Rahmat dan Clarissa akhirnya sampai di Amuz Gourmet yang berlokasi di lantai dua Energy Building. Mereka kemudian duduk di tempat untuk makan berdua. Rahmat menyadari semua ini sudah direncanakan Clarissa sebelumnya. Laki-laki itu memutuskan untuk melihat ke arah sekeliling daripada melihat perempuan yang ada di depannya.
"Sayang, kamu mau pesan apa?" tanya Clarissa.
"Terserah kamu saja," balas Rahmat.
"Baiklah, kalau begitu aku pesan Pan-seared Duck Liver Foei Gras untuk dua orang," ucap Clarissa kepada pramusaji. "Baiklah, hingga pesanan datang aku mau bertanya sesuatu."
"Mau bertanya apa?"
"Bagaimana penampilan diriku saat ini? Apakah aku terlihat cantik?"
"Kurasa penampilanmu saat ini begitu cantik."
"Lalu, kenapa kamu tidak menatap ke arahku saat ini?"
Rahmat terdiam dan merasa gerakannya terbaca oleh Clarissa. Karena sudah ketahuan, Rahmat pun mulai melihat perempuan yang ada di depannya.
"Boleh aku bertanya. Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Clarissa sekali lagi.
"Aku hanya mencoba menebak apa rencanamu," ucap Rahmat secara terbuka.
Seketika itu juga Clarissa tersenyum dan hampir tertawa. "Bukankah sudah jelas bahwa hal yang aku inginkan hanya mengembalikan hubungan kita seperti dulu."
Seketika suasana hening terjadi di antara mereka. Clarissa tahu bahwa mantan pacarnya akan bersikap seperti itu. Sudah lebih dari tiga tahun mereka pacaran dan mereka sudah kenal satu dengan yang lain. Namun, Clarissa heran dengan Rahmat karena sikapnya yang satu ini tidak pernah berubah sejak pertama kali bertemu.
Clarissa tahu bahwa Rahmat termasuk sosok yang memiliki cara berpikir yang begitu tinggi dan selalu jujur dalam berkata. Perempuan itu juga tahu bahwa mantan pacarnya akan tetap berkata jujur walaupun lawan bicaranya akan terluka dan tak pernah peduli pendapat orang lain.
Pertengkaran pun sering terjadi karena Rahmat terlalu jujur. Namun, sikap itu mulai memudar ketika Clarissa menangis karena perkataan pacarnya. Sejak saat itu Rahmat mulai selektif dalam memilih kata. Lalu, karena alasan itulah Clarissa percaya bahwa sikap Rahmat akan berubah dan kembali mencintainya.
Tak lama hidangan berupa hati bebek pun sampai. Mereka pun mulai menikmati hidangan yang mereka pesan. Selama menikmati hidangan, Clarissa terus saja menatap Rahmat. Setelah Rahmat mengetahui hal itu, dia tampak terganggu.
"Clarissa, mengapa kamu terus menatapku?" tanya Rahmat.
"Apakah aku begitu?" ucap Clarissa tertawa sambil menutupi mulutnya. "Entahlah, aku tidak tahu. Mungkin tak ada yang membuat diriku bahagia selain menatapmu."
"Jangan begitu. Nikmati makanannya. Bukankah kita datang ke sini karena kamu sudah merencanakan ini semua."
"Yap, kamu benar. Ayo kita makan."
Setelah makan mereka pun mulai berangkat pergi. Tak ada di benak Rahmat selain keinginannya agar Clarissa bisa kembali ke hotel Borobudur Indonesia yang merupakan lokasi tempat Clarissa menginap.
"Rahmat, walaupun ini begitu singkat, tetapi aku bahagia dengan ini semua," ucap Clarissa
"Aku juga senang kamu telah merencanakan ini semua. Jadi, terima kasih kembali. Aku harap setelah ini segera kembali ke hotel dan beristirahat," ucap Rahmat.
Akhirnya keduanya berpisah. Clarissa pulang dengan mobil yang disewakan oleh pihak hotel sedangkan Rahmat pulang dengan aplikasi Gojek. Meskipun waktu berlalu dengan cukup singkat, tetapi Clarissa senang dengan momen kebersamaan itu.
Di sisi lain, selama perjalanan pulang Rahmat memikirkan apa yang terjadi. Dia mempertanyakan kenapa Clarissa masih memperjuangkan dirinya. Rahmat pada dasarnya tidak begitu mengerti dengan masalah cinta. Namun, laki-laki itu bisa merasakan kesungguhan Clarissa walaupun mereka sudah tidak lagi pacaran.
Tak lama Rahmat pun sampai di rumah. Begitu sampai dia bingung dengan wajah Orlando yang cemberut.
"Orlando, apa yang terjadi? Kenapa sikap kamu seperti ini?" tanya Rahmat.
"Begini Bos, Annisa berdoa karena ponsel miliknya hilang," ucap Orlando.
"Benarkah itu?"
"Benar sekali."
Rahmat mulai mengecek ponsel miliknya. Laki-laki itu khawatir bahwa ada yang mencuri iPhone milik Annisa. Ternyata setelah dicek lokasi iPhone tetap tidak berubah. Ponsel Annisa benar-benar tertinggal di sekolah.
"Orlando, kamu tunggu di sini. Aku akan kembali ke sekolah," ucap Rahmat.
Rahmat akhirnya memutuskan kembali ke Madrasah Aliyah tempat dirinya belajar. Rahmat memesan Gojek agar segera sampai ke sana.
Begitu sampai, tampak pintu gerbang terkunci. Rahmat pun berinisiatif untuk memanjat tembok sekolah. Laki-laki itu teringat dengan pohon yang jadi lokasi termudah untuk keluar-masuk murid yang sering membolos. Rahmat memanjat pohon itu dan dirinya berhasil masuk ke sekolah tanpa diketahui satpam sekolah.
Rahmat mulai melihat lokasi yang tertera pada ponselnya dan laki-laki itu yakin itulah tempat di mana iPhone itu berada. Setelah ditelusuri ternyata dia sampai di mushola. Rahmat mulai mencari dan melihat segala yang ada hingga akhirnya iPhone itu berhasil ditemukan.
Setelah itu Rahmat kembali ke rumah. Di sana tampak Orlando senang dengan kembalinya sang majikan.
"Alhamdulillah, iPhone milik Annisa ketemu sama Bos," ucap Orlando. "Namun, ngomong-ngomong kok baju Bos rapi begini."
"Ya, tadi aku jalan-jalan keliling Jakarta bersama dengan Clarissa. Biar enggak memalukan aku beli baju di Plaza Indonesia," ucap Rahmat.
"Jadi, hari ini ketemu mantan pacar. Pantas saja pulangnya lama sekali."
"Begitulah. Namun, aku ingin kamu fokus dengan keadaan sekarang. Aku ingin kamu menaruh iPhone ini di kamar Annisa. Kita lakukan ini saat malam hari. Aku ingin Annisa merasa keajaiban baru saja terjadi."
"Siap Bos."
Setelah menunggu cukup lama malam akhirnya tiba. Di saat itulah Orlando kembali bergerak untuk menyusup ke kamar Annisa sebagaimana yang dulu pernah dia lakukan. Ternyata, Annisa kembali lupa untuk mengunci jendela sehingga tugas untuk menyusup dengan diam-diam masih menjadi tugas yang mudah.
Setelah masuk ke dalam kamar Annisa, Orlando menaruh ponsel itu di meja yang ada. Tampak bagi Orlando perempuan itu masih tertidur pulas. Setelah itu Orlando kembali ke rumahnya.
***
Suara azan subuh terdengar. Di saat itulah Annisa terbangun untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang muslimah. Ketika terbangun, Annisa terkejut dengan apa yang terjadi. iPhone yang dirasa oleh perempuan itu hilang ternyata ada di atas meja. Annisa bersyukur karena doanya kembali dikabulkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
"Ya Allah, terima kasih iPhone ini telah Engkau jaga. Seandainya bukan karena kasih sayang dari-Mu tentu ponsel ini sudahlah hilang," ucap Annisa.
Setelah selesai salat, Annisa kembali melakukan aktivitas sebagai penjual uduk. Di saat itulah perempuan itu bertemu pamannya. Perempuan itu ingin membagi pengalaman tentang apa yang baru saja terjadi kepada sang paman.
"Paman, aku senang sekali Paman," ucap Annisa.
"Annisa, memangnya ada apa?" tanya Joko.
"Paman, Allah memang Maha Mengabulkan Doa. Aku kira ponsel iPhoneku hilang, tetapi ternyata ponselnya ada di kamarku."
"Benarkah itu."
"Benar sekali. Entah mengapa Allah terus menerus mengabulkan segala apa yang aku inginkan."
Joko terdiam dan mulai menghubungkan segala apa yang terjadi. Entah mengapa Joko merasa ada sesuatu di balik semua ini dan itu adalah Rahmat. Meskipun belum ada bukti, tetapi Joko merasa instingnya tidak salah. Hanya saja Joko sama sekali tidak tahu apa alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Doa Annisa [END]
SpiritualitéRahmat Sanjaya adalah anak tunggal pemilik perusahaan ternama yang nantinya akan memimpin perusahaan milik ayahnya. Ia memiliki segalanya baik cinta, harta, jabatan dan juga cerdas. Namun, segala hal yang begitu banyak itu tidak membuatnya bahagia...