08

38.7K 2.7K 19
                                    

Selamat membaca⚘
.

Mobil keluarga Dexter sampai disebuah rumah sakit besar. Zoya menatap lamat bangunan itu, tangannya memegang ujung baju.

"Zoya nggak suka rumah sakit" ujar Zoya pelan.

Jhonatan, Felix serta Calvin pun menatap Zoya.

"Disana orang-orang kesakitan kan daddy? Mommy Zoya juga kesakitan?"

"Tidak sayang, mommy disini hanya tidur" jawab Jhonatan tersenyum kecut.

Felix memegang bahu Jhonatan, bermaksut untuk menguatkan kakaknya itu.

"Mommy ada disini untuk sembuh" ucap Calvin menatap Zoya.

Zoya mengangguk.

"Zoya tau, abang"

"Setelah Zoya datang, pasti mommy akan sembuh. Karena Zoya adalah obat" saut Felix tersenyum.

"Itu artinya... Zoya pahit ya pa?"

Mereka terdiam mendengar pertanyaan polos yang keluar dari mulut Zoya.

Kenapa putrinya bisa sepolos itu?

Zoya sendiri menerjapkan mata, ia masih menunggu jawaban akan pertanyaannya.

"Zoya tidak pahit!"

"Tapi... obat kan pahit, kalau Zoya obat. Berarti Zoya pahit"

Calvin berdehem.

"Begini, bukankah tidak semua obat itu pahit. Ada obat yang manis" ucap Calvin.

"Apa?" Tanya Zoya penasaran.

"Zoya, Zoya adalah obat yang manis"

Jawaban Calvin membuat Zoya tersenyum, begitupun kedua pria paruh baya yang ada disitu. Mereka tak menyangka ternyata putra keluarga Dexter, pintar juga.

Calvin ikut tersenyum menatap Zoya lekat, adiknya memang manis. Dan Zoya memang obat, obat dari kesembuhan hatinya serta keluarganya. Selama ini ia merasa bersalah pada diri sendiri, menganggap Zoya pergi karenanya. Padahal Calvin tidak bersalah sama sekali dalam hal ini, ia memiliki pemikiran seperti itu karena ia tau mamanya pergi setelah melahirkannya.

*****

Hari ini, Al serta ketiga temannya merasa lebih bersemangat untuk ke sekolah. Mereka merasa ada yang harus dijaga, yaitu Zoya si gadis polos yang berhasil menarik perhatian mereka.

Melihat Zoya terasa berbeda, dimata Zoya tersirat sebuah ketulusan tanpa ada unsur kebohongan atau sikap yang dibuat-buat. Apalagi setelah mereka tau bahwa Zoya hidup tanpa keluarga. Seharusnya gadis itu tak pantas hidup seperti ini, gadis sepolos Zoya mereka kira adalah anak yang dimanja oleh keluarganya. Ternyata tidak.

Mendengar cerita dari Yoga, mereka memiliki tekad untuk selalu menjadi pelindung Zoya.

Keempat pemuda itu berjalan melewati lorong kelas, tak sedikit para gadis menyapa atau hanya menatap mereka dengan kagum dan terpesona.

"Berasa ganteng banget gue"

Titan tersenyum bangga, menjadi idola para gadis membuatnya besar kepala. Setidaknya, ia tak akan sulit untuk mencari jodoh.

"Mereka liat Al, bukan lo" saut Langit yang mampu membuat Titan merasa terhempas ke jurang.

Ekspresi yang Titan tampilkan mampu membuat Yoga menahan tawa. Kasihan sekali, kadang terlalu percaya diri itu tidak baik. Yang sedang-sedang saja.

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang