Entah mengapa Nata kepikiran soal tadi malam, pria itu berjalan menuju kelas seraya berpikir keras, mengapa Raina terdengar cuek dalam telepon tersebut. Ia sangat tahu, kalau itu bukan sikap Raina seperti biasanya. Raina yang ia kenal pasti terlihat ceria, walaupun terdengar dari suaranya. Apakah dirinya sedang sakit, atau bagaimana? entahlah Nata pun ikut bingung sendiri.
Saat memasuki kelas, hal pertama yang ia lihat adalah Raina, entah mengapa wajah gadis itu terlihat sangat datar, biasanya dalam melakukan suatu hal, Raina pasti selalu tersenyum dan bersemangat, ukiran senyumnya itu tidak mungkin hilang dari sudut bibirnya. Namun hari ini begitu berbeda, seperti ada sesuatu yang hilang dari gadis itu.
"Lo kenapa sih Ra? lemes banget," tanya Freya yang duduk disampingnya seraya menatap wajahnya
Raina menggeleng, "Nggak papa," jawab Raina.
Freya memanyunkan sedikit bibirnya, bingung dengan sahabatnya yang tiba-tiba seperti itu setelah pulang dari tempat kerabatnya.
Dari arah pintu kelas, Freya melihat Nata yang tengah berdiri seraya menatap Raina lekat. Melihat itu, Freya langsung tersenyum dan menggoda Raina, berharap sahabatnya itu kembali tersenyum.
"Ra, liat deh pangeran lo udah datang," ucap Freya seraya bersiul kecil.
Raina mengernyitkan keningnya bingung, spontan sudut matanya langsung mengarah terhadap Nata. Mereka sempat saling bertatapan beberapa detik, namun tak lama Raina langsung membuang wajahnya ke arah lain.
Nata pun berjalan ke tempat Raina untuk sekedar menyapa, namun baru saja pria itu ingin berbicara, Raina langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja seolah tidak menganggap kehadiran Nata.
"Raina kenapa?" tanya Nata kepada Freya.
Freya yang bingung pun hanya bisa menanggapi Nata dengan menaikkan pundaknya, tidak tahu apa yang terjadi kepada Raina.
Tanpa pikir panjang, Nata pun bergegas menyusul Raina keluar dan menarik satu lengannya.
"Tunggu Ra," ujar Nata menghentikan langkah Raina seraya masih menggenggam lengan gadis itu.
Raina menarik napasnya panjang lalu menghembuskannya dengan kasar, ia pun melihat ke arah Nata dengan senyum terpaksa.
"Ada apa Nat?"
Nata sempat terdiam sejenak, bingung dengan tingkah Raina yang aneh. Ternyata bukan hanya di telepon saja ia merasakan keanehan ini.
"Lo kenapa, ada masalah?" tanya Nata.
Raina menggeleng singkat.
"Terus kenapa sikap lo kayak gini? kalo ada masalah lo bisa cerita sama gue!" jelas Nata khawatir takut Raina memiliki masalah yang tidak bisa diceritakan.
"Enggak papa kok Nat, lepasin dulu ya tangan aku," pinta Raina dengan raut wajah datar.
"Nggak akan gue lepasin sebelum lo cerita, lo aneh tau nggak Ra," kesal Nata yang lebih mengeratkan genggamannya.
"Aku mau ke toilet Nat!" kesal Raina seraya mencoba sabar.
Mendengar itu Nata langsung melepaskan genggamannya, dan Raina pun langsung pergi begitu saja.
•••
Di dalam kelas, Nata terus mendekati gadis itu dan bertanya apa yang terjadi kepadanya, tetapi jawaban Raina tetaplah sama. Dari sikapnya itu membuat hati Nata gundah dan kesal sendiri, tetapi pria itu mencoba sabar dan terus berusaha mendekatinya.
"Ra, ada pelajaran yang gue nggak ngerti, lo bisa ajarin gue?" tanya Nata seraya menyodorkan buku dengan pertanyaan yang ia tidak mengerti.
Raina terdiam sejenak, lalu menjawabnya dengan ketus.
"Minta ajarin aja ya sama Freya," balas Raina mengabaikan.
"Kenapa jadi gue?" ujar Freya mengernyitkan keningnya bingung.
"Kamu kan udah pernah aku ajarin soal ini."
"Lo tau sendiri Ra kalo gue gampang lupa, udah otak pas-pasan disuruh inget soal ini lagi. Lagian kan lo ketua kelas."
"Tapi kan aku ngejelasinnya berulang kali Frey," kesal Raina.
Freya memutarkan kedua bola matanya ikut kesal.
"Ya kalo udah lupa ya lupa. Lagian kan Nata pangeran lo, tumben banget sih cuek," jelas Freya.
"Tapi kan..."
"Udah cukup, kalo nggak mau ngajarin ya nggak usah. Lo kenapa sih Ra jadi aneh banget," kesal Nata seraya memukul meja keras.
"Nggak papa," balas Raina datar.
Nata yang sudah kesal pun langsung kembali ke tempat duduknya, dan menatap gadis itu intens dari belakang.
Di sisi lain, sedari tadi Raina sudah membendung air matanya agar tidak terjatuh. ia mencoba bertahan agar tidak menangis di depan sahabatnya, terutama pada Nata, laki-laki yang sangat ia cintai.
"Maaf Nat," ucap Raina dalam batinnya.
To Be Continued
_____________________________________
Ada apa sama Raina😭😭
Penasaran?? Sampai jumpa di next part...
Terima kasih bagi yang sudah baca, jangan lupa klik bintangnya ya agar aku lebih semangat untuk menulis!!
Dadah👋
KAMU SEDANG MEMBACA
A Game of Fate [SELESAI]
Teen Fiction"Nata, makasih ya untuk semua memori indah yang kamu beri untuk aku. Sekarang aku izin pamit. Maaf aku nggak bisa menepati janji aku untuk kamu." "Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana Ra!?" "Raina!?" Deonata Lio Bagaskara, laki-laki dengan penuh seju...