[45] Kecewa Akan Janji Raina

76 8 0
                                    

Nata tersenyum mendengar itu, kata-kata yang Raina lontarkan begitu indah di telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nata tersenyum mendengar itu, kata-kata yang Raina lontarkan begitu indah di telinganya.

"Kalau gitu, mulai saat ini aku suka hujan," jelas Nata menatap Raina lekat.

Sakit yang Raina rasakan sudah tak dapat terbendung lagi, tetapi ia harus tetap menahannya agar Nata tak curiga ia menahan sakit.

"Nata, sambil nunggu hujan, aku boleh tidur nggak di pundak kamu sebentar?" tanya Raina.

"Kamu ngantuk?

Raina mengangguk pelan, "Iya, karena hujan aku jadi ngantuk."

Nata tersenyum singkat, lalu mengelus puncak kepala Raina yang dibaluti oleh kupluk itu dengan lembut.

"Sini," ujar Nata menarik pipi Raina lembut agar tidur di pundaknya.

"Maaf jadi ngerepotin kamu," lirih Raina seraya terpejam.

Nata menggelengkan kepalanya, "Kamu nggak pernah ngerepotin aku."

Setelah berjam-jam menunggu hujan reda, akhirnya hujan itu pun berhenti juga. Nata pun memeriksa dengan tangannya, apakah masih ada rintikan hujan yang menetes atau tidak, syukurnya, hujan itu benar-benar sudah berhenti.

"Sayang, bangun! Hujannya udah berhenti nih," panggil Nata lembut seraya mengelus pipi gadis itu.

Tak ada tanggapan sama sekali, Raina benar-benar tertidur lelap pikir Nata.

"Raina?" panggil Nata.

"Raina!?" panggil Nata sekali lagi, namun nihil, tetap tidak ada tanggapan dari Raina, gadis itu masih terpejam dengan wajah pucat nya.

"RAINA!!? Bangun Ra, aku mohon jangan kayak gini," teriak Nata lebih keras, dan sedikit menggoncangkan tubuh Raina yang kecil.

Hening, tak ada tanggapan apapun dari gadis itu, Nata yang mulai panik pun seperti kehilangan arah, tak tahu harus berbuat apa.

Spontan, Nata langsung membopong tubuh Raina dan meminta bantuan orang lain untuk ke rumah sakit.

"Tolong!!" teriak Nata.

"Ra, aku mohon jangan buat aku kayak gini," ucap dirinya sendiri.

•••

"Raina bangun Ra?!" lirih Nata seraya membantu para perawat untuk mendorong tubuh Raina yang sudah di letakkan di kasur.

Setelah Raina masuk ke ruang UGD, Nata tidak mampu berbuat apa-apa lagi selain berdoa meminta kesembuhan Raina.

Mereka semua berkumpul dengan pikiran masing-masing, memikirkan keadaan Raina yang sudah tak berdaya lemah, termasuk Yasmin. Sejak tadi Yasmin turut berdoa dengan memejamkan matanya khusyuk, meminta kesembuhan anaknya, diikuti Freya yang sejak tadi mengelus pundak Ibunya Raina untuk sabar menghadapi semua ini.

Beberapa jam kemudian, Dokter pun keluar dengan raut wajah serius. Tanpa berlama-lama lagi Dokter Dery pun segera memberitahu keadaan Raina kepada semua orang.

"Saya sudah ingatkan berkali-kali, jangan pernah melewati kemoterapi, saya sudah kasih jadwal kepada Raina, kenapa Raina tidak kunjung datang?" tanya Dokter sebelum beralih membicarakan keadaan Raina.

Yasmin pun mengernyitkan keningnya keheranan, termasuk juga Nata.

"Maksud Dokter Dery apa? Raina nggak pernah melewati kemoterapinya. Anak saya selalu izin terhadap saya untuk ke rumah sakit menjalani kemo," jelas Yasmin terbingung.

Dokter Dery pun menggelengkan kepalanya, "Raina sudah lama tidak menjalani kemonya, saya sudah ingatkan berkali-kali kepadanya, kalo ia tidak menjalani kemo, sel kankernya itu akan semakin menyebar, apalagi hal ini sudah tersebar ke beberapa bagian tubuh. Jadi kita harus mengecilkan sel kankernya terlebih dahulu sebelum menuju operasi."

Yasmin masih tak percaya dengan semua ini, ia pun melirik Nata dan langsung bertanya kepadanya.

"Nat, ini semua nggak bener kan? Kamu selalu anterin Raina ke rumah sakit bukan?" tanya Yasmin sembari menggoncangkan tubuh Nata frustasi.

Nata menggelengkan kepalanya lemah, tatapannya begitu kosong. Ia tak percaya Raina melakukan semua ini. Berarti selama ini Raina sudah pasrah akan hidupnya dan tak ingin lagi berjuang untuk kesembuhannya.

"Saya selalu tanya sama Raina mengenai kemoterapinya, tapi jawaban Raina selalu sama, katanya belum ada jadwal dari Dokter," jelas Nata.

Mendengar itu, Yasmin langsung terduduk lemas dan menangis, mengapa Raina melakukan semua ini, dimana janji Raina untuk sembuh? Apa Raina benar-benar sudah melupakan janjinya?

"Keadaan Raina saat ini cukup kritis, bahkan sampai harus di pasangkan alat-alat medis. Oleh karena itu kita harus menjaganya 24 jam supaya kita tahu perkembangannya seperti apa," jelas Dokter Dery mengenai keadaan Raina.

Semua orang hanya terdiam tak dapat berkata-kata lagi. Mereka tampak begitu parau dengan kesedihan yang mendalam.

"Dok, apa saya boleh ke dalam untuk melihat kondisi Raina?" tanya Nata dengan wajah yang sudah tak karuan akan sedihnya.

Dokter Dery pun mengangguk, "Boleh, tapi usahakan jangan terlalu banyak orang."

"Kalau gitu saya pergi dulu," pamit Dokter Dery setelahnya.

Dengan langkah berat Nata pun masuk ke dalam ruangan, melihat Raina yang terkapar lemah di sana. Suasana di ruangan tersebut tampak hening. Yang terdengar hanyalah suara Elektrokardiograf saja.

Nata pun duduk di samping Raina seraya terus menatapnya lekat, berharap Raina mengetahui kehadirannya dan bangun dari kritisnya.

"Raina? Aku ada disini," ucap Nata, meraih tangan gadis itu lembut.

"Jujur aku kecewa sama kamu Ra, kenapa kamu tiba-tiba gini? Kamu udah janji kan sama aku untuk sembuh?" lirih Nata begitu khawatir, dan terus menatap Raina yang terpejam.

"Raina, aku mohon sama kamu jangan kayak gini Ra, aku sayang sama kamu. Aku mohon!" ujar Nata mengelus pipi Raina dan memohon.

Nihil, tidak ada pergerakan sama sekali dari Raina, matanya masih terus terpejam tanpa adanya tanda-tanda sadar dari kritisnya.

"Aku mohon jangan pernah tinggalin aku," ucap Nata frustrasi dengan menenggelamkan wajahnya di atas lengan Raina.

Keanehan pun terjadi, seketika jari-jari tangan Raina pun bergerak dengan perlahan, menandakan sebentar lagi Raina akan bangun dari kritisnya.

Melihat hal itu Nata begitu bahagia dan bergegas memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan Raina lebih lanjut.

"Dokter," teriak Nata keluar ruangan.

"Ada apa Nat? tanya Yasmin kaget dan panik takut terjadi sesuatu kepada anaknya.

"Raina, Raina udah sadar Tante."

To Be Continued

_____________________________________

Hai, berjumpa lagi nih kita. Jangan lupa dukung cerita ini ya apabila kalian suka, dan don't forget to coment jika ada salah-salah.

Terima kasih✌️✌️

A Game of Fate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang