Semua hari dilalui Langit dengan semangat. Laki-laki ini sudah bangun dari tempat tidurnya dan memulai aktivitas sebagai seorang siswa. Di depannya pun tersedia tiga gelas susu yang dia siapkan setiap hari.
"Baiklah, ayo mulai," ucap Langit.
Diawali dengan bismillah, Langit mengambil gelas yang pertama dan mulai meminumnya. Lalu, dilanjutkan dengan gelas kedua dan ketiga. Langit meminum susu itu dengan cepat dan begitu selesai dia pun bernapas lega.
"Susu pertama untuk menyaingi kecerdasan Qalam. Susu kedua untuk mengalahkan keimanan Khalid. Lalu, susu terakhir untuk menyaingi ketampanan Divano. Aku yakin jika meminum semuanya aku bisa mendapatkan Annisa," ucap Langit yang diakhiri dengan gelak tawa.
"Langit, sudah diminum susunya? Kalau sudah selesai segera pergi ke sekolah," ucap Haikal yang merupakan ayah Langit.
"Sudah, Ayah."
Setelah itu Langit menuju ke ruang tamu dan di sana terdapat motor yang selama ini dia gunakan untuk berangkat ke sekolah. Sebuah motor Honda Scoopy yang diberikan sang Ayah sebagai ulang tahunnya. Langit tentu saja senang. Hanya saja laki-laki itu belum mengurus SIM karena dia merasa itu agak merepotkan.
Langit pun mengeluarkan motor itu menuju ke pintu depan. Tak lupa dia memakai helm agar tidak ditilang polisi. Laki-laki itu mengecek segalanya sebelum dia pergi. Ternyata, Langit teringat bahwa dia belum mengerjakan pekerjaan rumahnya dari guru matematika.
Langit mengembuskan napas kasar. Dia tak menyangka bisa melupakan hal sepenting itu. Sebenarnya Langit selalu berusaha mengerjakan PR dari para guru. Tentunya, itu dia lakukan agar bisa menarik perhatian Annisa. Bagi Langit, Annisa bagaikan bidadari yang turun dari surga. Selain mempunyai paras yang cantik, perempuan itu memiliki akhlak yang terpuji. Kini, hanya penyesalan yang Langit dapatkan. Satu-satunya jalan agar keluar dari masalah ini adalah menyontek secara diam-diam.
Seketika Langit menggelengkan kepala. Laki-laki itu menyesal dan sadar ia telah melakukan hal yang salah. Langit sadar ada cara yang jauh lebih baik yaitu berdoa kepada Tuhan agar guru Matematika yang galak itu tidak masuk. Terserah mau caranya seperti apa. Baik gurunya sakit atau ban motor sang guru bocor Langit tak peduli. Satu hal yang Langit harapkan dia lolos dari masalah ini.
Langit pun mulai berangkat dengan motornya. Selama di jalan laki-laki itu terus berkomat-kamit berharap keajaiban terjadi. Hal itulah membuat Langit sedikit tidak fokus dengan lalu lintas. Semua itu bertambah dengan keadaan kota Jakarta yang penuh dengan kemacetan. Beruntung laki-laki itu tak mengalami kecelakaan.
Akhirnya Langit sampai tujuan dan mengira sudah datang paling pagi. Namun, perkirakan Langit salah dan dia nyaris terlambat. Gerbang pintu sekolah nyaris tertutup. Laki-laki itu merutuk keadaan karena kejadian ini merusak citra baik yang dia buat di depan Annisa.
"Pak, jangan tutup pintu gerbangnya. Saya mau masuk," ucap Langit kepada pak satpam.
"Sudah, cepat masuk. Sebentar lagi upacara," ucap pak satpam.
Tanpa membuang-buang waktu Langit pun masuk ke sekolah dan menaruh motornya di tempat parkir secara diam-diam. Dia tidak mau Annisa sampai melihat dirinya masuk ke sekolah di saat-saat terakhir. Langit melihat sekeliling. Ketika merasa cukup aman, dia pun masuk ke kelas dan menaruh tasnya dengan cepat. Setelah itu laki-laki itu segera ke lapangan untuk melaksanakan upacara. Langit berdiri di antara murid-murid yang lain dengan tertib dan setelah itu upacara pun di mulai.
Sebagian murid ada yang fokus dengan jalannya upacara dan ada juga yang tidak. Langit termasuk yang tidak fokus karena dia memikirkan PR yang belum dikerjakan. Ditambah lagi guru Matematikanya ada di pelajaran yang pertama.
Langit kembali berdoa. Dia terus saja mengharapkan kesialan menimpa gurunya atau jika tidak sang guru lupa dengan pekerjaan rumah murid-muridnya. Langit sadar permintaan itu agak mustahil mengingat guru Matematika dikenal sebagai guru yang enggak pernah bolos. Laki-laki itu juga tahu bahwa sulit bagi sang guru lupa. Bagaimana sang guru bisa lupa sedangkan rumus yang begitu rumit saja tidak bisa sang guru lupakan? Namun, Langit enggan mengurangi jumlah doa yang dia panjatkan dan berharap dengan keajaiban.
Tanpa terasa upacara pun selesai. Semua orang pun menuju ke ruangnya masing-masing. Di dalam kelas Langit pun pasrah dengan apa yang terjadi. Dia sudah berusaha dengan sekuat tenaga dan ini adalah batas kemampuannya.
Tak lama seorang guru masuk ke kelas. Begitu tahu itu bukan guru Matematika yang biasa mengajar, Langit pun bergembira. Dia merasa keajaiban telah terjadi. Namun, Langit terkejut dengan kehadiran seorang laki-laki yang merupakan campuran antara orang Eropa dan Indonesian. Tubuhnya begitu tinggi dan memiliki wajah begitu tampan. Tatapannya begitu tajam dan dia terlihat dingin.
"Baiklah, saya adalah guru yang menggantikan guru matematika kalian karena sakit. Namun, sebelum pelajaran dimulai, bapak mau memperkenalkan kalian siswa yang baru pindah ke sini. Ayo, silakan memperkenalkan diri."
"Nama saya Rahmat Sanjaya. Salam kenal semuanya."
Suasana berubah seketika. Hampir semua cewek yang ada di kelas terkagum dengan wajah yang dimiliki Rahmat. Semua orang berharap bisa berteman dengannya, tetapi bagi Langit dia tak ada bedanya dengan saingan. Di sisi yang lain Annisa tidak menyangka tetangga barunya akan menjadi temannya yang baru.
Annisa menundukkan pandangannya. Perempuan berkerudung itu belum terbiasa dengan ketampanan yang dimiliki oleh Rahmat. Memang bagi gadis pemalu seperti Annisa butuh waktu agak lama untuk terbiasa. Mungkin dia akan dekat dengan teman barunya, tetapi tidak sekarang.
"Baiklah, sepertinya bangku yang ada di belakang sepertinya kosong. Silakan kamu duduk di sana," ucap sang guru sambil menunjuk sebuah tempat tepat di samping Langit.
"Baik pak," jawab Rahmat menuruti perintah sang guru.
Mendengar perkataan itu membuat Langit semakin jengkel karena saingan barunya duduk tepat di sampingnya. Namun, apa daya dirinya tak mampu melawan keadaan. Langit sadar ini adalah kelengahannya karena dia lupa berdoa kepada Tuhan agar saingan untuk mendapatkan Annisa tidak bertambah. Biasanya dia berdoa setiap pagi, tetapi untuk hari ini Langit benar-benar lupa.
"Baiklah, karena guru kalian tidak masuk, bapak hanya memberikan soal berdasarkan materi yang sudah di sampaikan. Soalnya dikerjakan secara esai dan Bapak pun sudah mendapatkan jawabannya. Jadi, lima belas menit sebelum pelajaran berakhir bapak akan cek jawaban kalian."
"Oh, iya pak. Bukankah ada murid baru di sini. Apakah ini akan sangat memberatkan dirinya?" ucap Qalam secara tiba-tiba. Dia menyadari bahwa murid baru ini akan kesulitan mengerjakan soal.
"Bapak juga bingung," ucap sang guru dengan keadaan yang terjadi. "Apakah Rahmat merasa keberatan?"
"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja. Saya akan mengerjakan soal sebaik mungkin," ucap Rahmat.
"Baikah, soalnya ada di halaman lima puluh dua. Kerjakan soal nomor satu sampai dua puluh. Tulis semua jawaban di kertas. Bapak akan tunggu jawaban kalian," ucap sang guru.
Murid-murid pun mulai membuka LKS miliknya dan mengerjakan soal. Langit merasa inilah kesempatan terbaik untuk membuat murid baru terlihat biasa di hadapan Annisa. Langit yakin nilai yang didapatkan Rahmat akan kecil dan dia tak akan memberikan contekan pada murid baru itu.
Tiga puluh menit berlalu. Semua murid mengerjakan soal yang diberikan. Rahmat yang merupakan murid baru hanya melihat soal dari LKS milik Langit. Tiba-tiba saja dering ponsel dari sang guru terdengar dan guru pun keluar kelas karena tak mau ada murid yang mendengar.
Menyadari ada kesempatan, setiap murid mulai berkeliling untuk mencari tahu jawabannya. Qalam pun memperhatikan murid baru itu. Di saat seperti ini Rahmat tetap fokus mengerjakan soal dan tidak menyontek pada satu murid pun. Qalam merasa murid baru ini cukup aneh karena biasanya murid baru masuk ke sini karena punya masalah di sekolah yang sebelumnya.
Qalam melihat tangan Rahmat tampak ada jam tangan. Meskipun dari jauh, Qalam tahu jam tangan yang dipakai bukan jam biasa. Itu adalah jam tangan merek 'Bremont' yang berasal Inggris. Sebuah produsen jam tangan mewah yang baru berdiri di tahun 2002.
Qalam terdiam menyadari keanehan pada murid baru itu. Tidak mungkin barang yang dimiliki Rahmat adalah imitasi karena jam tangan merek 'Bremont' masih belum terlalu dikenal orang Indonesia. Berbeda dengan jam tangan merek 'Rolex' yang sudah dikenal orang banyak. Dengan segala fakta itulah Qalam sangat yakin Rahmat bukan orang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Doa Annisa [END]
SpiritualRahmat Sanjaya adalah anak tunggal pemilik perusahaan ternama yang nantinya akan memimpin perusahaan milik ayahnya. Ia memiliki segalanya baik cinta, harta, jabatan dan juga cerdas. Namun, segala hal yang begitu banyak itu tidak membuatnya bahagia...