"Halo bro, apa kabar? gimana sama sekolah lo yang baru itu?" Tanya Wira seraya menepuk pundak Nata dengan gaya sok asiknya.
"Biasa aja."
"Hah? Biasa aja? nggak asik lo, masa nggak ada cerita yang hits gitu."
"Emang kalo ada lo mau apa?" tanya Nata datar.
"Ya nggak papa Nat. Oh iya semenjak lo nggak ada, si Clara hobinya jadi marah-marah terus, pusing gue dengernya," keluh Wira pada Nata.
Mendengar hal itu Nata hanya tersenyum miring dan berkata, "Sabar aja ya ngurusin orang kayak gitu."
"Ih ogah gue ngurusin orang kayak gitu."
Nata terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Kita kapan balapan lagi Nat? Kali ini gue udah punya jurus buat ngalahin lo," tantang Wira.
"Lo gak liat tangan gue?"
"Yaelah luka kecil itu mah, manja lo Nat."
"Buta lo? Nanti ajalah, lagian baru kemarin-kemarin kita balapan," kesal Nata seraya menoyor kepala Wira.
Wira pun tertawa sambil mencoba menepuk luka Nata agar laki-laki itu merasa kesakitan. Namun bukannya sakit, Nata malah menepis tangan Wira dan melintirkan tangannya.
"E-eh iya-iya maaf Nat," ringis Wira.
"Makanya nggak usah bercanda!"
"Oh iya Nat..." ujar Wira yang langsung dipotong kalimatnya oleh Nata.
"Apa lagi?"
"Disekolah lo yang baru nggak ada cewek cantik gitu? Kalo ada kenalin ke gue dong, gue udah capek jomblo terus Nat," tanya Wira dengan raut wajah yang dibuat-buat sedih.
"Nggak ada!"
Wira mengernyitkan keningnya dan terdiam sejenak, setelah itu ia menarik napas lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Kebiasaan lo, gue nanya serius juga, udah sana pulang! Lain kali gak usah mampir lagi kerumah gue!"
"Lo ngusir gue Wir?" tanya Nata menunjuk dirinya.
"Iya, udah sana!" jawab Wira sambil menghempas-hempaskan tangannya menyuruh pulang.
"Yaudah ini juga mau pulang!"
Wira tersenyum, lalu mempersilakan Nata untuk menaiki motornya.
"Makanya Nat hidup itu jangan lurus-lurus aja, cepet cari pacar sana biar ada yang membuka hati dan pikiran lo! Teriak Wira setelah Nata pergi.
•••
Nata pun kembali kerumahnya dengan tubuh yang sangat lelah. Ia pun duduk diruang tamu seraya melempar tasnya sembarang. Nila yang melihat anaknya kelelahan seperti itupun langsung membawakannya segelas air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Game of Fate [SELESAI]
Teen Fiction"Nata, makasih ya untuk semua memori indah yang kamu beri untuk aku. Sekarang aku izin pamit. Maaf aku nggak bisa menepati janji aku untuk kamu." "Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana Ra!?" "Raina!?" Deonata Lio Bagaskara, laki-laki dengan penuh seju...