BAB 7

6.9K 186 0
                                    

Tamara tak mengerti kemana perginya posesifitas keluarganya? bukankah Mamanya begitu memohon padanya untuk kembali pulang setelah beberapa tahun kepergiannya, atau lebih tepat kaburnya dari rumah. Tamara benar-benar tak tau kenapa malah keluarganya begitu sangat merelakannya pergi ke London saat ini.

" Mama titip Mara Niel, kalian harus berkembang, mengerti?!"

Ucap sang Mama begitu bersemangat via vidiocall, lihat? berkembang kearah apa.

" Papa harap kau patuh pada suamimu Tamara"

Apa lagi ini? sang Papa yang tak pernah menyuruhnya untuk menurut, sekarang menuntutnya mematuhi Pria yang bahkan entah sejak kapan merangkul mesra bahunya, haha dia aktor yang handal, ucap Mara dalam hati membaranya.

" Oke Ma, Pa, kami harus segera pergi, sampai jumpa"

Ucap Niel penuh keramah tamahan, jangan lupakan senyum menawan yang menghiasi wajah tampannya, Tamara yang melihat itu hanya menaikan sebelah alisnya dan menggerutu sebal dalam hatinya, kemana kesepakatan yang mereka buat pranikah dulu. Sial!

" Jangan memasang wajah menyebalkanmu itu Mara "

" Apa?"

" Aku menyiapkan beberapa pekerjaan diperusahaan selama kita di sana"

" Ya?"

Tunggu! apa yang dia katakan barusan, pekerjaan untuknya, bukankah mereka hanya dua Minggu! tidak lebih! lalu? begitu menyadari keganjilan yang terjadi padanya seketika Tamara menyentak kasar tangan yang sedari tadi telah menggengamnya.

" Kau gila?"

Ucap Mara tanpa basa basi, tak memperdulikan orang-orang sang Mama mertua yang masih setia berada di depan kamar hotel yang tak tertutup itu.

" Ap--"

" Berapa lama?"

Melihat Niel sedikit mengeratkan rahang tegasnya, Huh! Mara mulai paham arah permainan ini.

" Kau lupa perjanjian tak tertulis kita?! kau memanfaatkan keinginan Mom untuk membawaku lebih lama di London seperti niatmu malam itu?

Niel tak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah berapi-api sang istri, sembari menarik napas.

" Hanya dua minggu, tidak lebih, oke!"

Tamara bertekat akan benar-benar mengakhiri hubungan satu arah nya ini, lihat saja. Tanpa melihat atau menjawab Niel, Tamara berjalan keluar dengan tatapan mata dingin dan wajah datar. Ia sangat amat membeci pria itu, ingatkan dia bila dia lupa nanti.

Perjalanan dalam jet pribadi itu terasa seperti kuburan, bahkan tak ada pramugari, atau pramusaji, yang ada di dalam jet itu. Melihat dua pasang suami istri yang bahkan duduk dikabin yang berbeda, menambah sedikit kecanggungan disana.

" Hai Sil?"

Ucap Tama acuh pada sang asisten itu, saat vidiocall diantara mereka terhubung.

" Hello, Ny.Baneet?"

Mendengar marga pria jahanam itu disebut membuat Tamara dengan malas menajamkan matanya dan hendak memaki sang sahabat sampai rona haru mengantikan amarah diwajahnya.

Tepat disana Sisilia Andini sang sahabat mengendong seorang bayi mungil yang Tama yakini adalah anak sang sahabat, saat melihat Sisil ada diatas ranjang rawat sebuah rumah sakit, dengan Dion yang telaten membereskan beberapa perlengkapan di samping sang istri. Tanpa sadar bulir air mata turun begitu saja dari mata cantik Tamara.
Kehamilan sang asisten  memang sudah memasuki trimester akhir, dan sayangnya Sisil harus melahirkan di usia kehamilan 33 Minggu, dan luar biasanya sang jabang bayi sehat dan bisa ia timang beberapa menit sebelum dimasukan kembali ke inkubator bayi.

Ms. Vs Mr.(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang