03

38.6K 3K 55
                                    

Calvin bergegas meninggalkan kantin, ia melangkah dengan terburu buru. Zoya, nama itu terus terngiang di kepalanya.

Wajah gadis itu sangat mirip dengan, ah intinya ia harus tau gadis yang bernama Zoya itu berasa dari mana. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Brakkkk

Calvin membuka pintu ruang kepala sekolah dengan keras, membuat kepala sekolah terlonjak kaget. Untungnya kepala sekolah itu tidak punya penyakit jantung.

Dan karena yang membuka pintu seperti itu adalah Calvin, kepala sekolah itu tak jadi mengomel.

"Aku ingin berkas milik Zoya"

"Maaf tuan muda, tapi Zoya siapa? Murid disini sangat banyak dan_"

"Murid baru"

Kepala sekolah itu mengerutkan keningnya "Murid beasiswa itu? Untuk apa tu_"

Hikkk

Calvin mencekik leher kepala sekolah itu.
"Sialan kau! Cepat berikan data gadis itu! Atau kepala mu akan putus dari tubuhmu!"

"B-bahh-ikk"

Calvin melepaskan cekikannya, namun matanya senantiasa menatap kepala sekolah dengan tajam. Terlihat sekali Kepala sekolah itu mencari berkas sambil bergetar. Baru segitu saja sudah takut, lemah.

"I-ini, tapi_"

"Ck. Lama" ucap Calvin datar dan segera pergi meninggalkan kepala sekolah yang langsung terduduk lemas sambil memegang lehernya.

Ia bergidik ngeri saat membayangkan apabila kepalanya benar-benar putus.

Calvin meninggalkan ruang kepala sekolah, dan berjalan menuju parkiran.

"WOY CAL, MAU KEMANA LO? MASUK NIH" teriak Reno yang sudah berdiri tak jauh dari tempat Calvin.

Calvin tak menjawab, ia langsung memakai helm dan menyalakan motornya lalu meninggalkan sekolah dengan kecepatan tinggi.

"Gila si Calvin, mentang-mentang anak pemilik sekolah. Bolos seenaknya aja, gue kan juga pengen" ucap Reno yang langsung mendapat tatapan sinis dari Elgara.

Disisi lain

Zoya dan Al dkk sedang berjalan menuju kelas. Jam istirahat telah selesai, sehingga mengharuskan mereka untuk melanjutkan pelajaran kembali.

Sampai di depan kelas, Zoya menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" Tanya Langit.

"Zoya mau ke toilet" jawab Zoya singkat.

Semuanya mengangguk dan saling tatap.
"Kita anter"

"Hah?!" Beo Zoya.

"Zoya si imut..... kita berempat bakal nganter lo ke toilet" ucap Titan merasa gemas dengan Zoya.

Zoya melototkan matanya.

"Nggak! Zoya bisa sendiri, Zoya bukan anak kecil ya"

"Lo itu masih kecil, pendek lagi" balas Titan santai.

Yoga mengangguk begitupun yang lainya.

Zoya tetap menggeleng "Zoya udah gede, Titan!"

"Gede dari mana?" Tanya Langit heran.

Zoya menggembungkan pipinya.

"Disini itu banyak penyihir asal lo tau"

"Zoya udah gede, jadi nggak bisa di tipu-tipu lagi Yogaa...."

"Pokok nya Zoya sendiri, kalian disini aja. Oke" lanjut Zoya tegas lalu berjalan meninggalkan Al dkk.

******

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang