[42] Menyerah?

81 9 0
                                    

Sejak tadi, Raina hanya terdiam menatapi jendela dengan perasaan yang begitu campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi, Raina hanya terdiam menatapi jendela dengan perasaan yang begitu campur aduk. Hati serta pikirannya terus menghantui setiap waktu.

Takut, itulah satu kata yang dapat mendefinisikan dirinya saat ini. Takut bahwa suatu saat ia pergi meninggalkan dunia ini. meninggalkan Ibunya sendiri, meninggalkan Nata yang baru sembuh akan luka masa lalunya, meninggalkan sahabat terbaiknya, hal itulah yang sejak tadi Raina pikirkan, Raina tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia benar-benar takut dan khawatir.

"Raina yang dulu sama sekarang berbanding jauh ya ternyata," ucap Raina sendiri beralih menatap cermin, melihat dirinya sendiri yang begitu berbeda dari sebelumnya. Gadis itu hanya bisa tersenyum hampa.

Tubuh yang kurus, rambut yang semakin hari semakin rontok, wajah yang pucat. Ya, Raina menyadari itu semua dalam dirinya. Entah mengapa setelah mendengar pernyataan Dokter itu, seketika, Raina pun sudah tidak memiliki semangat hidup untuk berjuang.

Ditengah lamunan tersebut, tiba-tiba pintu kamarnya pun berderit dan terlihat sosok Ibunya yang sedang tersenyum seraya membawakan makanan untuk anak semata wayangnya.

"Makan dulu yuk sayang, kamu belum makan loh dari tadi," ujar Yasmin sembari menaruh makanannya di atas meja.

Raina mengangguk, lalu duduk di atas kasur seraya membalas senyuman Ibunya.

"Mau Mama suapin?" tanya Yasmin.

Raina pun mengangguk kedua kalinya.

Yasmin pun tersenyum, lalu mulai menyuapi Raina dengan perlahan. namun sebelum itu, Yasmin sempat membelai rambut Raina yang sudah semakin menipis, terlihat di tangannya banyak helaian rambut yang rontok. Sebenarnya, hati Yasmin sangat sakit ketika melihat itu. Tetapi Yasmin berusaha kuat di depan anaknya.

"Nggak papa ya sayang, rambut rontok itu menandakan sebentar lagi kamu akan sembuh," ucap Yasmin menguatkan.

Raina tak menjawab, melainkan ia hanya tersenyum hampa karena sudah tahu kenyataannya.

"Udah Ma, Raina kenyang," ujar Raina yang baru makan beberapa suap.

"Sedikit lagi ya, kan kamu harus minum obat Raina."

Raina menggeleng, seraya menutup mulutnya.

"Kalo dipaksain, Raina mual."

Yasmin menghembuskan napasnya kasar.

"Yaudah, Mama tinggal dulu ya sebentar, nanti Mama kesini lagi ngasih obat kamu."

Raina terdiam sejenak, lalu memanggil Ibunya yang baru saja ingin beranjak pergi.

"Ma?"

"Ada apa Ra? balas Yasmin.

"Ada yang mau Raina omongin, sebentar aja," ujar Raina hati-hati.

"Iya, omongin aja sayang,"

Lagi-lagi Raina terdiam sejenak, memikirkan bagaimana cara menjelaskan hal yang ingin disampaikannya.

A Game of Fate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang