Just info untuk beberapa pembaca, tolong baca ulang part sebelumnya di scane akhir, karena ada perubahan. Bukan, lebih tepatnya penambahan, karena kemarin saya nggak fokus, sampai menghilangkan satu adegan khusus yang bisa ngerusak alur, walau hal kecil. Tapi, ya karena alur cerita ini bener-bener udah saya atur, kurang sedikit aja bisa jadi celah yang nggak enak.Okay, selamat membaca untuk kalian. Terima kasih udah mampir. Saya menghargai kehadiran kalian di sini.
Semoga suka~***
"Aletta?"
Gadis berkuncir kuda, si pemilik nama itu berjalan lurus menuju ke arah Anasya yang basah karena air. Aletta membuka hoodie yang dikenakan lantas melemparkannya ke arah Anasya. Menutup bagian yang seharusnya tertutup.
"Gue memang cinta sama Kak Arvin, dan gue pernah bodoh karena mencintai dia gue nyakitin banyak orang, tapi gue nggak nyangka kalau sebodoh-bodohnya gue, masih ada orang yang jauh lebih bodoh lagi. Seorang perempuan rela me jatuhkan harga dirinya di hadapan seorang laki-laki yang jelas tidak pantas diperebutkan," tutur Aletta panjang. Ia menatap Anasya miris.
"Cowok di dunia ini nggak hanya dia, Sya. Tolong lah jangan terlalu bego, harga diri lo bahkan lebih tinggi daripada keberadaan dia. Kenapa sih, lo lebih sayang sama dia yang bukan siapa-siapa dibandingkan diri lo sendiri?" Aletta berkali-kali menunjuk Arvin yang berdiri diam di belakangnya.
Sekalipun tak melihat ke arah Arvin yang merasa tertohok sekarang.
"Lo punya Nando, lo punya keluarga, lo punya temen, lo cantik dan lo bisa dapet siapa aja yang lo mau, tapi kenapa? Satu cowok yang kayak dia bisa bikin lo kayak gini? Sadar, Sya. Lo bisa jadi lebih baik, lo bisa dapet yang lebih baik."
Anasya bangkit. Dengan sinis ia melemparkan hoodie Aletta. Kemudian mengkancingkan seragamnya.
"Gue nggak butuh ceramah lo," ucap Anasya.
"Gue udah rela temenan sama si cupu sok jago itu demi dapetin Kak Arvin, gue nungguin dia dengan setia, gue tahan cemburu gue waktu dia bareng sama Diana, gue tahan sampai tiba waktunya untuk dapetin cowok idaman gue, lo malah ngehalangin gue," kesal Anasya. Gadis itu mendekati Aletta, semakin dekat hingga Aletta bisa melihat tatapan tajam Anasya dengan sangat jelas. "Gue nggak akan mundur."
Bugh!
Satu pukulan Aletta terima, Anasya berhasil membuat Aletta tersungkur. Spontan Arvin mendekati Aletta."Kamu nggak papa, Ta?" tanya Arvin.
Aletta tertegun mendengar kalimat dan suara Arvin yang berubah kepadanya. Tidak ada 'lo-gue' lagi. Tidak ada oktaf tinggi dan dingin lagi.
"Kak Arvin, kenapa nolongin Aletta, sih?!"
"Cukup!" Arvin mendekati Anasya. Pemuda itu terlihat cukup marah sekarang. "Bener kata Aletta, gue ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, gue juga nggak akan bisa suka sama orang kayak lo. Cara lo ini salah, lo nggak seharusnya jadi cewek murahan cuma karena gue, Sya."
Langkah kaki seseorang yang mendekati lokasi mengalihkan atensi semua orang. Aletta berdiri, senyumannya terbit. Hari ini tidak salah ia berjalan di lorong sunyi ini. Ia mendapatkan tontonan menarik, tentang dua orang bodoh yang berlagak jahat.
"Lo manfaatin gue, Sya?" Suara Diana yang rendah dan tatapan kagetnya kentara sekali.
"Iya."
"Lo deketin gue, jadiin gue temen karena lo suka sama Kak Arvin?" tanya Diana lagi.
"Iya!"
"Jahat lo, Sya," lirih Diana.
"Jahat? Lo lebih jahat, Diana. Jangan sok suci deh," sinis Anasya.
"Kalian berdua sama, aja. Sama-sama manipulatif, sama-sama memanfaatkan, hubungan kalian nggak pantas disebut persahabatan apalagi pertemanan. Kalian lebih bisa dibilang musuh dalam selimut. Saling memegang pisau untuk menerkam satu sama lain di waktu yang tepat," simpul Aletta.
"Lo tahu apa tentang kita, huh?!"
Nada tinggi Diana yang sudah lepas kendali bahkan membuat dirinya sendiri terkejut. Sekarang ia sudah menampakkan asli wajahnya di hadapan Arvin karena hilang kendali.
Arvin bukan kaget, ia malah tersenyum. Mendekati Diana kemudian menepuk pundak gadis itu.
"Nggak usah khawatir, gue udah tahu." Arvin tampak tenang merespon. "Kita putus aja, ya."
Diana sontak kaget, ia mencengkram tangan Arvin menahan pemuda itu beranjak. "Nggak, Kak! Aku nggak mau!"
Perlahan Arvin melepas genggaman itu. "Permainan Antagonis dan protagonis lo udah selesai, lo udah memanfaatkan gue dengan baik, lo udah mainin gue sesuai dengan apa yang lo mau, lo udah jadi orang hebat, lo nggak perlu gue untuk mencintai lo," sarkas Arvin.
"Ka-kakak tahu dari mana?"
"Dari kamu, dari Anasya, kalian yang menyampaikannya sendiri."
***
"Aletta, tunggu!" seru Arvin yang berlari ke arah Aletta. Gadis yang dipanggil menatap bingung.
Lirikan mata Aletta tertuju ke arah belakang Arvin.
"Nggak diikuti, Kak?" tanya Aletta. Kali ini cara bicara Aletta pun berubah, ia rasa panggilan akrab dengan Arvin juga harus hilang agar perasaannya turut hilang juga
"Nggak, Anasya dibawa Nando tadi," jawab Arvin yang kini berjalan santai beriringan dengan Aletta.
"Diana?"
"Dia nggak ngejar aku atau bicara lagi sama aku," jawab Arvin.
"Jadi patung, Kak?" tanya Aletta polos.
Arvin tertawa kecil. Itu sontak membuat Aletta kaget. Seorang Arvin yang selalu galak dan dingin tertawa hari ini di hadapannya. "Nggak lah, dia mungkin syok karena aku tahu semua rahasia dia," jawab Arvin.
"Kakak kok bisa tahu? Aku aja kaget Diana kayak gitu," tutur Aletta takut. Sungguh saat ini ia mengatakan pertanyaan penasarannya sejak tadi Arvin mengatakan semua itu. Ia tidak tahu apakah Arvin akan keberatan atau—
"Aku denger pas acara ulang tahun Anasya. Mereka ngobrolin tentang ini."
Aletta kaget. Arvin mau menjawabnya. Kemudian Aletta hanya diam. Ia tidak tahu mau merespon bagaimana. Mau menanyakan apakah Arvin sakit hati, itu sudah sangat terlihat dari tatapannya. Pasti sakit sekali, di saat cinta tulus yang diberikan kepada seseorang ternyata dimainkan untuk alat balas dendam.
Diana gila, permainannya sungguh sangat jahat, dia memanfaatkan perasan orang demi kesenangan sendiri. Sekarang Aletta merasa dirinya bahkan lebih baik daripada Diana. Mungkin dalam hal ini Diana adalah antagonis yang utama. Aletta menoleh ke arah Arvin.
Hela napas panjang menguar. 'Semua tokoh perempuan yang mencintainya, adalah antagonis yang menyeramkan. Termasuk aku,' batin Aletta.
TBC
****
Oke ges, keknya ini saya agak molorin jadwal tamatnya. Kenapa? Karena saya sayang untuk namatin, saya masih bingung setelah ini kalau gabut saya nulis cerita apa? 😭😅
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS [TAMAT]
Teen Fiction#2 in mentalhealt (19/6/2022) #1 in sad vibes (18/6/2022) #8 in bucin (22/6/2022) #3 in cinta segitiga (24/6/2022) #9 in Fiksi remaja (25/6/2022) Tokoh jahat akan menjadi pemeran utama. Sebuah kisah yang menceritakan tentang Aletta Queena yang...