32 : Feeling unworthy

300 58 7
                                    

Changbin juga tahu meski ia diadopsi oleh keluarga Lim, aib dan statusnya tidak berubah sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Changbin juga tahu meski ia diadopsi oleh keluarga Lim, aib dan statusnya tidak berubah sama sekali. Apa yang ia lakukan saat kecil, demi bertahan hidup ia rela mencuri dan berakhir dipukul oleh para pedagang, atau menahan rasa lapar demi Nenek Min bisa makan. Apa yang ia lakukan di masa lalu tidak pernah bisa dihapuskan begitu saja. Ia menorehkan begitu banyak aib untuk keluarga Lim, keluarga yang harusnya dipandang tinggi dan bermartabat.

Apa yang Namjoon lakukan, mengdopsi anak-anak yang terlantar dan tidak berdaya di luar sana, memang mulia. Namun Namjoon mungkin tidak memperkirakan bahwa di masa depan, anak-anak yang menyandang status buruk, tidak bisa dihapuskan meski sudah diadopsi sekali pun.

Apa yang Jeongin ucapkan itu benar adanya. Terlena dengan apa yang Namjoon beri, membuat mereka lupa bahwa tidak seharusnya mereka membuat Felix merasa bahwa mereka memonopoli Namjoon. Mereka harusnya tahu batas dan tahu diri.

"Melamunkan apa?"

Changbin terkejut kecil. Ia menoleh melihat Yoongi datang dengan semangkuk ramen untuk dirinya sendiri, makan siang. "Jangan mengejutkanku, Yoongi-Hyung,"

"Kau datang ke sini dengan wajah muram, tidak memesan apapun dan hanya duduk sambil melamun. Ada apa, eh? Kamu putus cinta?"

"Ap—" wajah Changbin memerah. Tak pelak ia malu sekali. Tebakan Yoongi memang meleset, tapi ia tidak menyangkal kalau ia pernah merasakan putus cinta zaman awal kuliah dulu. "Bukan, bukan itu."

Yoongi tertawa sampai matanya menyipit. Lelahnya karena setengah hari ini hanya melayani pelanggan meluntur karena menggoda Changbin. "Lalu kenapa? Apa yang membuat kamu sampai murung? Ada masalah di rumah?"

"Begitulah." Changbin tiba-tiba datang ke sini tanpa kabar apapun, tentu saja membuat Yoongi terkejut. "Bagaimana kabar kakak-kakakmu yang lain, hyung?" tanya Changbin mencari topik lain.

Yoongi, dengan tidak sopannya, menggoyangkan sumpit di udara, bersikap malas karena mendengar pertanyaan itu dari Changbin. "Jangan tanyakan mereka. Orang-orang yang kacang lupa kulitnya sudah hidup nyaman tanpa ingat rumah." balasnya dengan sinis. "Kalau kau, bagaimana dengan yang lainnya?"

Changbin mendengkus pelan. "Baik-baik saja, kok."

"Mau pesan sesuatu?" tanya Yoongi, lalu menyerudup kuah ramennya sedikit.

Changbin menggeleng. "Aku baru saja makan di rumah."

Yoongi mengangguk saja. Changbin itu bukan tipe orang yang malu-malu. Dulu, sih, iya. Tapi sekarang Changbin sudah blak-blakan meminta sesuatu. "Hm... kau tahu? Kadang anakku itu ingin kamu menginap di sini. Kalau kau mau, kau bisa menginap sampai kapan pun kau mau."

...

Beberapa jam yang lalu...

"Loh, kenapa Ayen menangis?" Hyunjin terkejut melihat Jeongin yang sudah menangis. Rasa lapar dengan perutnya yang bergerumuh itu mendadak hilang. Ia berjalan dengan Minho yang mengikutinya. Minho bangun agak siang karena ia pulang terlalu larut tadi malam.

Brothers - SKZ x BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang