Ceklek-
AFin masuk kedalam setelah kejadian itu. Ia menghampiri sang Ibu dan memberikan sekantong nasi kepada ibu nya.
"Terimakasih, nanti Mama ganti. Sekarang Mama lagi ga bawa uang." ucap Elis mengambil bungkusan itu.
"Oke Ma."
"Ma, Mama masih ingat Dena kan?" sambung AFin, ia merasa bahwa perempuan tadi itu adalah Dena.
"Eum, yaa .. kenapa?"
"Dia .. sepertinya ada hubungan lagi dengan Kak Gavin."
"Ssht ... kamu gausa ikut campur. Ini rumah tangga Kakak mu. Kamu akan membangun rumah tangga sendiri nanti. Ini urusan Mama, Kara dan Gavin. Kamu hanya teman bagi Kara. Oke? Lagian Gavin tidak mungkin ada hubungan dengan perempuan itu, mereka berdua sudah lama berpisah." tegur Elis, AFin tampak menggerutu kesal.
"Ck, tapi Ma .. coba Mama percaya sama AFin. AFin mau ngomongin sesuatu ke Mama. Ini penting." ucap AFin sedikit kesal.
Elis berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. "Itu bisa nanti, Mama akan mengurus Kakak mu itu .. sampai jumpa, Mama titip Kara ya!"
Brak! Pintu kamar tertutup.
"Ck!" -AFin
Sesuai permintaan Ibu nya, AFin menemani Kara sampai malam hari pun tiba. Elis sempat kembali kerumah sakit untuk memberikan pakaian, ponsel dan buku-buku kuliah milik Kara. Kini, hanya ada mereka berdua. AFin yang menemani Kara dirumah sakit.
Malam hari tiba, AFin sudah lama keluar dari ruang opname. Dia kembali setelah 15 menitan lebih, dan saat ia kembali. Ia melihat Kara yang sudah terbangun duduk di atas ranjang.
"Kara?!" AFin terkejut dengan momen ini, ia menyebut nama Kara dan berlari di lanjut dengan pelukan erat.
"AFin ..." lirih Kara sangat lemas.
"Kamu terlihat sangat lemas, belum makan kan? Yuk, makan dulu. Gue suapin." ujar AFin tersenyum.
"Makasi Fin, dimana Mas Gavin?" tanya Kara lemas, kini matanya penuh dengan air mata.
Justru AFin kebingungan dengan Kara yang tiba-tiba saja hendak menangis. "Eh ja-jangan menangis ..."
"Kara kangen Mas Gavin .. Mas Gavin tadi jenguk Kara ngga? hiks! hiks!" Kara menangis jeru, ia tak dapat menahan nya lagi.
AFin datang dan duduk di pinggir ranjang, ia mengelus-elus punggung Kara agar Kara tenang.
"Tadi Kak Gavin kesini kok, dia sedang sibuk kerja sekarang. Gabisa nemenin Kara disini." jelas AFin, dia memang sengaja untuk berbohong.
"Beneran?" tanya Kara dengan raut muka nya yang membuat AFin tak tega.
"Beneran Ra. Makan dulu yaa?"
Kara hanya mengangguk pelan.
"Udah jangan nangis, Kara cantik loh." puji AFin berusaha untuk menghibur Kara.
AFin mulai menyuapi Kara dengan rasa sayang yang penuh. Kara daritadi terdiam tak ada respon apapun oleh perkataan AFin. Meskipun begitu, AFin tetap menghibur Kara. Kira-kira, apa yang membuat Kara seperti ini setelah pingsan?
Ini dia ...
Ini adalah dunia mimpi Kara, dimana Kara memimpikan suatu hal yang membuat ia sangat takut kehilangan sang suami, yaitu Gavin.
"Kata Dokter, ginjal mu sudah mulai tidak bisa digunakan. Ini salah Mas, karna tidak menjaga mu dengan baik. Maafkan aku." -Gavin
"Ini bukan salah mu Mas, ini salah ku. Seharusnya aku yang menjaga diriku sendiri dengan baik. Seharusnya aku mendengar omongan mu, seharusnya aku nurut sama kamu. Maaf .. mungkin hari-hari besok aku sudah tidak ad-"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT A DOLL - [PRE ORDER]
General FictionKara gadis cantik berparas boneka ini di jodohkan dengan Pria ganas, gagah dan mudah sensi. Kara yang merupakan perempuan berhati lembut ini tentu sangat sabar dengan kelakuan suaminya yang masih sangat mengharapkan wanita di masa lalu. Kara terus...