Aletta

15.9K 804 6
                                    


"Gue pergi dulu, bye!" Aletta berjalan meninggalkan Arvin dan Diana di lorong sekolah yang ramai. Diana yang cantik dan Arvin yang tampan, menjadi perpaduan pas untuk menjadi pusat perhatian.

Akan tetapi, yang menjadi tanya adalah pemuda itu memanggil Diana sebagai Aletta.

"Seharusnya dia nggak segoblok itu, 'kan?" Arvin bertanya pada Diana yang diam mematung.

Diana mengangguk. Ia melirik name tag yang ada di blazer marun yang ia kenakan. "Dia panik," jawab Dian.

Kebenarannya adalah Arvin sudah tahu tentang Diana dan Aletta. Bukan. Bukan Diana yang mengatakan kebenarannya, tetapi Arvin yang sudah mengenal Diana terlebih dahulu begitu juga dengan Diana. Keduanya saling kenal seminggu sebelum pertemuan. Mereka sering bertemu, bahkan selama seminggu penuh itu mereka terus bertemu di tempat yang sama dengan alasan yang sama. Yaitu hewan peliharaan.

Keduanya terus bertemu di klinik hewan. Selama seminggu di jam sama untuk menjenguk hewan peliharaan mereka.

"Keadaan Aci gimana?" tanya Arvin pada Diana yang kini mereka bersama berjalan menyusuri lorong. Keduanya tidak canggung sama sekali. Aci—kucing Diana juga sudah akrab dengan Arvin.

"Udah sehat. Udah lincah juga. Kalau kucing kamu? Sosro, ya namanya?"

"Iya. Sosro masih di klinik. Masih harus dikontrol."

Alasan Diana ragu menyebut nama kucing Arvin karena nama kucingnya mirip dengan brand teh instan. Jadi, agak aneh menyebutnya. Tapi, mungkin nama kucing Diana juga terdengar aneh.

"Aletta cantik, 'kan?" tanya Diana mengubah pembicaraan.

Arvin terdiam. Kemudian dengan santai menjawab. "Cantikan lo."

Seketika Diana yang ada di sebelahnya terkejut. Gadis itu mendongak melihat Arvin yang menatap lembut ke arahnya. Seolah kenalan lama, tangan Arvin bahkan tak segan bergerak mengusap kepala Diana. "Dia cantik tapi mandang fisik."

"Kalau gue gendut kayak yang dikhayalkan Aletta, lo gimana?" tanya Arvin kemudian.

Diana terdiam. Ia melihat iris cokelat yang indah milik Arvin. "Ya, nggak gimana-gimana, lagian yang bakalan tunangan sama kamu 'kan Aletta."

Gadis berambut lurus tergerai itu lantas pergi meninggalkan Arvin dengan senyuman manis yang terpatri di wajah tampannya. Satu kata tentang Diana. Unik. Kenapa? Karena dia berbeda dari gadis lain yang langsung tertarik pada penampilan Arvin di kala bertemu. Diana justru biasa saja, seolah tidak ada reaksi kagum barang sedikit. Kagum pun karena Arvin suka kucing.

***

"Tega banget sih kamu ninggalin aku sama Arvin!" protes Diana begitu ia tiba di tempat duduknya. Tepat di depan Diana duduk sosok Aletta yang tengah mendengarkan musik dari headphone-nya.

"Ta!" rengek Diana yang tak dihiraukan.

"Hm?" Aletta melepas headphone seraya menoleh ke arah Dian yang misuh-misuh. "Kenapa? Lagian 'kan Arvin kenal lo itu Aletta. Ya, gue di sana pun nggak akan ngaruh. Gue itu ... asing."

Aletta kemudian kembali memakai headphone dan kembali membaca buku novel horor. Sama seperti Diana, Aletta juga suka baca buku, kadang, sih. Hanya saja beda genre. Kalau Diana buku pelajaran, kalau Aletta novel horor dan fantasi.

"Kamu dulu temenan sama Arvin?"

Aletta melepaskan headphone-nya, kali ini tak ada minat untuk memakai lagi. Lagipula pelajaran sudah akan dimulai. Aletta berbalik menatap Diana yang penasaran.

"Iya."

"Dia gimana anaknya?"

Aletta diam. Menatap Diana sesaat sebelum kemudian tertawa. "Dia cengeng, gendut, manja. Itu yang gue liat dari Arvin." Aletta tak sadar jika kalimat itu di dengar oleh Arvin yang baru saja memasuki kelas bersama wali kelas mereka.

"Lo tahu? Ada kakak kelas baru yang ganteng banget dari Dubai! Gila. Gantengnya tuh beda benget dianya," puji seorang siswi yang baru saja memasuki kelas.

"Namanya siapa?"

"Arvin. Yang gue tahu, ya."

"Tapi dia deket sama Diana, bisa dihajar Aletta kalau kita jadi PHO," sahut yang lainnya. Mendengar perkataan teman mereka itu, pembahasan tentang Arvin langsung terhenti. Mereka cukup takut dengan Aletta yang memiliki kekuasaan di sekolah ini.

"Tapi Kak Arvin udah besar, mungkin nggak lagi kayak yang kamu bilang," protes Diana.

"Ya memang enggak. Toh, lo nanya yang dulu bukan yang sekarang."

"Iya juga."

"Dasar lemot." Aletta menoyor kepala Diana karena kesal. Gadis itu mendadak diserang satu pertanyaan. "Lo manggil Arvin apa tadi? Kakak? Sejak kapan? Kok gue geli liat lo gini, Di," kekeh Aletta.

"Sejak gue kenal dia."

TBC

!Revisi!

ANTAGONIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang