Chapter 6

3.7K 403 116
                                    

Setelah jam pulang sekolah, Jeonghan berencana untuk mengunjungi Joshua lagi di rumah sakit. Sudah lama ia tidak bertemu dengan adiknya karena rasa rindu yang menggebu.

Sesampainya di kamar rawat Joshua, Jeonghan langsung memeluk Joshua dengan erat. Pertemuan yang membuat keduanya saling melepas rindu satu sama lain.

Dulu, kakak beradik ini tidak pernah terpisahkan. Biasanya ketika Joshua pergi ke suatu tempat, Jeonghan juga selalu mengikutinya dan begitupun sebaliknya.

Disana kebetulan Joshua sedang belajar bersama Dokyeom, diajari oleh Seungcheol. Dokyeom duduk berseberangan di atas ranjang Joshua.

"Joshua, apakah kau baik-baik saja? Di saat sakit seperti ini, bisa-bisanya kau gak ingin melewatkan pelajaran di sekolah. Kak Seungcheol bisa saja tambah kelelahan jadinya." tanya Jeonghan sambil mengusap rambut hitam milik Joshua dengan pelan.

"Gak perlu khawatir, Jeonghan. Dokyeom menyuruhku kemari. Dia bilang padaku bahwa dia dan Joshua ingin belajar bersama. Karena ujian tengah semester hampir dekat." kata Seungcheol.

"Aku baik-baik saja, kak. Ada Dokyeom disini yang menemaniku di malam hari." kata Joshua.

"Terima kasih karena kalian sudah peduli pada Joshua." kata Jeonghan.

"Iya... Pihak sekolah juga akan menindaklanjuti kasus Joshua. Kita tunggu saja progresnya seperti apa." kata Seungcheol.

"Syukurlah jika pihak sekolah sudah mengetahuinya. Oh, iya. Gara-gara kau berada disini, Mingyu sampai salah tingkah di sekolah." kata Jeonghan.

"Apa? Memangnya apa yang dia lakukan?" kata Dokyeom.

"Dia mencoba untuk menembak Wonwoo, tapi Wonwoo terus menolaknya. Aku dengar dari Wonwoo sendiri kalau Mingyu gak pernah menyerah untuk menyatakan cinta padanya."

"Dari SMP mereka sudah seperti itu. Aku gak tahu kenapa Wonwoo terus menolaknya. Padahal tipe ideal Wonwoo sebenarnya adalah orang seperti Mingyu, loh."

"Aneh sekali. Mungkin Mingyu terlalu sempurna baginya."

"Ehahaha... Bisa jadi."

"Oh, iya. Kak Jeonghan, apakah ada seorang siswi yang bertanya padamu tentang diriku?" kata Joshua.

"Seorang siswi?" kata Jeonghan, berusaha mengingat siapa saja yang mengajaknya bicara di sekolah.

"Ada banyak siswi yang mengobrol denganku. Ada apa?"

"Aku teringat ada seorang siswi yang menjadi provokator dalam kasusku. Tapi, aku kesulitan untuk mengingatnya karena benturan ini."

"Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingatnya. Nanti kepalamu bisa tambah sakit."

"Iya, Joshua. Lebih baik kau fokus pada kesembuhan tubuhmu. Setelah semuanya selesai, kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan." kata Seungcheol.

"Baiklah..." kata Joshua.

"Oh, iya. Joshua, apakah Dokyeom bersikap baik padamu selama kau sekamar dengannya?" tanya Jeonghan.

Joshua sedikit tergelak dan terdiam seketika untuk memikirkan jawaban yang harus ia keluarkan. Joshua melirik Dokyeom sekilas.

Jika dipikir kembali, Dokyeom bukannya tidak baik kepada Joshua. Buktinya saat Joshua babak belur kemarin, Dokyeom yang menemukannya pertama kali, membalas dendam pada Taehyung, dan membayar biaya perawatan Joshua di rumah sakit.

Hanya saja Dokyeom itu sangat dingin, agak kaku, dan tidak punya ekspresi dan wajah datar yang selalu diperlihatkan setiap hari. Dokyeom hanya akan terkekeh saat berada di belakang Joshua saja.

SEVENTEEN : Code One | SeokSoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang