25

23.2K 1.9K 105
                                    

Selamat membaca⚘
.
.
.

"Titan nggak papa? Abang Zoya baik kan?"

"Iya baik, baik banget malah"

Saking baiknya, wajah Titan kini terdapat beberapa lebam.

"Emangnya, Titan diapain sama bang Damian sampe kayak gitu?"

Zoya beralih menatap Yoga yang duduk didekatnya.

"Bang Damian sama Titan main pukul-pukul. Tapi kata bang Damian, Titan seneng.. Jadi Zoya suruh pukul aja terus biar Titan tambah seneng"

"Gue masih heran, gimana bisa lo masuk sini pake beasiswa? Sedangkan otak lo aja macet macet gitu" cibir Titan tak habis fikir.

"Zoya itu pinter! Cuma kalo lagi males mikir ya males. Lagian kan ada kalian yang bisa bantu, buat apa Zoya susah-susah mikir? Kalo dulu kan Zoya nggak punya temen.... lagian kata abang, Zoya itu nggak usah belajar yang serius."

"Kenapa gitu?" Tanya Yoga heran

"Eumm... kata abang, daddy kaya. Zoya juga kurang faham"

Titan berdecak "Emang macet-macet, tukar tambahin sana otak lo!"

"Ihh udah dibilang kalo Zoya itu lagi males mikir sekarang!"

"Lo males mikir disetiap hembusan nafas, ya sama aja emang gak bisa mikir"

Pedas sekali ucapan Titan, tapi yang namanya Zoya tak punya rasa tersinggung.

Gadis itu tetap tenang dan bersandar di bahu Yoga, tak lupa tangan Yoga mengusap kepala Zoya. Terlihat sangat nyaman jika ada diposisi Zoya.

"Jangan dimanjain mulu si Zoya! Ngelunjak tuh lama-lama"

Langit yang ingin menyuapi kuaci kedalam mulut Zoya pun berhenti, menatap Titan dengan datar.

"Nggak sadar diri!"

Saat ini mereka sedang berada di dalam kelas, karena tidak ada guru yang hadir. Jadilah suasana kelas yang ramai dan gaduh.

"Titan jangan manyun, tambah jelek!"

"Kalo jelek, lo nggak bakal mau temenan sama gue"

Zoya menegakkan tubuhnya "Kok tau?"

"Tau lah!"

Zoya memperhatikan wajah Titan, membuat pemuda itu salah tingkah sendiri.

"Ngapain?"

"Kasian ya, wajah Titan jadi ada ungu-ungu nya"

"Iya, tiupin dong biar cepet sembuh"

"Emang kalo ditiup bisa sembuh?" Tanya Zoya heran.

Yoga berdecak lalu menutup wajah Zoya menggunakan tangannya "Nggak usah didengerin!"

"Nanti ikut kita, mau?"

"Kemana?" Tanya Zoya semangat.

"Nanti juga tau sendiri" jawab Langit.

"Jemput Zoya di rumah ya..."

"Iyaa" ucap keempat pemuda tampan itu dengan serempak.

"Tapi.... gimana sama abangnya Zoya?"

Zoya menatap keempat temannya menunggu sebuah jawaban.

"Gini, Zoya bilang kalo mau pergi sama kita tapi dimanja-manjain gitu biar luluh"

"Manja-manjain?" Tanya Zoya bingung, gadis itu menggaruk pipinya.

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang