Entah mendapat kekuatan dari mana, setelah berhari-hari memantapkan hati, Mara memutuskan untuk menemui sang suami. Ia berusaha dan mencoba, mencari jalan terbaik, untuk keberlangsungan rumah tangga nya ini.Dan hari ini, Mara yakin, dengan apa yang telah ia putuskan.
" Yakin?"
" Ya? yakin? apa maksud kakak?"
Ucap Mara, kala Maura justru memberi pertanyaan pada nya.
" Tidak bisa! Kau harus lebih cantik dari ini, pakaian yang kau gunakan, seperti seorang mitra yang menemui rekan kerja nya!"
" Ya? tapi---"
***
Dan disinilah Mara berakhir, menunggu seorang Niel, yang bahkan menyibukkan dirinya di dalam ruang kerjanya selama tiga hari berturut-turut. El dan Al dibawa oleh sang Mama mertua bermain, Mara harap-harap cemas, apakah keputusannya benar? bagaimana mungkin, ia meng-iyakan keputusan sang kakak untuk mengunakan gaun ini!
Harusnya ia pergi saja seperti biasa, dengan kemeja dan rok span diatas lutut.
Sesekali Mara meremas ujung gaunnya, entah mengapa ia rasa, gaun ini sedikit berlebihan hanya untuk menemui seorang Niel.Lalu saat sang sosok telah berada di hadapannya, Mara yakin, ia benar-benar salah kostum, karna ia dapat melihat ada getaran samar di mata tajam yang bahkan telah menatapnya tanpa berkedip.
" Ada apa?"
Kalimat itu, keluar dari mulut seorang Niel, setelah ia merasa telah dapat mengendalikan dirinya, Mara begitu cantik dengan gaun coralnya, membiarkan bahu putihnya terekspos sempurna, samar-samar Niel dapat mencium aroma tubuh sang istri.
" Kau sibuk? kalau aku menganggu---"
" Tidak sama sekali, apa kau sudah memutuskan?"
" Ah, ini!"
Niel diam ditempatnya, walau ia duduk bersebrangan dengan Mara, ia dapat melihat, wanita itu tidak memiliki beban sedikitpun, bahkan saat tangan kecilnya mengambil sebuah map di tas yang ia bawa. Ternyata, keyakinan nya salah, buktinya Mara telah selesai menanda tangani surat perpisahan di antara keduanya.
Dengan berlahan Niel menerima uluran map tersebut, ia tak memiliki keberanian untuk bersuara, ia menatap wanita di hadapannya, ada senyum tipis di wajah cantik itu. Sebahagia itu kah? Mara benar-benar ingin berpisah darinya.
Tanpa berucap, Niel kembali berdiri dari duduknya,
" Kau tak membukanya?"
Apa wanita ini harus sekejam ini? Apa ia tak memiliki hati, ah! sudahlah.
Ucap batin Niel.
" Tidak perlu, aku akan menyuruh sopir untuk mengantarmu pulang, anak-anak akan aku antar nanti"
" Ah, aku membawa mobil, kau---"
" Urusan kita selesai bukan? masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan"
" Ya?"
Saat ini, bahkan Niel tak mengerti? kenapa? Mara terlihat binggung?
lupakan!Tanpa ingin menjawab, ataupun bersuara, Niel memutuskan untuk pergi meninggalkan Mara, ia yakin, wanita itu masih terdiam di tempatnya.
Setidaknya, ia bisa melihat calon mantan istrinya untuk terakhir kali, dan na'asnya, hatinya bergemuruh, ia merasa hampa.
***
Mara terdiam, ia kalut. Apakah kini? Ia diabaikan? bahkan saat dirinya tersenyum, Niel tak ingin menerimanya, berlahan, Mara beranjak dari duduknya.
Melirik jam di tangannya, sudah pukul 7 malam, kedua putranya bermalam di rumah sang mertua, mereka tak ingin pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Vs Mr.(End)
Художественная прозаSexy? pasti! cantik? jangan ragukan! Ia terlahir sebagai sosok bersendok Emas! menjadi satu-satunya wanita pemegang dua bahtera kekayaan, tak pelak membuat Tamara Abrata Geralds menjadikan dirinya sebagai prefectsionis sejati. Tamara lebih akrab di...