Setelah menjauh dari Arvin, Aletta merasa kehidupannya menjadi lebih menyenangkan, tidak ada beban pikiran untuk rencana mencari perhatian, tidak ada lagi rasa sakit luar biasa karena dimaki oleh Arvin. Intinya, semua menjadi lebih baik. Meskipun perasaan Aletta tak terhapus secara sempurna, setidaknya ia sudah merasa sedikit bebas. Rasa cinta dan obsesi untuk memiliki sudah menghilang.Dia juga sekarang lebih banyak memiliki teman. Dulu saat dengan Diana, Aletta yang masa bodo dengan dunia pertemanan merasa cukup dengan adanya Diana, sedang Diana yang pendiam merasa cukup dengan adanya Aletta. Tetapi, hubungan manipulatif itu sebenarnya saling menyakiti bukan saling menjaga. Hanya keduanya merasa, santai saja. Ketika Arvin kembali ke Indonesia, Aletta yang terobsesi untuk memiliki mulai terus mengitari Arvin seolah dia adalah pusatnya, tak memandang kanan dan kiri di mana di sekitarnya ada dunia yang lain juga.
Cinta memang membuat bodoh, kawan.
"Kalau dipikir gue dulu bego banget, ya?" tanya Aletta pada empat temannya. Mereka kini sedang membolos, sesekali menjadi nakal tidak masalah, bukan?
"Baru sadar lo? Dari kemarin otak lo ke mana aja, Ta?" sarkas Danu——teman Hendery dan sudah menjadi teman Aletta juga.
"Kayaknya lagi refreshing di hati Arvin," balas Aletta.
"Anjay ni bocah bucinnya belum terobati," sahut Fandy—teman sekelas Aletta yang dekat karena salah buku catatan.
"Ta, sadar 'kan? Udah jangan mau jadi bego lagi, rela jadi cewek jahat cuma karena satu cowok? Najis, Ta! Kayak bumi cuma dihuni sama Arvin seorang, aja," jelas Nando——gamers yang sering menyendiri di kelas Aletta, kenal karena Nando kehabisan kuota dan Aletta mendekati dengan memberikan hospot, tapi tujuan Aletta adalah mendapat contekan Fisika, karena Nando jago Fisika.
"Ta, lo bawa makanan tadi, buat siapa?" tanya Hendery yang ada di sisi kanan Aletta.
"Untuk ...." Aletta menggantung kalimatnya sengaja.
"Arvin pasti, nih," tebak Fandy.
"Kalian," imbuh Aletta.
Danu mendekat, ia yang duduk di pojok sambil nonton doraemon langsung menghadap Aletta.
"Isinya apa, Yang?"
"Cake cokelat, Babe," jawab Aletta. Semua orang bersorak, tetapi langsung senyap karena satu gerakan Aletta yang menyuruh mereka diam. "Nanti kita makan di kantin," imbuh Aletta.
"Okay!"
Satu hal yang menjadi kunci perubahan Aletta adalah, Hendery.
Manik Aletta menatap sosok Hendery yang tengah membaca buku biologi, memang sekarang pemuda itu tak di kelas, tetapi pikirannya tetap tentang pelajaran, buat apa bolos? Tetapi, memang beginilah Hendery, si anak profesor terkenal.
Sungguh Aletta beruntung memiliki Hendery di sisinya, seorang yang setia, seseorang yang selalu sabar, rela mencintai meskipun tak mendapatkan balasan, di dunia ini mungkin hanya Hendery yang seperti itu? Atau masih ada? Yang pasti jika seseorang dicintai sedemikian rupa dia sangat beruntung.
***
"Cake cokelat!" Aletta berseru seraya membuka kotak bekal yang ia bawa.
Makanan yang ia buat sendiri, untuk teman-teman yang sudah menerimanya. Di sekolah ini sebagian besar murid sudah memaafkan Aletta, sudah mau berteman dengan Aletta, sudah sudi untuk bertegur sapa, dan itu adalah perkembangan pesat yang Aletta dapat dari 'bersikap ramah'.
"Widih! Enak kayaknya," ucap Fandy yang hendak mengambil satu tetapi tangannya dipukul oleh Aletta.
"Dery dulu!" seru Aletta.
"Huh, dasar."
Hendery yang mendengar dan melihat kelakuan keduanya tertawa puas. Senyuman di wajah tiga temannya sirna begitu saja karena pembelaan Aletta.
"Enak, Ta," puji Hendery.
"Nah, baru kalian boleh makan," kata Aletta dengan perasaan lega dan senyuman cerianya.
Danu, Fandy, dan Nando tertawa.
"Tadinya sih gue ngerasa iri Hendery di duluin, sekarang gue malah ngakak ternyata Hendery kelinci percobaan, doang," ucap Danu di sela tawanya.
"Iya, Njir!" sahut Nando.
"Nggak papa, 'kan, Der?"
"Apa sih yang nggak buat lo, Ta," balas Hendery.
"Apakah kalian menganggap kami ini tunggul?" tanya Nando.
Aletta tertawa. Ia kemudian menyerahkan beberapa cake lagi ke arah temannya agar tidak ada lagi keributan.
"Permisi." Suara tak asing yang menginterupsi itu membuat beberapa orang di meja merasa kesal. Terutama Nando.
"Mau apa lo?" tanya Nando sinis.
"Lo kenapa, sih? Gue dateng baik-baik," balas Anasya.
Aletta tahu jika Nando dan Anasya adalah saudara kembar. Kejutan sekali bukan? Keduanya sangat bertolsk belakang. Anasya yang bossy dan manja, Nando yang cuek dan hanya mementingkan game saja. Hubungan mereka tak pernah bisa dibilang seperti saudara. Karena Nando tidak suka sifat Anasya yang kerap membully dan menghina tetapi masih sanggup untuk tersenyum. Nando sering bilang jika saudarinya itu bahkan lebih kejam dari Aletta.
"Undangan ultah gue, nih buat kalian. Dateng, ya," kata Anasya seraya menyerahkan gulungan kertas merah muda yang diikat pita putih.
"Dress code merah muda, cowoknya putih," jelasnya. "Gue tunggu kedatangan tuan putri dan para pasukannya," inbuh Anasya sebelum beranjak.
"Apa cuma gue yang ngerasa aneh," gumam Aletta.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS [TAMAT]
Teen Fiction#2 in mentalhealt (19/6/2022) #1 in sad vibes (18/6/2022) #8 in bucin (22/6/2022) #3 in cinta segitiga (24/6/2022) #9 in Fiksi remaja (25/6/2022) Tokoh jahat akan menjadi pemeran utama. Sebuah kisah yang menceritakan tentang Aletta Queena yang...