22 : Kakak Yang Khawatir

478 77 9
                                    

4K lebih! Jangan mager buat baca, ya, wkwkwk >< Soalnya ada alur spesial di bagian akhir!

Pemandangan yang membuat Lino terheran adalah suasana yang sunyi meski ada adik-adiknya yang berkumpul di ruang tengah, minus Hyunjin dan Jeongin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan yang membuat Lino terheran adalah suasana yang sunyi meski ada adik-adiknya yang berkumpul di ruang tengah, minus Hyunjin dan Jeongin. Entah di mana dua anak itu. Lino pulang terlalu malam, terlambat, karena jalanan sedang macet-macetnya. Dan lagi, tadi ada beberapa kecelakaan kecil di studio yang membuat jam kerjanya sedikit molor.

Seungmin, Jisung, dan Felix menyadari Lino yang baru saja pulang, mereka menyapa Lino dengan ceria, namun Lino sendiri tahu bahwa ada ekspresi tegang di wajah mereka.

"Ke mana yang lain? Biasanya sudah ramai seperti pasar." Lino berdiri di dekat mereka, enggan beranjak dari tempatnya berdiri.

"Changbin-Hyung sedang di kamarnya, kalau Chris-Hyung baru pulang, dan Dad tadi ada yang menelpon. Lalu Hyunjin-Hyung dan Jeongin ... mereka tiba-tiba menjadi pendiam." Felix buka suara, mewakili kakak dan adiknya dalam menanggapi pertanyaan Lino.

Lino mengangguk pelan. Samar-samar ia mendengar suara berisik di dapur, Bibi Nam sedang masak. Mungkin ia bisa membantu dikit. "Hyunjin dan Jeongin bertengkar?" tanya Lino lagi.

Seungmin menggeleng. "Tidak, kok. Mereka tidak bertengkar sama sekali ... hanya saja mereka menjadi pendiam, Hyung."

Jisung mengangguk setuju. "Tadi Hyunjin-Hyung pulang bersama Dad, langsung kabur ke kamarnya begitu saja. Sama seperti Jeongin." lapor Jisung.

Sambil menghela napas pelan, Lino mengangguk lalu izin pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Lelah juga berpose ini-itu sambil mempertahankan senyum dan berekspresi sedemikian rupa di depan kamera. Kadang ia merasa lelah dengan pekerjaannya, tapi bersamaan dengan itu, ia merasa senang sekali melakukannya.

Langkahnya melewati kamar Jeongin, ia mengecek si bungsu terlebih dahulu dan mendapati bahwa Jeongin sedang duduk di kursi belajarnya dengan kedua kakinya yang terlipat ke atas, kedua tangannya memeluk kakinya.

"Ayen-ie,"

Jeongin hanya menoleh sekejap lalu kembali menatap pemandangan di depannya. Langit malam yang lumayan mendung. Tidak ada bintang seperti malam-malam sebelumnya, atau bulan yang terang benderang.

"Ayen," Lino mendekat, ia duduk di pinggiran kasur Jeongin yang dekat dengan meja belajar. "Tumben diam. Biasanya kau sudah berisik, main di ruang tengah bersama yang lain."

Tatapan Jeongin hampa ke luar sana. Bahkan ia tidak mengindahkan Lino sama sekali. Seolah Lino yang sedang duduk di sampingnya hanyalah patung saja.

"Ayen," Lino memanggil lagi dengan nada yang sabar. Sambil berdiri, ia memegnag pundak sang adik. Namun, tanpa ia duga, Jeongin langsung memeluknya erat membuat Lino langsung memeluknya balik.

Brothers - SKZ x BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang