Bab 6 | Mengikuti

100 12 112
                                    

Annisa pun pulang dan hari sudah hampir Maghrib. Begitu di rumah dia melihat teman-temannya. Ada Qalam, Divano, Khalid, Langit, dan teman-temannya yang lain. Annisa senang saat ini ada teman yang mendukung di tengah kesedihannya dan semua ini mengobati hatinya.

“Calon pacarku, kamu ke mana? Aku mencari kamu sejak tadi,” ucap Langit.

“Astaghfirullah, Langit. Kamu kapan tobatnya? Pacaran itu dekat dengan zina,” ucap Khalid.

“Tuh, dengarkan ucapan Khalid,” ucap Qalam. “Dia memberi nasihat yang bagus untuk kamu.”

“Bilang saja kalau kalian mau saingan untuk mendapatkan Annisa. Aku percaya kalian datang ke sini hanya untuk alasan itu,” ucap Langit sekali lagi setelah kesal dengan ucapan kedua temannya.

“Sudahlah, lebih baik kita jangan bertengkar. Lebih baik kita fokus dengan tujuan awal kita yaitu tahlilan karena meninggalnya kedua orang tua Annisa,” ucap Divano mencoba menengahi.

Mendengar hal itu semuanya pun mengangguk setuju. Tak lama mereka mendengar suara azan Magrib berkumandang. Segera saja teman-teman Annisa langsung pergi ke masjid untuk shalat berjamaah.

Begitu selesai shalat, segera mereka pun menuju ke rumah Annisa dan mengadakan tahlilan sebagaimana rencana awal mereka. Rumah Annisa menjadi teramat ramai. Lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an menggema ke setiap penjuru. Doa-doa pun terucap untuk kedua orang tua Annisa.

Acara pun selesai. Mereka pun meninggalkan rumah Annisa dan berangkat pulang. Setelah itu Annisa pun masuk ke kamarnya. Hanya saja kehadiran Orlando tidak Annisa rasakan. Perempuan itu tidak tahu kalau ada Orlando yang mengikutinya dari belakang secara diam-diam.

Orlando yang sudah sampai di sana pun segera mencari rumah sewaan dengan dua lantai dan kebetulan tepat berada di samping rumah Annisa. Rumah itu tampak sederhana n Orlando memperkirakan rumah itu kosong. Orlando segera mengambil ponselnya lalu memotret rumah tersebut. Kemudian Orlando bertanya kepada orang-orang di sekitar tentang rumah tersebut dan ternyata pemiliknya ada di sekitar sini. Orlando pun kemudian menemui sang pemilik dari rumah itu.

“Assalamu’alaikum. Permisi, boleh saya masuk,” ucap Orlando.

“Ya, silakan masuk,” ucap sang pemilik rumah. Namanya adalah Ibrahim sekaligus ketua RT di komplek tersebut. “Ada apa, ya?”

“Apakah benar rumah Anda yang ada di sana disewakan? Saya kebetulan sedang mencari rumah.”

“Benar sekali. Rumah itu memang punya saya dan memang disewakan.”

"Berapa biaya sewa selama enam bulan?"

"Jika Anda menyewa selama enam bulan biayanya enam puluh juta. Kalau menyewa selama setahun akan lebih murah yaitu hanya seratus juta."

“Baiklah kalau begitu. Aku tanya majikanku dulu apakah dia mau atau tidak. Tunggu aku sampai besok, ya.”

“Baiklah, saya akan tunggu besok.”

Orlando pun langsung kembali ke hotel tempat mereka menginap. Orlando benar-benar tidak mengerti dengan tujuan majikannya. Namun, Orlando tahu bahwa majikannya sudah putus dengan pacarnya sehingga dia menduga majikannya sedang mencari pacar yang baru.

Orlando pun sampai di hotel dan dia mendapati majikannya sedang menunggu. Begitu bertemu, terlukis wajah begitu senang pada diri Rahmat dan dia pun mendekati Orlando.

Barisan Doa Annisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang