Nata terdiam di dalam kamarnya, termenung sendiri memikirkan Raina sejak tadi. Mengapa di pikirannya sekarang hanya ada perempuan itu, apakah dirinya terbawa suasana, ataukah ada perasaan lain. Sudah beberapa kali ia merasakan perasaan yang begitu aneh di dalam dirinya, ia sama sekali tidak bisa menjabarkan perasaan apakah ini.
"Enggak, nggak mungkin kan kalo gue suka sama dia?" tanya Nata sendiri seraya mengacak-ngacak rambutnya kasar.
"Gue nggak mungkin suka sama cewe aneh dan manja kaya dia," ucap Nata penuh penekanan dan keyakinan.
Tak lama handphone-nya pun berbunyi menandakan adanya sebuah pesan masuk. Dengan raut wajah kesal karena terus memikirkan Raina, ia pun membuka pesan tersebut dan membacanya.
Raina Elvandra:
Jangan lupa besok dibawa ya surat persetujuannya, terima kasih:)
Nata tak menjawab pesan tersebut, dirinya malah melemparkan handphone-nya ke sembarang arah.
"Kenapa di pikiran gue selalu ada muka lo?!" kesal Nata seraya menunjuk handphone-nya.
Nila yang sedari tadi diluar kamar anaknya bingung mengapa Nata berteriak seperti itu, karena penasaran ia pun mengetuk pintunya dan meminta izin untuk masuk memberi makanan.
"Nat, Mama bawain kamu makan, Mama masuk ya?"
Nata memutarkan kedua bola matanya malas, lalu memilih untuk pura-pura tidur saat Nila membuka pintu kamar tersebut.
"Nata? Bangun dulu, Mama bawain kamu makan!" ucap Nila seraya mengelus rambut anaknya.
Hening, tak ada jawaban sama sekali. Tanpa pikir panjang Nila menaruh nampan yang berisi makanan itu di meja belajar Nata.
Saat hendak pergi, Nila tak sengaja melihat sebuah surat persetujuan orang tua untuk mengizinkan anaknya ikut acara kemah tahunan. Nila tahu, bahwa Nata tidak akan pernah meminta izin kepadanya karena sudah terlanjur kecewa, sehingga untuk berbicara saja laki-laki itu enggan.
Tak lama Nila pun mengambil sebuah bolpoin, lalu menandatangi surat tersebut untuk mengizinkan anaknya ikut.
"Semoga suatu saat nanti kamu bisa maafin Mama Nat," lirih Nila dengan suara yang sangat pelan.
•••
Pagi pun tiba, kini Nata sedang bersiap untuk pergi ke sekolah dengan merapikan seragam yang dipakainya, setelah dirasa cukup rapi, ia pun bergegas menuruni anak tangga dengan cepat, namun belum saja sampai bawah, dirinya dikejutkan oleh Raina yang sudah duduk di meja makan seraya tersenyum manis kepadanya.
"Hai," sapa Raina dengan melambaikan tangan kanannya.
Nata mengernyitkan keningnya, lalu berjalan menghampiri Nila yang sedang menyiapkan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Game of Fate [SELESAI]
Fiksi Remaja"Nata, makasih ya untuk semua memori indah yang kamu beri untuk aku. Sekarang aku izin pamit. Maaf aku nggak bisa menepati janji aku untuk kamu." "Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana Ra!?" "Raina!?" Deonata Lio Bagaskara, laki-laki dengan penuh seju...