|| 17 || : GUDANG

254 21 0
                                    

FLASHBACK ON!

Malam itu, adalah malam dimana Gavin meminta izin kepada kedua orangtuanya bahwa ia akan menikahi Dena. Tetapi, jawaban kedua orang tua Gavin membuat hubungan dekat Gavin dengan Dena hancur terpisah.

"Ma, Pa, Gavin mau meminta izin untuk menikahi Dena. Gavin percaya, bahwa dia wanita yang bai-

Kalimat Gavin putus saat dia sedang menjelaskan.

"Tapi, Papa dan Mama sudah ada calon istri untuk kamu. Kenapa harus Dena?" lontar Papa membuat Gavin terpukul.

"Iya ... Papa dan Mama sudah menyiapkan yang lebih dari Dena. Jujur, Mama tidak setuju jika kamu menikah dengan Dena." sambung Ibu nya.

"Iya, Papa juga." balas Griffin.

"Jadi maksud Papa dan Mama, Dena ga ada apa-apa nya gitu? Gavin sudah sering bawa Dena kerumah, masa kalian berdua ga lihat sisi baik Dena?!"

"Gavin cukup. Sudah jelas kamu tadi meminta izin untuk menikahi Dena kan? Lalu, Papa dan Mama tidak setuju. Kenapa kamu memaksa? Tidak dengar dengan perkataan Papa tadi? Papa bilang padamu, Papa sudah menyiapkan istri yang pas untuk mu Gavin."

"Jangan memaksa." tegur Papa lagi.

Gavin menggerutu diam, dia hendak melawan dalam berucap, tetapi mereka berdua adalah orangtuanya.

"Sebelum adanya acara pernikahan, harus ada restu dari kedua orangtua nya. Papa dan Mama tidak setuju, bukan berarti Papa dan Mama tidak suka dengan Dena. Paham, Gavin?"

"Lagian Papa dan Mama sudah ada calon istri yang cantik dan tentunya berhati lembut nan sempurna. Pasti kamu suka Gavin." ucap Papa pada Gavin.

Gavin hanya terdiam dengan lirikan tajam membara. Dia hanya berkata. "Iya." dan langsung keluar dari rumah itu.

"Papa tidak setuju karena Papa curiga dengan wanita itu." - Griffin

"Sama, karna mu aku juga ikut curiga Mas." -Elis

FLASHBACK OFF!

"Hnghh ... hngh.... hnghh. . ...."

Nafasku masih belum sempurna, aku ingin bangun dan berbaring di sofa.

"Kenapa baru jawab?"

"Maaf, aku sedang sibuk."

"Ah, maaf-maaf ... pasti aku ganggu kamu banget .. maaf yaaa hehehe"

"Ga sama sekali. Bentar, jangan tutup telepon nya. Urusan ku sebentar lagi selesai." ucap Gavin kemudian membisukan panggilan suara.

Ia meletakkan ponsel itu ke meja lagi dan berbalik badan menghadap ku yang sudah berdiri hendak berjalan baring ke sofa untuk menenangkan diri. Tetapi, terlambat. Mas Gavin dengan kasar menarik tangan ku dan membawaku ke lantai atas. Bukan menarik pergelangan tangan, melainkan mencubit pergelangan tangan ku dg keadaan menarik kasar.

Ia membawa ku ke sebuah ruangan dekat kamar yang tentunya sempit, berdebu dan kotor. Apa lagi kalau bukan gudang, lagi-lagi aku terkurung disini.

"Mas .... jangan kurung Kara lagi ..." lirihku memohon dengan suara tangisan yang begitu sakit mendalam.

"RASAKAN SENDIRI!! HARI INI, ESOK DAN ESOK KAMU AKAN TETAP DISINI!! SENDIRIAN!!" tegas Mas Gavin sembari mengikat kedua tangan ku rapat-rapat.

"Mas ... jangan ... ampunin Kara. Kara belum makan, Kara mau tidur, besok Kara kuliah ... Maaf .. Maafin aku Mas ..." aku terus menangis meminta permohonan besar pada Mas Gavin. Berharap aku tidak di kurung lagi oleh nya. Tetapi, yang aku lakukan itu percuma.

I'M NOT A DOLL - [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang