|| 14 || : KEDATANGAN MAMA

203 20 10
                                    

Ceklek-

Pintu terbuka lebar, Mas Gavin yang membuka nya. Posisi ku saat ini masih berada di dapur menyiapkan minuman teh hangat untuk Mama.

"Dimana istrimu? Mama ada perlu dengan nya." lontar Elis mencari Kara.

"Didalam Ma. Mama kesini dengan siapa?" tanya Gavin pada ibu nya, Elis masuk kedalam dan duduk di sofa.

"Dengan AFin. Dia tidak mau kedalam." jawab Elis sekilas menengok keluar.

"Bentar, aku panggilkan Kara kemari." Gavin berdiri, namun ia duduk lagi karna ucapan Mama nya.

"Tunggu Gavin, ada yang mau Mama tanyakan."

"Ya, apa Ma?"

"Bagaimana hubungan mu dengan Kara? Lancar-lancar saja kan?"

"Lancar Ma. Tidak perlu khawatir." jawab Gavin dengan senyuman nya yang penuh kebohongan.

"Syukurlah. Meskipun ini adalah perjodohan, sayangilah Kara. Berusaha lah untuk mencintainya. Bagaimana pun, dia tetap seorang istri di matamu Gavin. Hidup dan mati akan terus bersama."

"Jangan khawatir kan tentang itu Ma. Aku suami yang baik bagi Kara."

"Mama sangat senang mendengarnya. Sekarang, tolong panggilkan Kara."

Gavin berdiri setelah ia menjawab pertanyaan Ibu nya dengan penuh kebohongan besar. Dia berjalan menghampiri Kara yang tentunya masih berada di dapur.

Entah apa yang berada di hati Gavin itu, sampai-sampai dia tega menyiksa istrinya sendiri yang bahkan tidak pernah membenci nya sama sekali.

"Kara."

"Ya Mas?" respon ku, aku menoleh kearah Mas Gavin. Barusaja aku menoleh, Mas Gavin langsung menyekik leher ku lagi. Tekanan cekikan itu membuat ku terdorong hingga menempel pada dinding.

Aku tidak bisa bernafas, kini kedua tangan ku memegang pergelangan tangan Mas Gavin menahan rasa sakit yang ia beri. Cekikan nya semakin menekan di leherku, dan semakin juga aku kesusahan dalam bernafas.

"Dengar ... jika kau menceritakan tentang hal kemarin ke Mama. Mas ga akan segan-segan mengukum mu lagi. Mas akan melakukan hal yang lebih dari ini! Paham??" suara gerutu keluar dari mulut Mas Gavin. Aku mendengar nya, bahkan jelas. Aku melihat ada benih-benih kebencian yang muncul pada muka Mas Gavin.

Setelah itu cekikan terlepas. Refleks kedua tangan ku langsung berpindah pada leher. Mas Gavin pergi dengan penutup kata yang ia lontarkan. "Awas kamu!" cetusnya pelan namun menghentak. Kemudian, dia meninggal kan ku pergi ke lantai atas.

Nafas ku tengah ngos-ngosan. Aku tidak dapat berlama-lama lagi disini, pasti Mama menunggu lama di ruang tamu. Setelah meminum segelas air putih, aku sudah mulai tenang dan nafas pun mulai berjalan lancar. Kemudian, aku mengambil secangkir teh hangat itu untuk di berikan kepada Mama.

"Eh Kara .." sapa Mama tersenyum kearah ku.

"Hai Ma. Maaf lama, Kara Masi buatin teh hangat khusus untuk Mama. Diminum ya Ma." ucapku membalas sapa'an Mama.

"Terimakasih banyak nak ..." lontar Mama membuat ku tersenyum lebar nan mengangguk. "Sama-sama Ma."

"Sini duduk di samping Mama. Ada yang mau Mama tanyakan padamu."

Aku pun duduk disamping Mama dan bertanya. "Iya, tanya apa Ma?"

"Kara punya rahasia ya? Boleh Mama tau?"

"A-ah .. itu .. itu hanyalah rahasia biasa Ma. Tidak besar ataupun kecil, ini hanya rahasia biasa. Tidak semua teman dan keluarga Kara tau, contoh nya seperti Mama dan Mas Gavin."

"Kara mengrahasiakan nya karna Kara tidak mau orang terdekat Kara khawatir atau menambah beban pikiran mereka karna penyakit yang di alami Kara. Kara juga pengen kalau Kara tu di pandang sehat di mata orang lain, apalagi di orang terdekat Kara."

"Hanya, Kara, AFin, dan Mama Papa Kara yang tau."

Aku menjelaskan tentang bagaimana aku tidak mau mengungkapkan rahasia ku kepada orang lain. Selain AFin, Papa dan Mama yang murni sudah tau sejak awal hari itu. Aku tidak mau membebani pikiran orang terdekat ku.

"Jadi .. sekarang, Mama Elis ingin tau rahasia itu. Siapa tau Mama bisa membantu Kara."

Ucapan Mama Elis membuat ku ragu untuk mengungkapkan rahasia.

"Kara ragu Ma. Maaf ..." lirihku menunduk.

"Kara .. kamu tahu? Saya adalah teman Mama mu dulu. Saya tau kalau Mama Kara punya penyakit, dan saya yang membantu Karina untuk merawat mu. Setiap sore saya Dateng kerumah, mau mandiin kamu, nyuapin kamu makan, ngajak jalan-jalan sore. Dan masih banyak lagi."

"Itu sangat dulu. Kamu masih sangat kecil. Jadi, tidak mungkin kamu mengingat nya. Itu hanyalah sebuah kenangan yang sudah sangat lama." jelas Elis bercerita.

"Ah .. jadi ... Mama Elis ..."

Aku melirih tidak menyangka.

"Iya Kara. Saya teman Mama mu dulu."

"Ternyata Mama Elis sendiri! dulu Mama Kara suka cerita ke Kara kalau Mama Karina tu punya temen yang baik banget .. tapi Mama Kara ga pernah ngasi tau nama temen nya. Mama bilang, kalau dulu temen Mama tu suka Dateng kerumah krna sayang banget sama Kara."

"Mungkin yang Mama Kara maksud itu Mama Elis." sambung ku.

"Ternyata seperti itu yaa ... Ibu mu memang wanita yang baik dan cantik. Saya sangat beruntung bertemu teman seperti ibumu. Dulu, sebelum saya dan Ibu mu berpisah, Ibu mu berpesan kepada saya agar saya menjaga mu secara baik-baik. Dan akhirnya kita di pertemukan. Saya benar-benar mengganggap mu sebagai anak saya sendiri." -Elis

Kalimat-kalimat yang Mama Elis keluarkan membuat hati ku tersentuh. Ternyata dulu Mama dan Mama Elis adalah teman baik. Aku tidak menyangka hal ini. Mama Elis masih lanjut bercerita tentang masa lalu nya bersama Mama Karina.

Dari cerita Mama dan Mama Elis, aku tau bahwa waktu pertemuan pasti ada juga waktu perpisahan.

"Kira-kira seperti itulah cerita pertemanan saya dengan ibumu. Meskipun hanya sebentar, saya sangat mengenang nya." -Elis

"Aku sangat tersentuh Ma." ucapku menatap Mama.

"Haha, semoga saja kamu memiliki teman yang baik Kara. Yang paling penting dalam sebuah pertemanan itu adalah, dapat di percayai. Dan saling mempercayai satu sama lain."

"Iya Ma. Terimakasih atas motivasi nya. Sekarang, Kara mau cerita tentang tadi." ucapku pada Mama. Mama langsung duduk manis dan membuka lebar-lebar telinga nya.

"Ah baiklah. Mama siap mendengar sekarang."

"Sekitar dua tahun yang lalu. Papa mengalami gagal ginjal yang sangat parah. Bahkan Dokter berkata, satu ginjal Papa sudah tidak berfungsi karna penyerangan penyakit. Otomatis Papa tidak bisa melanjutkan kerja nya di Perusahaan. Kara juga ngga bisa nerusin pekerjaan Papa karna Kara juga lagi di fase kuliah."

"Terus, Mama Karina mulai kebingungan. Hampir tiap detik Mama panik karna keadaan Papa yang kritis. Mama pastinya juga tidak mau kehilangan Papa saat itu. Cinta mereka masih terhubung utuh, aku sebagai anak juga tidak mau melihat mereka berdua pisah begitu saja."

"Saat itu, Firasat ku mulai tidak enak tentang Papa .."

"Jadi ..." -Kara

"Jadi apa Kara?"

°=°

SPAM KOMEN UNTUK NEXT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SPAM KOMEN UNTUK NEXT!

I'M NOT A DOLL - [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang