|| 18 || : SIAPA DENA?!

289 21 2
                                    

PAGI - 07.30.

ceklek-

Pintu gudang terbuka setelah aku berada didalam selama 3 hari lama nya. Aku sudah tidak ada tenaga lagi untuk bangun dan berdiri. Kepalaku sangat pusing. Mas Gavin melangkah masuk kedalam, aku mulai ketakutan dari sini. Pasti dia akan mencekik ku lagi atau bahkan mencubitku.

Sangking ketakutan nya, tubuhku sampai bergetar saat melihat Mas Gavin yang menjongkok diam menatapku. Mataku sipit, kering dan sayu. Membuat ku tidak melihat secara keseluruhan.

"Bangun." ucapnya.

" ......... "

Aku bangun dan duduk menyenden di dinding gudang. Aku sempat memojok karna sangat ketakutan. Dan benar saja apa yang di lakukan Mas Gavin, dia mencubit lengan ku dan memutarnya perlahan. Suara rintihan ku keluar karna sangat kesakitan.

"Keluar dan mandilah. Sekali lagi Mas peringatkan, Jangan sampai kamu ada hubungan dekat dengan AFin! PAHAM?!"cetusnya masih tetap mencubit ku.

"Mas ... aku bilang sekali lagi ke kamu! Aku sama AFin itu cuman teman dari dulu! Aku ga ada hubungan apa-apa sama dia Mas! Dia cuman nganter aku pulang! DAN ITUPUN MAMA ELIS TAU!SEKARANG AKU TANYA KE KAMU!! SIAPA DENA HAH?! DIA SIAPA KAMU?!!! JAWAB MAS!! JANGAN BISU!!!" hentak ku sekuat tenaga untuk membalas. Aku sudah tak tahan lagi.

"Dasar wanita BAJINGAN!! KURANG AJAR KAMU YAA!! Berani banget kamu sekarang, tidak ada sopan santun sama sekali pada suami! KAMU MAU MAS KURUNG LAGI DISINI???!! IYAA?!!"

Mas Gavin melunjak, dia malah makin menghentak ku dengan kata-kata nya itu. Sedangkan aku semakin kesakitan karna cubitan dari Mas Gavin kini berpindah area.

"IYA! MAU! KURUNG AKU LAGI, SAMPE AKU MATI KELAPARAN DISINI!!! LAGIAN KAMU JUGA GA AKAN PEDULI KAN KALAU AKU MATI?!! KAMU BAKAL SENANG KAN KALAU AKU MATI?!!"

"JAGA MULUTMU KARA!! Ngomong-ngomong, Kalau sudah tau senang, yauda diam aja ... !!"

PLAK! Dia menampar ku kencang. Aku menunduk sebagai tanda rasa sakit yang telah ku terima dari tangan nya itu. Jantung ku berdetak lebih cepat. Tubuhku semakin bergetar, gugup.

"Dengar ... kamu tidak perlu tau Dena itu siapa nya Mas. Intinya, Mas itu sangat mencintai Dena dan sangat menyayangi Dena."

"Dan mungkin ... kita akan secepatnya cerai tanpa sepengetahuan Papa dan Mama. Mas tidak butuh kamu sama sekali Kara. Satu lagi, Jangan pernah kamu Cepu ke Papa dan Mama tentang hal ini. PAHAM?!"

"Kalau kamu Cepu, bahkan bilang ke AFin ... Mas ga akan segan-segan buat nyiksa kamu lagi, lagi dan lagi. Yang pastinya akan lebih PARAH dari ini! Paham Kara ..??"

Kepalaku mengangguk pelan dalam keadaan menunduk. Menjelaskan seribu kali pun pada Mas Gavin akan tetap berujung percuma. Rasanya, omongan ku itu tidak ia dengarkan sama sekali.

Mas Gavin keluar dari gudang, aku masih duduk menyenden kan diri ke dinding dengan air mata yang terus meluncur mengaliri kedua pipiku. Aku menghentak-hentakkan kepalaku ke dinding. Aku melakukan itu berkali-kali hingga aku berhenti sendiri.

Hatiku sedang sangat hancur saat ini.

Kamu tau Mas? Hatiku sakit dengan perkataan mu tadi. Karna perkataan mu, aku jadi sangat penasaran dengan wanita yang kamu cintai dan kamu sayangi itu. Pasti dia lebih cantik dan lebih baik daripada aku.

Jika permintaan mu adalah cerai, baiklah, aku akan menuruti nya. Aku mau kamu bahagia Mas.

Aku juga tidak mau memaksa mu untuk terus hidup dengan ku yang tidak kamu cintai. Apalagi, kamu sangat membenciku Mas. Aku sendiri tidak kuat dengan perlakuan dan sikap busukmu itu. Meskipun kamu seperti itu, aku tetap menyayangi mu, bahkan sepenuh hati ...

I'M NOT A DOLL - [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang