Bab 20 | Rumah Sakit

28 2 6
                                    

Malam terasa dingin dan sunyi. Di waktu seperti itu masih ada beberapa orang yang belum tidur dan mempunyai tugas untuk waktu ke depannya. Kehadiran Orlando seakan menjadi pelengkap dari apa yang Rahmat rencanakan.

"Orlando, perkenalkan sosok pria ini adalah Rizki dan satunya lagi adalah Joko. Aku berniat untuk memberikan bantuan berupa uang untuk biaya pengobatan kepada mereka," jelas Rahmat.

"Biaya pengobatan? Apakah masalah yang dialami oleh mereka?" tanya Orlando.

"Bapak Rizki butuh uang untuk biaya pengobatan istrinya yang terkena tumor otak dan Paman Joko butuh uang untuk penyakit ginjalnya."

Dahi Orlando berkerut hebat. Laki-laki itu tahu Rahmat yang merupakan majikannya memang baik. Namun, Orlando itu bingung kenapa dia dipanggil padahal majikannya bisa mengambil keputusan tanpa kehadiran dirinya.

"Siap, Bos! Namun, mengapa Bos masih panggil aku padahal dalam masalah keuangan aku tidak bisa ikut campur sama sekali?" ucap Orlando kebingungan dengan keputusan majikannya.

"Kamu nanti harus membantu Bapak Rizki untuk menembus kesalahannya. Beberapa bulan ini Bapak Rizki mencuri ponsel. Lalu, aku punya ide dengan memberi uang sepuluh juta rupiah sebagai ganti ponsel yang dia curi," ucap Rahmat menjelaskan. "Sedangkan untuk Paman Joko, dia hanya ingin ikut membantu karena aku sudah berjanji untuk memberikan uang untuk biaya pengobatannya."

Seketika Orlando menatap Rizki agak lama dengan tatapan tajam. Orlando tak menyangka bisa bertemu sang pencuri. "Jadi, Bapak yang mencuri selama ini," ucap Orlando.

"Jujur, saya lakukan itu terpaksa karena desakan ekonomi. Jadi, aku mohon kebijaksanaannya," ucap Rizki mengiba.

"Bos, apa tidak sebaliknya dilaporkan pihak kepolisian," ucap Orlando sambil berbisik.

"Itu tidak perlu. Lagi pula aku merasa dia tak mau mencuri lagi," ucap Rahmat.

Orlando pun mengangguk setuju. Meskipun ada sedikit penolakan, namun laki-laki itu merasa keputusan itu tidaklah salah.

Kemudian dimulailah kegiatan rahasia dengan mengembalikan barang yang sudah diambil oleh Rizki. Semua lokasi tempat Rizki mencuri didatangi. Di depan rumah mereka menaruh uang sepuluh juta rupiah dan dimasukkan sebuah amplop lengkap dengan sebuah surat. Agar tidak tertiup angin, amplop dan surat itu diberi batu.

Ternyata jumlah rumah yang Rizki curi barangnya jauh lebih banyak dari yang diperkirakan dan jarak tiap-tiap lokasi lumayan jauh sehingga memakan waktu lebih lama. Untung saja Rizki punya ingatan yang cukup baik.

***

Mata Rahmat hampir terpejam. Karena hampir setiap malam laki-laki itu begadang, dirinya pun mulai mengantuk. Untuk menyiasati hal itu, Rahmat pun membawa satu botol minuman berisikan kopi yang siap diminum. Untung saja Rahmat bisa fokus belajar.

Tak lama bel tanda berakhirnya waktu pelajaran berbunyi. Di saat itulah Rahmat memasukkan barang-barang miliknya ke dalam tas dan mulai berangkat meninggalkan sekolah.

Rahmat ke rumah terlebih dahulu dan perjalanan memakan waktu cukup lama. Begitu sampai di rumah dia mandi dan memakai pakaian yang dinilai rapi. Lalu Laki-laki itu mengambil koper yang sudah dipersiapkan untuk menyimpan uang dan juga tas. Hal itu untuk jaga-jaga jika jumlah ruang untuk menaruh uang di koper masih kurang.

Setelah merasa sudah siap, Rahmat pergi ke HSBC World Trade Center yang merupakan salah satu bank di Jakarta. Laki-laki itu berniat untuk mengambil uang karena jumlah nominal yang diambil cukup besar yaitu hingga seratus lima puluh juta rupiah. Rahmat punya banyak bank tempat dia menyimpan uang. Namun dia memilih bank itu karena bank tersebut sangat terkenal di Inggris dan kehadirannya sudah sampai ke Indonesia.

Rahmat pun membuka ponsel dan mulai memesan mobil dengan aplikasi Gojek untuk menuju lokasi. Waktu berlalu dan akhirnya Rahmat sampai di bank HSBC di Jakarta. Rahmat masuk ke dalam dan mulai mengambil nomor antrean.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tiba bagi Rahmat mengambil uang. Laki-laki itu pun memasukkan uang yang dibagi ke dalam koper dan tas lalu mulai berangkat pergi. Uang yang ada di dalam koper berisikan seratus dua puluh juta untuk biaya operasi istri pak Rizki dan tiga puluh juta untuk pengobatan paman Joko.

Kini, lokasi yang Rahmat harus tuju adalah MRCCC Siloam Hospitals Semanggi yang merupakan salah satu rumah sakit di Jakarta. Rahmat sudah diberitahu bahwa Rizki sudah ada di rumah sakit. Laki-laki itu kembali memesan kendaraan dengan aplikasi Gojek untuk menuju lokasi.

Setelah sampai Rahmat menuju kamar tempat istri Rizki dirawat. Setelah melangkah cukup jauh akhirnya Rahmat pun sampai. Di sana terlihat Rizki tengah memegang tangan istrinya yang terbaring. Rahmat pun mengucapkan salam Islam dan membuat Rizki menyadari keberadaannya.

"Bapak Rizki, ini uang seratus dua puluh juta rupiah untuk biaya operasi tumor otak istri Anda," ucap Rahmat sambil memberikan uang kepada Rizki.

Rizki menerima uang itu seketika itu juga dia memeluk Rahmat sambil tersenyum. Setelah itu dia pun menerima uang itu dan menaruhnya di meja.

"Terima Kasih karena sudah membantu keluarga kami. Seumur hidup aku tak akan melupakan kebaikan yang Anda berikan," ucap Rizki.

"Tidak masalah. Lagi pula aku senang membantu, kok," ucap Rahmat. "Ngomong-ngomong apakah hari ini akan dimulai operasi?"

"Ya, rencananya akan seperti itu dan paling lambat besok. Namun, pihak rumah sakit sedang menunggu uang terlebih dahulu agar operasi bisa berjalan. Bila uang sudah diberikan, barulah operasi dimulai.

"Baguslah kalau begitu. Dengan ini maka kesembuhan istri akan menjadi kenyataan."

Mata Rizki berbinar bercahaya dan senyuman pun mengembang di pipinya. Rahmat melihat sekeliling dan tampak Joko juga ada di sana seakan ingin mengetahui keadaan saat ini.

"Paman Joko, jadi Anda ke sini juga," ucap Rahmat. "Bagaimana dengan pekerjaan Anda."

"Tak perlu dipikirkan. Lagi pula usahaku di dekat Monumen Nasional mulai sepi dan hal itu semakin bertambah sejak ada berita tentang virus Corona sampai ke Indonesia."

Rahmat mulai memikirkan apa yang baru dia dengar. Tampak Joko memakai masker dan begitu juga dengan Rizki. Rahmat sendiri sadar bahwa virus Corona memang sudah datang ke Indonesia. Mungkin memang benar bahwa virus itu memang benar-benar memukul negara ini pada bidang Ekonomi dan Kesehatan.

"Ngomong-ngomong apa usaha Anda di sana?" tanya Rahmat sekali lagi.

"Bukan pekerjaan yang istimewa. Aku hanya bekerja sebagai pedagang kaki lima. Barang yang aku jual semisal suvenir," ucap Joko.

Rahmat terdiam dan merasa instingnya benar jika paman Joko mengalami kesulitan ekonomi dan ditambah dengan penyakit ginjal yang dia alami. Rahmat pun mengambil uang tiga puluh juta yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Paman, ambillah uang ini. Anggap saja ini adalah bantuanku untuk meringankan usaha Anda. Saya yakin usaha Anda sepi karena uang yang didapatkan habis buat mengatasi penyakit Anda," ucap Rahmat. "Jika memang masih butuh bantuan maka cukup katakan saja, saya siap membantu."

"Terima kasih," ucap Joko. "Bagi saya ini sudah cukup membantu. Apakah nak Rahmat tidak merasa keberatan sama sekali."

"Tidak apa-apa. Kalau begitu aku pamit pergi."

"Ya, silakan."

Rahmat merasa semua masalah sudah teratasi. Laki-laki itu pun mulai keluar dari rumah sakit dan menuju ke rumahnya. Meskipun hari ini adalah hari yang agak berat, Rahmat bersyukur semua berjalan dengan lancar.

Barisan Doa Annisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang