Kencan II

4.6K 319 4
                                    


"Arvin!"

Cowok dengan setelan kemeja lengan panjang berwarna putih yang digulung setengah lengan itu berbalik dan terkejut melihat sosok Aletta yang berdiri dengan gaun hijau selutut.

"Lo ... ngapain lo di sini? Dian mana?" tanya Arvin yang langsung menghampiri Aletta.

Cewek itu hanya tersenyum, seolah pertanyaan Arvin hanya angin lalu, Aletta berjalan maju menuju tempat yang sudah dihias Arvin. Cewek dengan rambut diikal dengan bando putih itu bahkan tak berbalik barang sebentar.

"Wah, lo ngias ini semua? Keren banget." Aletta duduk di tempat yang disediakan. Dengan tatapan terarah ke langit malam yang indah.

"Aletta!" Arvin menarik kasar Aletta yang duduk hingga berdiri menghadapnya. Tentu Aletta meringis karena kekuatan tangan Arvin. Meski begitu, cewek tersebut tetap saja memasang senyuman manisnya. "Di mana Diana?!" bentak Arvin.

"Cuma lagi jalan-jalan, aja sama orang-orang gue," balas Aletta santai.

Seketika Arvin terhenyak. Ia semakin mempererat genggaman, dan mengikis jarak. "Bilangin ke gue lo apain Diana?" geram Arvin dengan suara pelan. Berusaha menahan emosi, meskipun giginya gemeretak karena kesal.

Cup!
Seolah tak mengenal keadaan. Aletta justru mengecup bibir Arvin singkat, setelah kecupan singkat itu ia justru tersenyum seraya mengacak rambut Arvin.

"Aletta!" bentak Arvin.

"Kenapa, sih?" Aletta dengan bibir yang dimajukan mencoba menjadi sosok imut yang justru membuat Arvin kesal.

"Lo keterlaluan!"

"Terserah!" Aletta menjawab ketus. Ia kemudian kembali duduk di atas rumput dan menyantap camilan yang tersedia. Mengabaikan Arvin yang sudah kelabalan.

"Duduk sini sama gue," tutur Aletta menepuk sisi yang kosong.

"Lo—"

"Nggak usah panik, dia cuma gue kurung aja, kok. Nggak akan lecet," balas Aletta.

"Lo gilak!"

***

Arvin pergi. Tetapi, Aletta senang. Ia senang bisa mendapat kecupan singkat itu. Ia senang karena hal itu. Namun, melihat Arvin yang khawatir tentang Diana yang dikurungnya membuat Aletta sedih. Bahkan sangat.

Mendadak terdengar sering ponsel Aletta yang berasal dari tas kecilnya. Segera ia meraih ponsel tersebut. Mengangkat panggilan dari orangnya.

"Nona, gadis itu di mana? dari tadi saya tunggu nggak keluar juga dari rumahnya," ucap bawahan Aletta.

Seketika cewek bermata tajam tersebut kaget. Ia berdiri refleks. "Bukannya lo udah amanin?!"

"Belum, Nona. Kami agak terlambat tadi," jawab dari seberang sana.

Aletta seketika panik. Meskipun Diana sudah tak lagi menjadi temannya, tetap saja Aletta merasa khawatir.

"Cari keberadaannya, cepat!"

***

Sejak tadi Aletta terus berkeliling mencari keberadaan Diana. Sungguh sekarang ini ia sangat takut. Jika sesuatu terjadi pada Diana, sedang Arvin tahu dirinya adalah pelaku. Bisa saja nanti bisa menjadi masalah besar.

"Nona! Kami sudah menemukan tempatnya!" Panggilan yang tersambung menghadiahi Aletta jawaban yang dipertanyakan sejak tadi.

"Kirim lokasinya," tutur cewek itu.

"Biar kami saja yang mengurus."

"Tidak. Aku juga terlibat," sanggah Aletta.

***

Gudang yang gelap. Aletta tiba di tempat itu kini. Ia bersama enam orang bertubuh kekar yang siap dengan senjata. Aletta menyelinap bersama Erwin si pemimpin pasukan. Aletta memasuki ruang utama. Melihat Diana yang diikat di tengah ruangan temaram membuatnya gegabah dan langsung bertindak tanpa berpikir. Erwin yang terkejut dengan tindakan tiba-tiba Aletta tak bisa mencegah.

Ia hanya bisa mengawasi, takut ada jebakan. Erwin ikut bersama Aletta, berjaga di belakang cewek itu.

"Lo baik-baik, aja?" tanya Aletta.

Tiba-tiba seseorang muncul dari kegelapan dengan pisau di tangannya. Siap menyerang Diana, refleks Aletta yang terbilang bodoh justru menjadikan diri sendiri sebagai tameng.

"Goblok, gue 'kan manusia biasa bukan manusia besi. Bisa-bisanya, ck," gerutu Aletta ditengah rasa sakit yang mendera. Pisau itu menusuk perut bagian kanannya. Sungguh sakit yang dirasakan Aletta sangat dahsyat.

"Kejar!" Erwin dengan cepat mengejar pelaku.

Penjaga yang lain juga ikut mengejar rekan pelaku yang keluar dari persembunyian karena hendak kabur bersama pelaku utama.

"Ferdy jaga Nona Aletta!" teriak Erwin yang sedang mengejar si penusuk.

Aletta yang menahan sakit langsung menarik pisau itu dengan kekuatan penuh. Agar sakitnya tak terlalu terasa. Hingga gerakan itu membuatnya melukai lengan Diana agak dalam. Cewek itu meringis, adegan itu terlihat oleh Arvin yang baru tiba.

"Diana!"  Cowok itu histeris. Menghampiri Diana dan mengeluarkan sapu tangan untuk mencegah pendarahan.

Aletta mematung melihat kehadiran Arvin. Pemuda itu tampak kesal begitu memalingkan wajahnya ke arah Aletta.

"Lo keterlaluan, Al. Gue nggak cinta sama lo, sampai kapan pun akan begitu. Gue nggak akan bisa suka sama cewek kejam kayak lo. Cuma karena cinta lo ngelakuin kayak gini? Egois! Gilak lo!" maki Arvin. "Ayo, Di, kita ke rumah sakit."

Aletta yang melihat itu, sadar. Ia seketika sadar dan tertawa sarkas.

"Sebenci itu lo sama gue?" tanya Aletta yang masih enggan berbalik menatap Arvin dan Diana yang ada di ambang pintu gudang kosong.

"Iya!"

"Lo bisa liat luka kecil Diana, tapi gue? Lo bahkan nggak tahu cerita sebenarnya dan main ngejudge gue gitu aja. Dan Diana, lo pasti tahu dong apa yang terjadi. Tapi lo masih diem kayak orang bego, dan biarin kebencian Arvin ke gue meningkat. Sebenarnya yang jahat di sini siapa, sih?"

Seketika, air mata Aletta jatuh. Sakit di hati dan di luka tubuhnya menyatu sungguh sangat menyiksa Aletta.

Bruk!
Aletta ambruk dan yang menyedihkan lagi, Arvin tak juga berbalik dan terus berjalan mengabaikan apa yang terjadi di belakangnya.

TBC

ANTAGONIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang