26 : Rasa Takut

289 80 25
                                    

Derap langkahnya berhenti sebelum  ambang pintu ketika Hyunjin mendengar tawa Seungmin dari dalam ruangannya bersama Namjoon dan adik-adiknya yang lain–yang sedang mengajak Seungmin bercanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkahnya berhenti sebelum ambang pintu ketika Hyunjin mendengar tawa Seungmin dari dalam ruangannya bersama Namjoon dan adik-adiknya yang lain–yang sedang mengajak Seungmin bercanda. Mendadak rasa bersalahnya kembali muncul. Hyunjin takut. Ia takut masuk ke dalam. Bahkan saat sarapan tadi, ia tidak berani menatap Namjoon. Ia hanya menunduk dan mengangguk serta membalas Changbin dan Lino yang mengajaknya mengobrol.

Ucapan tentang Namjoon yang kecewa padanya masih menggema di otaknya.

Dia seorang Kakak yang buruk.

Tidak heran kalau Namjoon kecewa padanya.

Hyunjin mengambil napas panjangnya lalu ia hembuskan. Setelah itu Hyunjin mundur dan menjauhi ruang rawat Seungmin. Niatnya ingin meminta maaf dan berdamai mendadak pupus kala tatapan kecewa sang Ayah menghantui isi kepalanya.

Saat ia sudah sampai di gerbang rumah sakit, ada satu pesan masuk ke ponselnya. Itu dari Felix.

[Hyung, di mana? Kenapa belum sampai?]

Hyunjin berbalik, melihat beberapa jendela di rumah sakit kemudian ia memakai kupluk jaketnya dan berjalan menjauh. Kedua tangannya mulai mengetik, membalas pesan dari Felix.

[Aku duluan. Maaf, ya. Soobin dan Jeno sudah menunggu lama di halte bis.]

Ketiknya dengan dusta.

...

Hari pertama di sekolah seharusnya menjadi meyenangkan. Memang begitu. Hyunjin juga melakukannya. Ia banyak tersenyum, meski kadang ia suka melamun–memikirkan keadaan Seungmin. Kemudian Jeno dan Soobin lah yang harus menyadarkannya.

"Kelas kita berbeda, ya," Soobin berkata dengan pelan melihat pembagian kelas di papan pengumuman. Ia menoleh, melihat Hyunjin yang kelasnya terpisah. Sementara Soobin satu kelas dengan Jeno.

Hyunjin mengulum senyum lalu mengangguk. "Iya. Ya ... tidak buruk, 'kan? Kelas kita masih satu lantai meski jauh."

Jeno hampir kehilangan kata-katanya karena ia tahu Hyunjin itu pemalu dan tidak mempunyai banyak teman. "Tapi kamu..."

Tawa renyah keluar dari mulut Hyunjin. Ia menepuk Jeno pelan. "Sudah sudah, jangan khawatirkan aku. Aku bisa berkenalan dengan yang lain kok."

Soobin dan Jeno ikut terkekeh meski mereka juga khawatir. Mereka sudah bertiga selama tiga tahun di SMP, kemudian dipisahkan begitu saja saat SMA. Bagaimana tidak khawatir?

"Hm ... kalau begitu, bagaimana kita langsung ke kelas masing-masing saja? Di lantai dua 'kan?" ajak Hyunjin memecah keheningan mereka bertiga.

...

Seungmin menatap ke luar jendela dengan tatapan bosan. Pagi tadi ia sudah bertemu saudaranya yang lain. Ada Jisung, Felix, Jeongin, yang datang lebih pagi. Kemudian disusul Chris, Changbin, dan Lino saat saudaranya yang lain berangkat sekolah. Namun Seungmin sama sekali tidak melihat kehadiran Hyunjin.

Brothers - SKZ x BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang