Chapter 19

3.2K 351 49
                                    

Terhitung sudah tiga hari lamanya Joshua menyendiri di kamar, tidak pergi ke sekolah, dan bahkan membiarkan Dokyeom untuk mengungsi di kamar Mingyu untuk sementara. Dokyeom bahkan juga ikut membolos sekolah jika Joshua tak kunjung keluar.

Hanya Jeonghan saja yang Joshua terima untuk masuk ke kamarnya. Jeonghan sudah berusaha keras untuk menghibur adiknya, namun adiknya itu tak ada hentinya untuk menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian di sekolah ini.

Dokyeom selalu menunggu di depan kamar Joshua dan setia menunggunya. Dokyeom bahkan tidak pernah beranjak dari depan kamarnya kecuali saat jam makan dan tidur. Bahkan Dokyeom sudah tidak pernah keluar tengah malam lagi belakangan ini.

Sorot mata Dokyeom lebih redup dari biasanya. Perasaannya khawatirnya belum kunjung sirna jika Joshua belum membukakan pintu untuk dirinya. Dokyeom berpikir bahwa Joshua marah dan tidak terima dengan surat wasiat Jieun mengenai dirinya.

"Ini sudah hari ketiga... Mengapa kau belum membiarkanku masuk? Sebegitu marahnya dirimu padaku, Joshua?" kata Dokyeom dengan lirih.

Seketika suara langkah kaki membuyarkan atensi Dokyeom. Dokyeom menoleh ke atas, ia melihat ada Seungcheol yang datang menghampirinya setelah mengajar. Dokyeom beranjak dari posisinya dan berdiri di hadapan Seungcheol.

"Apakah Joshua baik-baik saja di dalam sana?" tanya Seungcheol.

Dokyeom hanya mengangguk kecil, "Ini semua salahku. Jika aku melupakan masa laluku secepatnya, Jihyun mungkin gak akan berani melakukan hal yang sampai sejauh ini pada Joshua." katanya.

"Aku dengar dari Jeonghan kalau Joshua terus menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian belakangan ini. Dia gak membiarkan aku masuk ke kamarnya" imbuhnya.

"Apakah kau sendiri baik-baik saja, Kyeom?" tanya Seungcheol.

Seungcheol melihat wajah temannya begitu pucat, tak ada raut waja tegas yang biasanya ia tampilkan.

"Entahlah, aku merasa lemas saat ini." kata Dokyeom.

Dokyeom merasa tubuhnya akhir-akhir ini sedikit lemah dan kurang sehat, entah karena kelelahan atau apapun itu.

"Apakah kau ingin pergi ke klinik? Mingyu juga terus mengkhawatirkan kondisimu belakangan ini. Dia bilang bahwa dia belum pernah melihat kau seperti ini sebelumnya." kata Seungcheol.

Sebelum Dokyeom hendak menjawab, Seungcheol menyelanya lebih dahulu.

"Aku tahu mengapa kau seperti ini, Dokyeom. Kau merasa lemah karena Joshua juga sedang dalam kondisi yang lemah. Bukankah kehidupan sang alpha terpengaruh dari pasangannya?" kata Seungcheol.

Dokyeom menatap bingung pada Seungcheol, "Benarkah?!" katanya.

Seungcheol mengangguk, "Begitu juga dengan alpha yang terluka, sang omega juga akan ikut merasakan lukanya." katanya.

"Ah, iya benar juga. Itu sebabnya saat Joshua terluka di kamar mandi saat itu, aku seperti juga ikut merasakan lukanya. Baik fisik maupun hatinya."

"Jika kalian benar-benar saling jatuh cinta, perasaan kalian telah terikat walaupun kau belum menandai Joshua sebagai pasanganmu."

"Ah, begitu. Itu sebabnya Joshua juga merasakan amarahku dan menyelaku dengan gak langsung untuk menyerang Jihyun."

"Benar sekali. Joshua adalah kelemahanmu. Begitu Joshua sudah memulihkan kondisinya, jangan sampai kau membiarkan Jihyun atau siapapun atau dirimu sendiri menyakitinya lagi. Itu sama saja dengan menyakiti dirimu sendiri."

"Aku akan membunuh diriku sendiri jika aku mengulangi kembali kesalahan bodoh ini. Aku sudah berjanji untuk melindungi Joshua, kali ini sebagai suami dan alpha yang baik."

SEVENTEEN : Code One | SeokSoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang