Chapter 10

3.5K 377 101
                                    

Dokyeom dan Joshua melakukan perjalanan menuju ke rumah Dokyeom dengan berjalan kaki. Rumahnya tak jauh dari asrama, hanya berjarak sekitar lima kilometer dengan melewati hutan yang rimbun.

Selama di perjalanan, Dokyeom dan Joshua lebih banyak diamnya daripada mengobrol atau bercerita. Dokyeom berjalan di depan Joshua. Dan akhirnya Joshua membuka suara.

"Bukankah pernikahan ini cenderung terburu-buru? Bukankah lebih baik kita menikah setelah ujian kelulusan?" kata Joshua.

"Aku takut jika ayahku gak bisa bertahan hidup sampai ujian kelulusan nanti. Itu sebabnya aku bilang bahwa lebih cepat lebih baik, agar ayahku bisa beristirahat dengan tenang." kata Dokyeom.

"Ayahmu sakit apa? Aku lupa."

"Sakit paru-paru, lebih tepatnya terkena gangguan pernapasan."

"Oh, iya ya. Berapa lama kemungkinan ayahmu bisa bertahan hidup?"

"Kondisi saat ini ayahku sudah siuman dari komanya. Jika ayahku kembali merasakan sesak di dadanya, otomatis ayahku harus operasi lagi dan kemungkinan untuk bertahan hidupnya semakin berkurang."

"Ah, iya... Aku mengerti."

"Kau gak akan sendirian di rumahku. Ada Mingyu juga disana, ia mengirimkan telepati padaku."

"Oh, baiklah."

Beberapa lama kemudian setelah keluar dari kawasan hutan, Joshua disuguhkan dengan pemandangan sebuah rumah mewah di hadapannya. Rumah itu lebih seperti sebuah mansion dengan halaman yang luas, dan diberi pagar besi yang tinggi dengan banyak penjaga disana.

"Kita sudah sampai." kata Dokyeom sambil membuka pintu gerbangnya.

"Hah?! Ini rumahmu? Serius?" kata Joshua dengan mata terbelalak.

"Iya, aku serius. Ayo kita masuk." ajak Dokyeom.

Joshua melihat sekelilingnya sambil berjalan mengikuti Dokyeom dari belakang. Joshua dibuat kagum dengan interior rumah atau yang lebih tepatnya istana milik keluarga Dokyeom ini. Keluarga Dokyeom ini sebenarnya sekaya apa sih, pikir Joshua.

"Dokyeom, anakku..." sapa ibu Dokyeom, Kim Hyejeong dari ruang tamu.

"Hai, ibu... Lama tak jumpa." kata Dokyeom sambil tersenyum dan berhambur memeluk ibunya.

"Aku mengajak Joshua kemari, sesuai keinginan kalian." imbuhnya sambil melepas pelukannya.

"Joshua..." Hyejeong kini menghampiri Joshua dan memeluknya.

Joshua benar-benar merindukan pelukan seperti ini, seperti pelukan dari orang tuanya.

"Bagaimana kabarmu? Apakah Dokyeom memperlakukan dirimu dengan baik?" tanya Hyejeong.

"Ah, iya. Dia memperlakukanku dengan baik, kok." kata Joshua.

"Syukurlah... Apakah kau menikmati sekolahmu?" tanya Hyejeong lagi.

Ada enak dan tidak enaknya masa-masa Joshua di sekolah. Ia bingung harus menjawabnya bagaimana. Saat Joshua hendak menjawabnya dengan jawaban positif, Dokyeom menyelanya.

"Dia bergaul dengan baik dan dia suka belajar di sekolah, tapi sepertinya banyak yang gak menyukainya hanya dia sekamar denganku di asrama." sela Dokyeom.

"Ah, begitu ternyata? Aku berharap kau tetap baik-baik saja selama kau bersama Dokyeom. Jangan hiraukan orang-orang yang membencimu." kata Hyejeong pada Joshua.

SEVENTEEN : Code One | SeokSoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang