16

25.3K 1.9K 20
                                    

Selamat membaca⚘
.
.


"Makanannya gak dimakan? Boleh buat Zoya?"

Gadis mungil itu bertanya kepada para pria yang saat ini sedang menatap dirinya dan mengabaikan makanannya masing-masing.

Zoya menatap semuanya dengan polos, kenapa mereka semua menatap dirinya?.

Disana ada Al dan ketiga temannya serta Calvin dan dua temannya yaitu Elgara dan Reno, masih ingat kan?.

Kini Zoya, gadis imut bertubuh mungil itu berada diantara para lelaki tinggi berwajah tampan. Siapa yang tak ingin berada di posisinya? Semua gadis yang melihat, ingin sekali menjadi Zoya.

Mereka duduk di kantin dan satu meja. Meskipun sempat terjadi perdebatan kecil antara temannya dan abangnya, tapi untung mereka sekarang terlihat akur dimata Zoya.

"Zoya tanya loh ini~, kok nggak dijawab"

"Makan!" Ucap para lelaki serentak kecuali Reno dan El.

Zoya menerjap, menatap beberapa makanan yang digeser kearahnya.

"Makan punya abang aja" ucap Calvin melirik keempat teman Zoya sinis.

"Mereka pasti kelaparan princess, apa kamu nggak kasihan sama temanmu hmm?" Lanjut Calvin tersenyum manis.

Zoya menatap Al, Yoga, Titan dan Langit secara bergantian. Benar, wajah temannya itu seperti sedang kelaparan, tidak bahagia. Kasihan sekali, Zoya jadi tak tega.

"Jangan didengerin" celetuk Yoga santai.

"Iya, kita nggak kelaparan kok. Iyakan Al?" Saut Titan.

Al hanya mengangguk, sedangkan Langit mendekatkan kembali piringnya dan makan. Sepertinya pria itu menyadari perubahan yang terjadi pada Calvin.

"Langit laper?"

"Kalo kenyang apa gue bakal makan?"

"Nggak"

"Itu tau"

Zoya mengerucutkan bibir mungilnya, sebal. Gadis itu pun melanjutkan acara makannya.

"Gue masih bingung, kenapa ya modelan kayak Calvin bisa punya adek yang gemesin? Apa adek lo nggak tersiksa? Secara lo kan pe-"

Ucapan Reno terhenti saat mendapati Calvin yang sedang menatapnya dengan tajam, serta garpu yang digenggaman Calvin telah menancap dimeja. Akhirnya Reno hanya memberikan senyum pepsodentnya.

"Pe? Apa itu pe?" Tanya Zoya bingung.

"Pendongeng handal" jawab Reno dengan senyuman.

Seketika Zoya berbinar menatap abangnya.
"Abang bisa dongeng? Nanti malem ceritain dongeng ya buat Zoya..."

"Iya"

Reno terlihat menahan tawanya, sepertinya lelaki itu meremehkan Calvin. Pasti Calvin akan menceritakan kisahnya sendiri, membayangkan itu membuat hati Reno tergelitik.

"Hai Zoyaa~"

Terdengar suara mengalun lembut memanggil nama Zoya, disana seorang gadis berdiri dan tersenyum manis kearah Zoya.

Zoya ingat, dia adalah gadis yang menarik rambut wangi miliknya.

"Kamu mau narik rambut Zoya lagi?"

Pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Zoya, membuat para lelaki langsung menatap gadis yang sedang berdiri itu dengan tajam.

Gadis itu adalah Zara, ingatkan? Kalo lupa ada di part 3.

Zara tersenyum kaku mendengar pertanyaan Zoya.

"Nggak lah! Gue tuh mau jadi temen lo"

"Bener?!" Pekik Zoya senang.

Akhirnya ada perempuan yang mau berteman dengannya.

Zara mengangguk seraya tersenyum.

"Kalo gitu, gue boleh kan duduk disitu?"

"NGGAK!" Ucap para lelaki serempak.

Zoya menatap para lelaki dengan kesal "padahal kan tanya nya ke Zoya, bukan kalian"

"Mending lo pergi, lo udah narik rambut Zoya dan sekarang lo mau jadi temennya? Gak bisa! Gue tamengnya" ucap Titan sinis

"Waktu itu gue narik karena salah orang, maafin gue ya Zoya" balas Zara menatap Zoya penuh harap.

"Salah orang?"

"Nggak-nggak! Gue gak percaya sama omongan perempuan kayak lo gini" saut Titan, terlihat sekali bahwa lelaki itu amat sangat tidak menyukai Zara.

"Zoya maafin gue ya, waktu itu gue nggak sengaja narik rambut lo. Apa rambut lo rusak? Ayok perawatan, gue bayarin"

"Zoya nggak sakit, jadi nggak perlu dirawat kok" jawab Zoya

"Ee yaudah kenalin nama gue Zara"

Tangan Zara terulur, berniat untuk bersalaman dengan Zoya. Tapi Calvin langsung memberikan suapan untuk Zoya, sehingga gadis itu tak memperhatikan Zara.

Zara terlihat masam, menarik tangannya kembali.

"Nama lo siapa?"

"Zoya"

"Halah padahal dari tadi Zoya bilang Zoya Zoya, ini Zoya, itu Zoya. Masih aja tanya"

"Titan galak banget hari ini" celetuk Zoya.

"Iya gara-gara ada manusia jadi-jadian"

"Mana? Emang ada ya manusia jadi-jadian? Berarti nggak jadi manusia dong"

"Jadi manusia kalo ada maksud terselubung"

"Zoya nggak ngerti sama Titan, otak Zoya udah capek mikir matematika. Ini aja otak Zoya lagi berhenti, lagi tidur. Jadi Zoya nggak bisa ngerti sama maksud Titan"

"Lo kan emang gabisa mikir"

Dug

Terdengar suara dibawah meja, pelakunya adalah Calvin.

"Loh mejanya gerak, pasti gara-gara Titan kan?"

"Ekhemm" Zara berdehem keras.

"Hehe gue mau duduk disamping lo boleh?"

"Tapi disamping Zoya kan ada bang Calvin sama Al, Zoya nggak berani nyuruh geser. Nanti kalo marah serem"

Zoya berfikir sejenak.

"Zoya tau! Itu disamping kembarannya Al kosong, Zara duduk disitu aja"

Kembaran Al yang dimaksud Zoya adalah El, abangnya Al.

Zara tersenyum dan mengangguk kaku, ia melangkah ingin duduk. Namun, sebuah kaki langsung muncul dan membuat Zara tak jadi duduk. Mana mungkin dia berani menduduki kaki Elgara.

"Lo duduk aja, kita udah selesai. Mau ke kelas"

Zara menatap Langit dengan pandangan tak percaya.

"Loh maka-"

"Ayok"

Calvin langsung bangkit secara menarik tangan Zoya. Mereka pergi meninggalkan kantin dan juga Zara yang masih berdiri disana, Zoya sendiri menatap nanar makanan yang ada di meja. Sayang sekali.

Namun sebelum benar-benar pergi, Calvin memberikan sebuah senyuman miring untuk Zara dan hanya gadis itu yang melihatnya.

"Kenapa kalian nggak suka sama Zara?"

"Jelek" jawan Calvin singkat.

"Lo suka sama Zara?" Kini Yoga yang bertanya sambil melanjutkan langkahnya.

"Suka"

"Berarti lo nggak normal" saut Titan.

"Hah?"

******

Jangan lupa vote and komen

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang