Kencan

5.1K 304 2
                                    


Persaingan cinta antara Diana, Arvin, dan Aletta yang terang-terangan bukan lagi hal yang istimewa bagi warga sekolah yang biasa melihat pertengkaran Aletta yang obsesi dengan Arvin dan Diana gadis yang dicintai Arvin.

Aletta masih juga belum jera dan semakin menggila setelah tamparan Arvin hari itu.

"Arvin! Nanti malem ikut gue ke toko buku, yuk. Ada novel horor terbaru soalnya," tutur Aletta yang menggelayut manja di tangan Arvin. Cowok itu melirik Aletta malas. Kemudian melepas genggaman tersebut.

"Gue sibuk. Gue punya banyak tugas," jelas Arvin yang pastinya itu semua bohong. Karena sebenarnya malam ini Arvin berniat mengungkapkan perasaanya ke Diana yang sudah berani menerima ajakan kencannya setelah enam kali ditolak.

"Ck! Ayolah."

Aletta masih bersikeras untuk bisa pergi bersama Arvin.

"Biasanya juga lo pergi sendiri. Ya,  udah sekarang pergi sendiri, aja."

Cewek dengan iris cokelat tersebut mencebik tak senang. Usahanya gagal. Niat hati malam ini ingin mengajak Arvin menghabiskan malam indah bersama. Karena prediksi yang mengatakan akan ada hujan meteor malam ini. Sembari menikmati pemandangan langit itu, Aletta mengkhayalkan Arvin yang duduk di pangkuannya. Mereka bersama duduk di rumput yang hijau. Pasti menyenangkan.

Memaksa Arvin yang sedang ingin belajar itu adalah hal yang paling Aletta hindari. Ia juga tak mau mengganggu konsentrasi belajar Arvin dan menurunkan nilai cowok itu yang terbilang sangat bagus.

"Heh, ya udah." Segera cewek dengan rambut tergerai di atas pinggang itu berjalan pergi dan Arvin merasa lega atas hal itu. Ia bisa kencan tanpa khawatir.

***

"Lo harus pakai pakaian terbaik," tutur seseorang di dalam toilet perempuan yang hendak Aletta masuki.

Awalnya ingin abai saja dengan gosip mereka tetapi begitu tahu siapa yang di dalam toilet, Aletta langsung kembali menutup pintu perlahan. Hendak menguping pembicaraan mereka, untuk mengetahui apa yang dimaksud dari 'pakaian terbaik'.

"Nanti malem udah tahu Arvin mau bawa lo ke mana?"

Pertanyaan tersebut seketika mengejutkan Aletta. Cewek itu terkesiap, perhatiannya semakin tersedot.

"Belum tahu. Katanya rahasia. Aku terpaksa, abisnya dia udah enam kali ngajak aku kencan, aku tolak."

"Pun lo juga udah suka sama dia, 'kan?"

Diana yang mendengar tuduhan itu tersipu malu. Kemudian masuk ke bilik toilet.

Aletta yang menyaksikan itu langsung melangkah menjauh dari toilet. Ia meraih ponselnya dan menekan sebuah nomor.

"Halo? Bang, lo masih butuh uang, 'kan?"

Ada sahutan dari seberang sana dan Aletta tersenyum puas.

"Gue punya tugas buat lo."

***

Diana dengan gaun hijau semata kaki, rambut diikal, polesan make up yang tipis membuatnya semakin cantik malam itu.

Kakinya yang terbalut heels dengan hak pendek mulai melangkah keluar dari rumah. Sebuah mobil seperti yang dikatakan Arvin datang menjemputnya. Diana langsung memasuki mobil tersebut. Jantungnya memacu cepat, ia sangat gugup.

"Halo?" sapa Diana saat ia mengangkat panggilan dari Anasya.

"Lo udah di mana?"

"Masih di mobil, Sya."

"Semoga bisa jadian, ya!"

"Haha, iya, aamiin."

Sopir yang membawa mobil tersenyum sinis. Ia mengarahkan mobil ke jalan yang sunyi. Diana mengernyit heran, kenapa juga Arvin membawanya ke tempat seperti ini?

Mobil berhenti di tepi jalanan yang gelap dan penuh dengan pohon. Diana panik saat seseorang dengan wajah tertutup menghampiri mereka.

"Pak, ayo maju. Itu ada orang bawa pisau!" seru Aletta.

Akan tetapi, sopir itu tak juga melajukan mobil. Tiba-tiba mobil dipenuhi asap yang seketika membuat Diana tak sadarkan diri.

***

Di padang rumput yang sudah menjadi tempat terbaik untuk mengungkapkan perasaan sudah menjadi semakin indah karena kerja keras Arvin. Ia dengan mandiri menyiapkan semuanya.

"Liat hujan meteor sambil ngemil. Terus kasih bunga, nyatain cinta. Simpel tapi luar biasa," gumamnya.

"Arvin!"

TBC

ANTAGONIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang