Aidan.

Riska tersenyum girang dengan tepukan tangan, "Gak salah umi milih menantu. Udah cantik pinter masak pula," puji Riska membuat Zara hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

ZARA AIDAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang