BAB 9

4.9K 159 0
                                    


Adel begitu antusias dengan perubahan signifikan yang terjadi antara Niel dan Mara, bahkan membuatnya sempat mendekap mulut tak percaya dengan cuplikan video yang ia tonton beberapa jam lalu, melalui cctv yang sengaja ia pasang secara diam-diam, dua hari bersama Adam dan istrinya benar-benar berguna.

" Kau sudah pulang sayang?"

Ucap Adel kala melihat sang menantu hendak menaiki tangga, ada segurat kegusaran disana, firasat antar wanitanya memburuk, radar cuaca menandakan akan adanya badai, tornado kah?

" Ma?"

" Ya"

" Boleh kita berbincang?"

" Tentu, kemarilah "

***

Dengan cepat Mara mengemasi beberapa keperluannya, keputusannya sudah bulat, ia kembali melirik kamar yang selama hampir dua bulan ia tepati itu, menarik napas, melirik satu benda yang tersemat indah dijarinya, membuat nyeri di dadanya menyeruak. Ia yakin bahkan pria itu tidak akan khawatir. Mengenai Niel, setelah kejadian di ruangannya itu, sosok pria yang tragisnya telah membunuh rasa benci yang dimiliki Mara, tak pernah menampilkan batang hidungnya, selalu berangkat pagi buta, dan entah ia pulang ataupun tidak, itu bukan urusannya.

Beberapa kali ia bertemu dengan Jo dan tentu saja Mira sang istri, tak ada penjelasan apapun, seolah hubungan diantara dirinya dan Niel hanya sebuah kiasan. Mara menyumpahi dan menghardik dirinya, terutama hatinya yang begitu rapuh sehingga mudah terhanyut oleh perasaan, dasar wanita kodrat sejatinya adalah perasa, yang mana merasakan patah hati adalah mutlak adanya. Sedangkan pria itu? Mara bahkan ragu bahwa sosok itu masih memikirkannya.

" Anda benar-benar serius tentang ini Nyonya?"

Ucap Mr. Halton selaku kuasa hukum keluarga besar Baneet.

" Ya"

Dengan cepat Mara menandatangani surat itu, melirik sang Mama mertua yang ia tau sedang menahan tangisnya dengan wajah senduh.

" Surat gugatan akan segera diproses, setelah Tuan Daniel menandatanganinya"

" Ku harap segera"

Menarik napas, Mara berdiri menjabat tangan pria paruh baya didepannya, berjalan menuju sang Mama dan memeluknya.

" Ku harap Putraku mempertahankanmu Mara"

" Kurasa dia memiliki pilihannya sendiri Mom"

Adel tak menyangka ucapan yang diucapkan sang menantu benar-benar menjadi kenyataan, bahkan dua Minggu sudah berlalu, firasatnya benar, bukan hanya tornado tapi ini merupakan badai kiamat , astaga kemana perginya sang putra disaat istrinya telah menandatangani surat perpisahan, Idiot.

Berlahan Mara pergi meninggalkan rumah keluarga besar Baneet, ia tak akan mungkin bisa melupakan segala memori yang telah ia putuskan untuk dipendam sebagai kenangan. Kembali melihat sang Mama mertua, tersenyum dan melambai, ia hanya tinggal menunggu surat gugatan resmi berjalan.

Entah mengapa perasaannya tak nyaman, selama lebih dari dua Minggu ia berusaha menyelesaikan bermacam pekerjaan agar dirinya bisa fokus menyudahi pertengkarannya dengan sang istri, ia gundah.

" Are you oke?"

Ucap sosok cantik dan anggun di depannya

" Ah ya"

" Oke kita lanjutkan, proyek dengan skala--"

Penjelasan itu terputus kala pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok sang Mama yang Niel yakini telah membogem petugas keamanan yang ia perintahkan untuk menjaga pintu masuk ke ruangannya, terlihat dari hidungnya yang memerah dengan garis datar kemerahan di bagian tengah. Ada apa ini?
memberi isyarat agar sang petugas membiarkan sang Mama.

Ms. Vs Mr.(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang