Selama 54 tahun hidupnya Adel tak akan berhenti bersyukur tentang keputusannya memaksa sang putra untuk berkunjung dan mendatangi Indonesia, negara asal sang suami, yang membuatnya sukses memboyong sang menantu emas. Kedatangan Mara ke dalam rumah keluarga besar Baneet benar-benar begitu berpengaruh pada sang putra, buktinya seperti beberapa hari lalu saat sang menantu mengambilkan sarapan dan dilahap bersih tanpa sisa oleh putranya, mengingatnya membuat Adel kembali tersenyum. Namun layaknya romantisme pasangan muda hasil perjodohan, hal itu hanya akan terjadi bila ada kepekaan dan kerja sama yang baik antar pasangan, lalu kemana romansa itu hilang? melihat kebisuan dan kecangunggan diantara dua sosok yang bahkan tak saling menatap satu sama lain dihadapannya.Perang dingin kah?
“ Ehem!”
Adel berusaha melerai aura saling bertolak belakang antara dua kubu di hadapannya ini, merasa belum ada respon setelah deheman ketiganya membuat otak dari seorang Adelia Baneet tak habis kehilangan ide begitu saja, sampai bunyi pecahan gelas yang sengaja ia lepas untuk meluncur halus ke lantai berhasil membuat dua sosok itu menghadap ke arahnya dan meneriakinya. Good!
“ Mama!”
Ucap Niel dan Mara bersamaan. Nah kan mesti dipancing dulu baru kompak.
“ Ah maaf, jadi buat kalian sadar dari alam kebisuan, soalnya Mama rasa makan bertiga, tapi kayak satu orang gitu, kan horor, ha-ha-ha”
Jawab Adel sembari melirik tajam sang putra seolah berkata
“ Kamu apain menantu emas Mama?”
Walau tak dapat ia dengar Adel pastikan saat ini sang putra tengah menarik dan menghembuskan napas, dalam satu tarikan.
Rasanya Adel ingin merecoki kedua sejoli ini, tapi apa daya itu diluar lingkupnya sebagai seorang Mama. Mereka sudah dewasa tapi seperti ABG tanggung.
Mengecewakan
“ Mama ada janji temu, kalian selesaikan sarapannya dan yang lain, karna Mama rasa hati kalian lagi malu-malu kucing”
Adel tersenyum puas kala melihat senyuman malu dari sang menantu dan seperti biasa wajah datar sang putra Niel.
Sepeninggalan sang Mama, baik Mara maupun Niel tetap diam, tak ada niatan untuk memulai.
“ Aku---"
Ucapan Niel terhenti kala Mara lebih dulu mendorong kursi dan pergi meninggalkannya sendiri, samar-samar ia mendengar sang istri meminta salah satu pekerja untuk membersihkan pecahan gelas bekas ulah sang Mama beberapa saat lalu.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Mara cukup muda, selama seminggu terakhir ia sudah terbiasa dengan suasana kantor, menyelesaikan sedikit kesalahpahaman atas statusnya yang sudah bersuami, dan hancurnya beberapa hati pujangga di ruangannya.
“ Ma, Mara!”
Panggil Tina dengan semangat.
“ Ya?”
“Ada gosip baru nih, tau nggak? secara kamu nggak masuk groub kantor dengan alasan “ Saya hanya sementara bekerja sebagai asisten untuk satu bulan kedepan!”, kan jadi nggak seru”
“ Emm”
Ucap Mara sekenanya.
“ Ih, kebiasaan deh, lihat dulu sini!”
“ Apa Tina?”
“ Nih!”
Mau tak mau Mara dengan sigap melihat pada layar persegi panjang yang berada di hadapannya, meneliti beberapa obrolan antar pegawai dan sedikit menautkan kedua alisnya kala foto sang suami terpampang disana, lalu? apa yang berita gosip? sehingga membuat heboh wanita di depannya ini!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Vs Mr.(End)
Ficção GeralSexy? pasti! cantik? jangan ragukan! Ia terlahir sebagai sosok bersendok Emas! menjadi satu-satunya wanita pemegang dua bahtera kekayaan, tak pelak membuat Tamara Abrata Geralds menjadikan dirinya sebagai prefectsionis sejati. Tamara lebih akrab di...