Chapter 18

3.2K 355 49
                                    

Mingyu, Jeonghan, dan Dokyeom mengamankan Joshua yang sedang kehilangan kendali itu ke lorong kelas yang sepi.

"Joshua, sadarkan dirimu! Ini bukan Joshua yang kukenal biasanya!" kata Dokyeom sambil menggoyangkan bahu Joshua.

Lama kelamaan, kesadaran Joshua kembali pulih menjadi normal. Tatapan matanya yang sedikit keemasan dan tajam kembali menjadi coklat dan lemah lembut. Joshua yang polos telah kembali. Dokyeom, Mingyu, dan Jeonghan pun merasa lega.

"Joshua, ini pertama kalinya aku melihat dirimu semarah ini pada seseorang. Saat masih kecil, biasanya Hoshi yang akan mengkonfrontasi orang-orang yang mengganggu Joshua. Tapi kali ini sangat di luar dugaanku." kata Jeonghan dengan heran.

Bisa dibilang, kakak beradik ini berubah cukup drastis terutama saat mereka sedang dalam puncak amarah hingga serigala dalam diri mereka mengambil alih tubuh mereka.

"Aku rasa serigala dalam tubuh Joshua itu bukan sembarang serigala omega biasa. Dia mengambil alih tubuh Joshua sampai sejauh ini." kata Dokyeom.

"Apa yang telah aku lakukan pada Jihyun? Apakah aku membunuhnya?" kata Joshua dengan polosnya.

"Tadinya kau ingin membunuhnya, tapi kami langsung menarikmu pergi darinya." kata Mingyu.

"Iya, aku melihatmu memukulnya dan menamparnya hingga wajahnya memar, bengkak, dan berlumuran darah. Persis seperti yang terjadi padamu di kamar mandi saat itu." kata Dokyeom.

"Benarkah? Kenapa aku bisa berani melakukan hal itu?" kata Joshua.

"Kau terpancing emosi saat kau melihat postingan ini. Dan saat aku hendak menghampiri Jihyun, kau dengan gak terduga menghampiri dia lebih dulu dan menamparnya di hadapan teman-teman kita." kata Dokyeom sambil menunjukkan ponselnya.

"Surat ini... Benar-benar dari mendiang Jieun?" kata Joshua.

"Oh, aku baru tahu kalau Jieun itu adalah masa lalumu." kata Jeonghan.

"Iya, mereka sangat dekat sejak masih kecil. Sampai akhirnya, ajal menjemput Jieun dengan penyakit yang dideritanya. Itu sebabnya Dokyeom gak bisa melupakannya." kata Mingyu dengan pelan.

"Aku ingin bertanya sekali lagi, apakah isi dari surat ini semuanya benar-benar dari mendiang Jieun?" kata Joshua, berusaha mencari tahu.

"Aku sendiri masih gak yakin. Aku bahkan baru melihat surat ini kemarin. Jihyun yang memegang suratnya dan dia melarangku untuk menyimpan suratnya." kata Dokyeom.

"Mungkin surat itu adalah senjatanya untuk menyerang Joshua. Itu sebabnya dia memakai nomor lain untuk menyerang Joshua." kata Jeonghan.

"Bolehkah aku pergi?" kata Joshua, membuat mereka bertiga tersentak.

"Apa?! Kau ingin pergi? Sendirian?" kata Dokyeom.

"Aku butuh waktu untuk menyendiri saat ini. Jangan masuk ke kamarku sampai pikiranku sudah membaik, Dokyeom." kata Joshua, ia hendak pergi ke asrama.

Selama Jihyun tidak ada, Dokyeom menganggap Joshua akan tetap aman selama berada di sekolah saat ini. Sehingga Dokyeom tidak melarangnya untuk pergi sendirian.

Dokyeom tahu, Joshua sedang merasa sakit hati setelah membaca isi surat itu. Joshua merasa bahwa ia benar-benar harus menjauh dari Dokyeom saat ini. Joshua bahkan sudah menimbulkan keributan tak terduga di hadapan teman-temannya hari ini, sungguh memalukan baginya.

SEVENTEEN : Code One | SeokSoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang