Gadis dengan gaun indah berwarna merah muda itu tersenyum manis ke arah kedua orangtuanya yang rapi dengan dandanan mereka. Hari ini acara khusus keluarga kecil itu untuk merayakan ulang tahun si gadis cantik. Aletta Queena namanya. Langkah anggun serasi dengan ketukan sepatu indah yang melindungi kaki mulusnya.Api yang menyala pada sumbu lilin padam ketika embusan lembut menerpa. Aletta genap berusia tujuh belas tahun.
Usai acara potong kue, ketiganya melanjutkan kegiatan dengan makan malam bersama. Orangtua Aletta begitu sibuk dengan bisnis. Hingga sangat jarang bagi mereka untuk makan bersama. Namun, adakalanya kedua orang tua Aletta berusaha keras mengerahkan waktu untuk bisa bersama. Aletta bersyukur keduanya tidak seperti orang tua pengusaha yang sibuk pada umumnya.
"Oh iya, Arvin udah pulang ke Jakarta loh, Sayang."
Aletta yang mendengar nama asing tetapi pengucapan namanya sangat santai dari bibir papanya langsung tertegun. Maniknya bergetar kaget dan sorot mata gadis itu bingung. "Arvin siapa, Pa?" tanya Aletta.
"Kamu lupa?"
Aletta mengangguk. "Iya. Al beneran lupa."
"Sama calon suami sendiri kok lupa," ujar Bramantyo.
"Pfft! Uhuk-uhuk!" Aletta tersedak jus jeruk yang sedang diminumnya.
Ghea langsung meraih tisu dan membantu putrinya membersihkan jus yang berserakan.
"Calon Su-suami?" tanya Aletta masih tak percaya.
"Iya." Bramantyo masih saja bersikap santai sementara anaknya sudah ketar-ketir. "Dia itu tetangga kita, tinggal di komplek ini dulu, tapi sepuluh tahun lalu pindah ke Dubai, inget sama anak kecil yang ada di rumah nomor lima belas sebelah barat yang dulu? Itu Arvin yang Papa maksud."
Ingatan Aletta memutar ke satu dekade yang lalu, di mana ia yang masih kecil terus menjahili sosok Arvin yang dimaksud, padahal anak itu satu tahun lebih tua darinya. Aletta terus menjahili Arvin yang cengeng tanpa ampun.
"Si cengeng yang gendut itu, Pa?!"
"Iya."
Pikiran Aletta berfantasi tentang penampilan si gendut yang cengeng itu. Beberapa detik memikirkan saja sudah membuat Aletta merinding apalagi kalau bertemu.
"Al nggak mau, Pa."
"Hei, ini kemauan kamu loh," ujar Ghea.
Aletta membeku. Keinginannya? Sejak kapan ia mengucapkan keinginan menikah dengan si gendut itu?
"Kamu yang bilang mau dijodohkan sama salah satu temen kerja Papa."
Semakin ke sini Aletta dibuat pusing. Bukan. Bukan Arvin yang Aletta maksud kala itu, tetapi Axelle si tampan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Pa, maksud Al itu Kak Axelle, bukan Arvin."
"Tapi Axelle udah punya tunangan."
"Kalau gitu ya seharusnya nggak usah, orang Al bilang gitu dengan maksud Kak Axelle, Al nggak mau nikah sama cowok gendut."
"Dia udah nggak kayak dulu."
"Papa mau jamin apa? Dia penggila makanan manis, dia pasti sekarang cuma tumpukan lemak. Nggak mau! Al nggak mau."
Bramantyo menghela napas kasar. Anaknya ini sangat keras kepala. Lagipula mana dia tahu kalau keinginan Aletta adalah menikah dengan Axelle. Bahkan saat Aletta mengatakan kalimatnya itu satu tahun lalu Bramantyo sempat bingung mau dijodohkan dengan anak teman kerja yang mana hingga akhirnya memilih anak teman lamanya untuk dijodohkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS [TAMAT]
Teen Fiction#2 in mentalhealt (19/6/2022) #1 in sad vibes (18/6/2022) #8 in bucin (22/6/2022) #3 in cinta segitiga (24/6/2022) #9 in Fiksi remaja (25/6/2022) Tokoh jahat akan menjadi pemeran utama. Sebuah kisah yang menceritakan tentang Aletta Queena yang...