BAB 22

3.5K 144 6
                                    


Setelah kepulangan paksa, yang dilakukan oleh Niel padanya, membuat seorang Adel tersadar, ia salah. Dari awal, rasa sayang, yang ingin ia utarakan untuk sang putra telah keluar, dari jalur yang seharusnya, ia lalui. Hingga hari itu, hari dimana Adel sadar, kebahagiaan seorang Daniel, hanya ada pada seorang Tamara, dan lagi? ia sekarang adalah seorang nenek, ia tak ingin cucu-cucu nya, memiliki dendam padanya, hanya karna tindakan ceroboh, yang Adel lakukan. Tanpa menunggu, ia langsung menghubungi Rebeca, meminta agar wanita itu, diam di tempatnya, dan kembali ke London secepat mungkin.

Tapi sayang, seakan hilang ditelan kenyataan, wanita yang selama ini membuat segala macam rencana perjodohan, dan pertemuan untuk sang putra, menambah satu keyakinan di kepalanya, bahwa sejak awal, wanita itu, tidak mengincar posisi sebagai orang kepercayaan nya, melainkan mencoba mengincar posisi kosong di hati seorang Daniel, astaga! apa usia membuat intunisi seorang Adel Baneet menurun? Untuk menemukan keyakinan baru di hatinya, dengan cepat, Adel menemui sang keponakan Jo, meminta nya untuk segera kembali ke Zelenograd, dan menyampaikan permintaan maaf nya pada seorang Daniel.

Karna Ia rasa, parasit yang sebenarnya, sedang mulai menggerogoti putranya di sana.

***

" Kau yakin?"

" Ada apa?"

" Lihat saja itu, bahkan si pirang, tak pernah menjauh dari suami---Ah, maksudku, Tuan Baneet"

" Kau tak ada kesibukan lain, selain mengomentari mereka? dan lagi? Lo, nggak ikut balik bareng Dion dan Geo? Ibu macam apa yang---"

" Mertua gue asik kok, Suami dan anak gue, aman di sana! tapi Lo? amit-amit, udah di ujung tanduk nih, sadar dong!"

Entah apa yang harus Mara lakukan, agar seorang Sisil, mau mendengarkan nya untuk tidak terlalu memikirkan, prihal masalah yang bahkan, tak terlalu ia pikirkan itu. Menurutnya, cukup dengan El dan Al bahagia, diri nya yakin, ia tak membutuhkan apapun lagi.

Ia cukup pusing dengan ocehan yang selalu dibisikan seorang Sisil, ditambah Miranda yang juga ikut andil berusaha menyatukan nya kembali dengan Niel.
Apa susahnya? membiarkan dirinya hidup damai, seolah tak pernah lelah, Sisil maupun Miranda, kompak selalu mencari kesempatan, agar ia dapat berdua saja dengan seorang Niel.
Seperti sekarang misalnya,

" Kau masih marah? ayolah Mara---"

Mara benar-benar ingin memukul Sisil dengan sekeranjang buah yang ada di tangannya, padahal baru beberapa menit yang lalu, sosok itu, sibuk berbicara di belakangnya. Sial!

" Sesuai kesepakatan, Kau bisa bersama anak-anak, dan aku mengawasi, tidak kurang dan lebih dari itu"

" Kau masih tak ingin kembali? bahkan saat El dan Al mulai menerimaku?"

" Kau Ayah mereka, sudah selayaknya mereka belajar menerima mu Niel"

" Aku bertanya tentang mu? bukan mereka, bahkan aku yakin, anak-anak akan bahagia, bila ibu mereka bisa kembali---"

" Kembali? kau yakin? aku bahkan masih memimpikan mimpi itu berulang-ulang, aku tak ingin kehilangan, ku harap kau mengerti itu, dan ya? kurasa, kau bisa menerima Rebeca---"

" Tidak ada wanita lain, dan kau harusnya tau, kau masih sah bersetatus sebagai istriku, Ms. Baneet!"

" Hubungan kita berakhir 6 tahun lalu, dan---"

" Semua akan berakhir bila kedua belah pihak sepakat, tapi disini? hanya kau yang ingin itu terjadi, bukan aku"

" Niel, ku mohon---"

" Kau bahkan lebih egois dari yang ku kira Mara"

" Kau hanya perlu mengerti, posisiku, aku---"

" Dan kau pun harus paham apa yang aku inginkan, aku butuh kau, dan hanya kau yang akan menjadi istri dan ibu dari putra-putra ku!"

Ms. Vs Mr.(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang