32

17.9K 1.4K 49
                                    

Selamat membaca⚘
.
.


Pagi ini, di ruangan Zoya terlihat ramai. Disana juga ada Darka dan Zio, untungnya Zio tidak jahil seperti biasanya, sepertinya bocah lelaki itu mengerti bahwa Zoya sedang sakit hingga tidak bisa diganggu. Darka bisa datang karena Titan, tapi bukan dikabari melainkan lewat postingan lelaki itu. Katakan saja bahwa Titan alay, tapi tujuannya kan biar dia tidak terlihat benar-benar jomblo aja.

Elina, Jhonatan dan Felix juga ada disana. Damian, Calvin serta Gio kemudian keempat teman Zoya yang lainnya. Meskipun banyak orang, ruangan itu tidak terasa sumpek atau sempit sama sekali.

Disana Zoya hanya diam menatap sang dokter yang sedang memeriksa keadaannya, entah memeriksa apa tapi tangan dokter itu terlihat sedikit gemetar. Zoya jadi bingung sendiri.

"Apa Zoya masih sakit dokter?" Tanya Zoya menatap sang dokter dengan wajah polos.

Saat ini posisi Zoya adalah duduk.

Dokter sedikit ragu, ia melirik kearah para putra Dexter yang sedang menatap dirinya dengan tajam "Apa kepala nona masih sakit?"

Zoya mengangguk "Sedikit"

"Apa ada hal yang masih terbayang difikiran nona?"

Zoya terdiam sejenak, ia berfikir lalu mengangguk "Zoya masih ingat kemaren" ucapnya pelan "Zoya juga nggak mau kesana lagi, nggak mau makan di restoran lagi" lanjutnya dengan pandangan kosong.

Dokter itu memanggil nama Zoya namun tidak ada sautan.

"Nona!"

"Nona apakah anda mendengar saya?!"

Jhonatan mencengkeram bahu dokter itu "Apa yang kau lakukan dengan putriku?!"

"B-begini, sebenarnya saya juga tidak mengerti. Apa sebelumnya nona mengalami sebuah kejadian? Atau-"

"Kau ingin tau tentang keluarga kami?!!" Bentak Calvin tajam "Dokter sialan! Kau membuat adikku seperti itu, kau menghipnotisnya hah?!!"

Dokter itu menggeleng keras, mencoba untuk menjelaskan namun harus dihadapkan dengan Damian yang juga menyentuh bahu kirinya.

"Jelaskan!"

Disana Titan menghela nafas, menurutnya keluarga dexter itu sangat aneh. Bagaimana dokter itu menjelaskan, jika mereka saja tak memberi ruang untuk dokter berbicara. Ia tak habis fikir, bagaimana bisa Jhonatan membuat bayi seperti Zoya? Tumbuh menjadi gadis polos, lucu dan menggemaskan. Sangat tidak pantas berada diantara monster yang haus darah itu.

"Kasian banget Zoya gue"

"Zoya kita!" Saut Langit penuh penekanan, enak saja Titan mengatakan Zoya hanya miliknya.

"Diem deh lo! Gue itu cuma gregetan sama para singa, lihat noh kasian dokternya tertekan"

Mereka kembali memperhatikan interaksi antara dokter dan anggota keluarga Zoya.

"Sepertinya nona trauma"

"....."

Hening.

Elina menggeleng pelan, matanya menatap kearah Zoya dengan sendu. Ia tak mau putrinya yang ceria menjadi seperti ini, tidak boleh.

"Dad, ini salahnya! Putriku trauma, karena dia!"

Disana Gio mengepalkan tanganya erat, rahangnya mengeras. Dia tidak suka melihat Zoya seperti itu.

"Tapi, saya merasa rasa trauma ini tidak perlu untuk dikhawatirkan. Mungkin nona akan terbayang namun sementara, karena tidak ada tanda-tanda tekanan yang kuat" lanjut dokter itu melirik kearah Zoya yang masih diam.

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang