09 : Adik Yang Baik

447 77 5
                                    

Barangkali jika ada yang tahu bagaimana rasanya begitu di kekang oleh si kakak tertua mungkin orang-orang tidak akan begitu menghakimi jika dirinya membuat kamarnya sendiri berantakan dengan alat-alat lukis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barangkali jika ada yang tahu bagaimana rasanya begitu di kekang oleh si kakak tertua mungkin orang-orang tidak akan begitu menghakimi jika dirinya membuat kamarnya sendiri berantakan dengan alat-alat lukis. Kuas-kuas berserakan dari dekat pintu sampai ke dekat kasurnya. Palet teronggok begitu saja di depan pintu kamar mandi diwarnai dengan ceceran cat air yang mengotori lantai.

Hyunjin duduk termenung di ujung kasur. Menatap penuh kesedihan pada kanvas dengan lukisan setengah jadi yang dengan sengaja dia robek. Itu adalah lukisan untuk kakaknya. Beberapa hari yang lalu Hyunjin melihat sebuah foto yang di dalamnya ada Chris, Lino, dan Changbin. Si kakak tertua tampak baru saja memenangkan perlombaan karena mengalungi sebuah medali emas sementara Lino dan Changbin tersenyum bahagia di kedua sisinya.

Kenangan bahagia itu ingin ia tuangkan ke dalam lukisan. Mungkin memberikan itu sebagai hadiah untuk Chris tidaklah buruk. Tapi apa boleh buat. Hyunjin rasa percuma saja dia melukis foto itu dengan sepenuh hati jika Chris saja setengah hati menerima dirinya sebagai pelukis.

Jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Hyunjin baru saja terbangun dari tidur singkatnya. Setelah menangis di perpustakaan tadi Hyunjin kembali ke kamarnya dengan hati yang hancur. Turut menghancurkan kamarnya sendiri tanpa ada yang tahu. Ya, sedari tadi tidak ada yang mendengar. Tidak ada yang datang kepadanya.

"Shhh ... Seharusnya tadi aku tidak menangis," gumam Hyunjin. "Memalukan sekali."

Dia tidak mengerti kenapa dirinya begitu cengeng jika berhadapan dengan Chris. Tadi dia menangis dengan begitu menyedihkan seperti bocah lima tahun yang tidak diajak ke minimarket oleh kakaknya. Jika diingat-ingat lagi, Hyunjin malu dengan dirinya sendiri.

"Suruh siapa dia bersikap seperti itu padaku." Hyunjin terus bergumam. Memakai sandal rumahnya, Hyunjin memutuskan pergi ke dapur untuk mendinginkan otaknya dengan air dingin. Kepalanya sedikit berdenyut entah karena apa.

Langkahnya memelan begitu dia memasuki area dapur. Matanya membulat terkejut melihat eksistensi Chris di meja makan. Kakaknya terlihat sedang menumpu kepalanya dengan sebelah tangan sementara sebuah laptop menyala berada di hadapannya.

Hyunjin menggigit bibir bagian dalamnya. Langkahnya total terhenti. Dia berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Ingin kembali tapi kerongkongannya seperti dilanda musim kemarau pasca menangis tadi.

"Dad?" Suara Chris mengalun pelan. Hyunjin menegang, sedikit menahan nafasnya sebab tidak mau Chris tahu jika dirinya yang ada di belakang pria itu. Tubuhnya memberi titah untuk menghindar. Dia tidak mau bertemu Chris dulu setelah keributan di perpustakaan tadi. Kakinya sudah mundur ketika suara pelan Chris kembali terdengar.

"Bisa ambilkan aku selimut?"

Barulah saat itu Hyunjin sadar ada yang tidak beres dengan kakaknya. Mungkin Chris mengira jika yang datang adalah Ayahnya sehinga tidak mau repot-repot berbalik untuk memeriksa.

Brothers - SKZ x BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang