Kelemahan

4.4K 283 8
                                    


Lorong gelap dengan suara-suara menyeramkan mampu membuat seorang Arvin yang galak berubah menjadi penakut yang bersembunyi di balik tubuh seorang gadis.

Cengkeraman tangan Arvin pasa tangan Aletta semakin kencang, tetapi Aletta malah senang. Di saat seperti ini ia merasa kembali dekat dengan Arvin. Mendadak sebuah tangan muncul dari balik lemari rusak. Mencengkeram kaki Arvin.

"Argh!" teriak Arvin yang kemudian jatuh pingsan.

***

"Vin, bangun. Ya elah gitu doang ciut," ujar Aletta seraya mengusapkan minyak kayu putih di hidung Arvin.

Lama juga pemuda itu bangun. Beruntung saat di dalam ada beberapa orang yang niat membantu untuk membawa tubuh Arvin keluar dari rumah hantu. Padahal tadi mereka masih dua menit memasuki rumah hantu, masih di pangkal belum ke tengah bagian rumah hantu apalagi ujung.

"Aish," ringis pemuda itu memegang bagian pelipisnya yang terasa nyeri. Kemudian ia memegang bagian kepala belakang yang juga nyeri. Aletta tertawa. Salahkah Arvin yang tubuhnya masih berat. Sehingga saat Aletta ingin memapah Arvin tanpa sengaja hilang keseimbangan hingga menjatuhkan pemuda itu ke lantai rumah hantu lagi. Lantas bagian pelipis itu sakit saat orang-orang yang membantu memboponh tubuh Arvin tak sengaja membuat kepala bagian pelipis terhantuk daun pintu.

Double kill, jadi wajar dia lama bangun.

"Udah sadar?" tanya Aletta.

Melihat sosok Aletta seketika Arvin terkesiap. Ia sudah sangat malu sekarang, pingsan karena hantu tak nyata di hadapan Aletta.

"Nggak papa, gue jagain rahasia lo," ujarnya dengan santai seraya menepuk pundak Arvin.

"Serius?" tanya Arvin lagi memastikan.

"Iya. Tapi ada syaratnya." Aletta tersenyum miring sedang Arvin menghela kasar, pasrah dengan kalimat dan apa yang diminta Aletta nanti.

***

'Besok jemput gue. Kita berangkat bareng.'

Arvin menghela kasar. Ia melakukan dengan terpaksa demi menjaga nama baiknya sebagai cowok keren. Mana mungkin ia rela tersebar kabar kalau Arvin yang galak dan dingin takut hantu?

"Udah!" Aletta berseru. Gadis itu berdiri dengan seragam rapi di depan gerbang rumahnya. Perlahan berjalan mendekati Arvin yang ada di atas motor.

"Pasangin helmnya," rengek gadis itu.

Arvin hanya menurut. Kemudian ia mengambil helm berwarna kuning lantas memakainya ke Aletta.

"Oh, iya kata papa, Om Wisnu setuju kalau mulai sekarang lo anter jemput gue," tutur Aletta.

Wajah Arvin yang datar berubah dingin. Alisnya menyatu, rahangnya mengeras. Aletta semakin punya kendali penuh sejak kejadian kemarin. Apa semuanya setimpal dengan nama baiknya?

"Terserah."

Arvin menyalakan motornya. Mulai melajukan kendaraan roda dua itu kala Aletta sudah mantap duduk di jok belakang.

***

Semua pandangan tertuju ke arah pasangan yang baru saja tiba di pekarangan sekolah. Aletta dengan santai berjalan di sisi Arvin. Tidak pegangan tangan atau apa memang. Hanya saja jarang sekali Arvin membiarkan gadis itu untuk dekat.

Hendery dari kejauhan melihat senyuman Aletta tertawa kecil. Tawa senang dan sedih akan kenyataan di yang dilihat.

Sekilas ekor mata Aletta menangkap sosok pemuda jangkung di sisi kanan lorong tengah tersenyum ikut gembira atas keberhasilan rencananya.

Aletta mengacungkan jempol dengan senyum lebar yang paling bahagia.

"Hufft, setidaknya lo bisa tersenyum, Ta, walau nggak lama," gumam Hendery.

"Kak Arvin?" Diana, Anasya, dan Agnes mendatangi Arvin. Aletta yang ada di sisi kanan Arvin hanya tersenyum tak mempedulikan tatapan horor Anasya dan Agnes.

"Kakak kok sama Aletta?" tanya Diana.

"Kenapa? Arvin 'kan calon gue, lo nggak ada hak buat larang," balas Aletta.

"Ada! Dian pacarnya Arvin," tegas Anasya.

"Gue calon tunangannya, calon istrinya, gue masa depan Arvin!"

"Tap——"

"Udah, cukup." Arvin menghentikan perdebatan. Sekilas menatap tajam Aletta sebelum tatapan itu berubah lembut saat menatap Diana. "Maafin aku, kamu ngerti 'kan posisi aku gimana?" tanya Arvin dengan suara lembutnya.

Aletta menghela kasar. Entah kapan Arvin akan berbicara seperti ini? Mendadak kepalanya memikirkan sesuatu. 'Apa gue terluka atau mati dulu baru dia bisa lembut kek gitu?' batinnya.

TBC

ANTAGONIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang