Kau bagaikan matahari yang selalu ada saat langit membutuhkannya untuk menerangi kehidupan. Disaat aku terpuruk dan tenggelam dalam lubang yang gelap, kaulah yang selalu ada untukku. Aku hampir saja tidak mempercayai bahwa dunia tak pernah berpihak dan mendukungku, tapi kau berhasil membuat aku bangkit dari keadaan itu. Namun mengapa? Mengapa kau pergi begitu saja dari kehidupanku. Seperti namamu kau juga seperti hujan yang datang tanpa diinginkan dan juga pergi meninggalkan jejak. Luka yang mulai sembuh akan kehadiranmu kembali seperti semula, dunia yang datar dan juga hampa.
~Deonata Lio Bagaskara~
•••
"Ayo Nat semangat, aku yakin kamu pasti menang!" ucap salah satu gadis disana yang terus menyemangati laki-laki yang bernama Deonata.
Sorak-sorai dari penonton balap liar kali ini sangatlah ramai. Semua orang sedang terfokus pada laki-laki disana, setelah beberapa jam bertanding melawan satu sama lain, akhirnya salah satu dari pembalap tersebut menang sambil membawakan bendera kotak hitam putih seperti permainan catur.
"Gila lagi-lagi lo menang," sewot Wira terhadap sahabatnya yang menang ke lima kali berturut-turut. Wira sendiri sebenarnya bingung, mengapa sahabatnya ini sangat berapi-api jika sudah mengenai balapan, seperti ada emosi yang selalu mengendap dalam hatinya.
"Kenapa, iri?"
"Ya enggaklah ngapain gue iri sama lo, tapi kali-kali biarin kek gue menang, orang-orang disini juga bosen ngelihat lo bawa bendera itu," jelas Wira.
Laki-laki itu hanya berdeham saja mendengar ocehan sahabatnya, seraya menganggukkan kepala yang masih tertutupi helmnya. Saat ia sedang mematikan mesin motornya, seorang perempuan yang sedari tadi meneriaki nama Nata pun menghampiri mereka berdua dengan langkah yang gembira. Dirinya pun langsung mengalungkan tangannya di tengkuk pria itu.
"Aku bilang juga apa, pasti Nata aku ini menang," ucap perempuan yang bernama Clara itu dengan tersenyum manis. Perempuan tersebut berpenampilan sangat cantik dengan rambut panjangnya yang tergerai dan berterbangan karena angin.
Nata yang merasa risih langsung menghempaskan tangan tersebut kasar, setelah itu membuka helm yang masih terpaut di kepalanya.
"Lo jangan lancang ya," ketus Nata pada Clara dengan mengernyitkan keningnya.
"Iya deh maaf kalau gitu, reflek kan soalnya aku itu bangga banget sama kamu," ucap Clara seraya memanyunkan bibirnya.
"Simpen aja kebanggaan lo itu, gue gak butuh itu semua!"
Wira yang sedari tadi diam saja pun mulai mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol Nata yang sempat emosi karena tingkah laku Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Game of Fate [SELESAI]
Teen Fiction"Nata, makasih ya untuk semua memori indah yang kamu beri untuk aku. Sekarang aku izin pamit. Maaf aku nggak bisa menepati janji aku untuk kamu." "Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana Ra!?" "Raina!?" Deonata Lio Bagaskara, laki-laki dengan penuh seju...