04 : Cita-Cita, Badai, dan Kap Mobil

505 91 16
                                    

"Kalau aku besar nanti, mau jadi astronot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau aku besar nanti, mau jadi astronot." si kecil Hyunjin yang baru saja menonton film Little Einsteins tiba-tiba mengucapkan sesuatu yang membuat Namjoon terkikik geli. Ia menatap Hyunjin yang sedang duduk di pangkuannya. "Kenapa Daddy tertawa?" tanya Hyunjin heran, dahinya mengerut agak tidak suka.

Namjoon merapikan poni Hyunjin yang mulai panjang. Ia tersenyum manis, memperlihatkan lesung pipitnya. "Bukan tertawa. Dad mendukung cita-citamu itu kok. Tapi, apa Hyunjin tau seperti apa itu astronot?"

Hyunjin mengangguk cepat. Ia menunjuk acara Little Einsteins yang sudah selesai itu, ada nama-nama pengisi suara serta semua orang yang terlibat dalam proses pembuatan acara. Dengan semangat, Hyunjin menjawab pertanyaan Namjoon. "Tau, kok! Terbang ke atas langit pakai roket kan? Pergi ke bulan, ke mars, ke planet-planet lainnya! Hyunjin mau lompat di bulan!"

Namjoon semakin tertawa. Changbin yang sedang belajar diajari oleh Lino itu juga ikut tertawa geli. Begitu juga Lino yang tertawa tanpa suara. Kebetulan mereka berdua sedang ada di ruang televisi bersama Namjoon dan Hyunjin, keduanya sedang belajar sambil ditemani acara seru kesukaan Hyunjin. "Anak Daddy tahu banyak ya! Kok bisa?" tanya Namjoon heran.

"Dari film dong!" Hyunjin berseru menjawabnya. Ia mengambil biskuit disampingnya kemudian mengunyahnya dengan cepat.

"Bagus, bagus." Namjoon mengelus kepala Hyunjin dengan sayang. Tiba-tiba ia berekspresi serius, menatap Hyunjin yang juga balik menatapnya dengan tanda tanya besar di kepalanya. "Tapi, Hyunjin, menjadi seorang astronot tidak mudah, loh. Ada banyak yang harus kamu kuasai dan pelajari. Ada banyak hal berharga yang harus dikorbankan. Seperti, kamu pergi ke bulan meninggalkan Daddy dan Kakak-kakak serta Adik-adik yang lain di bumi. Jarak dari bumi ke bulan itu besaaar sekali. Dan perjalanannya pun sangat lama sekali."

Hyunjin melongo selama beberapa detik. "Lama sekali? Hyunjin pikir seperti shinkansen!" ada remahan biskuit di sudut bibirnya yang langsung diseka oleh Namjoon dengan bersih.

Namjon tidak bisa menahan tawanya lagi, sementara Changbin serta Lino yang menjadi pendengar yang baik hanya tersenyum geli. Kecepatan perjalanan dari bumi ke bulan mana bisa dibandingkan dengan shinkansen, kereta dengan kecepatan tertinggi di Jepang.

"Kalau begitu," interupsi Hyunjin membuat Namjoon kembali memusatkan atensi pada sang anak yang sudah hampir setengah tahun ia adopsi. "Hyunjin tidak mau jadi astronot. Jauh sama Daddy dan saudara yang lain. Lebih baik Hyunjin berada di bumi saja."

Namjoon tersenyum. Ia memeluk Hyunjin dengan sayang. "Mau jadi astronot atau bukan pun, tidak apa-apa, Hyunjin. Daddy akan selalu mendukung pilihanmu," lirihnya dengan sayang di dekat telinga Hyunjin. Teringat beberapa hari yang lalu ia melihat bakat terpendam Hyunjin yang sama seperti mendiang istrinya, melukis. Tak lama kemudian Namjoon menutupkan matanya dan kembali berkata lirih seraya mengeratkan pelukan pada sang anak. "Cepat besar ya, Anakku Hyunjin."

...

"Seperti anak kecil saja."

Hyunjin menoleh ke arah Soobin, teman sekelasnya. Dengan dahi berkerut, Hyunjin memutuskan untuk bertanya. "Siapa?"

Brothers - SKZ x BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang