Selamat membaca⚘
.
.Mereka pun berjalan mengikuti Calvin untuk masuk kedalam mansion, Raya juga hanya diam tapi matanya senantiasa menatap punggung Zoya yang ada dalam gendongan Calvin.
Setelah berada di ruang tamu, Calvin menurunkan Zoya dengan hati-hati. Ia mengusap kepala Zoya pelan, lalu menyuruh dua orang maid untuk mengambil minuman dan makanan. Tak lupa, ia juga menyuruh El, Reno dan juga Raya untuk duduk di sofa.
"Zoya besok sekolah?" Tanya Reno sedikit was-was dengan tatapan Calvin.
Zoya mengangguk dengan senyuman "Iya, Zoya kan kangen sama Al, Titan, Yoga terus Langit"
"Kamu deket banget ya sama mereka?"
Semuanya beralih menatap Raya.
Dekat? Tentu saja, mereka kan teman Zoya.
"Iya, mereka kan temen Zoya"
"Emang kamu nggak punya temen selain mereka?" Tanya Raya lagi.
"Punya, namanya Darka" jawab Zoya jujur.
"Jadi temanmu lelaki se-"
"Udah deh, ngapain sih lo ngurusin orang" potong Reno mendelik tak suka menatap Raya.
"Maaf-- aku cuma penasaran aja"
Reno memutar bola matanya malas.
"Abang"
"Kenapa hmm?" Calvin menatap Zoya lembut seraya mengusap kepala gadis itu.
"Zoya pengen ke kantornya abang"
Reno tersedak salivanya sendiri, ia menatap Calvin dengan tatapan terkejut "Lo udah punya kantor?"
"Bang Damian"
"H-hah?!"beo Reno tak mengerti.
Raya berdehem "M-mungkin, maksud Calvin itu Zoya mau ke kantornya bang Damian. Iya kan Cal?"
Calvin berdecih sinis.
Drtt drttt
Calvin mengernyit heran saat merasakan getaran sebuah ponsel, ia memegang sakunya. Tidak!, bukan ponselnya yang bergetar, lalu ponsel siapa? Matanya beralih menatap Zoya yang meringis pelan.
"I-itu ponsel Zoya"
"Dari?" Tanya Calvin dengan wajah datar.
Zoya menggaruk pipi bulatnya "Dari Yoga, abang jangan marah ya-- ya, ya, ya??" Pintanya dengan mengerjap beberapa kali serta menampilkan puppy eyes, membuat Calvin menggeram karena gemas.
Memang benar, Calvin tidak mengetahui jika Zoya telah diberikan ponsel oleh temanya karena hanya Damian yang tau. Itu juga bukan dari Zoya, melainkan Damian mengetahuinya saat membuka tas sekolah Zoya. Awalnya ia ingin marah, namun lagi-lagi tidak bisa karena Zoya.
Dan kini, Calvin pun mencoba sabar. Ia tidak ingin memarahi adiknya, apalagi jika Zoya merasa terlalu di kekang, ia takut jika Zoya kabur atau lari.
"Abang nggak marah"
"Sayang abang"
Zoya memeluk tubuh Calvin membuat sang empu terkekeh pelan, jika adiknya merasa senang maka Calvin akan menurutinya kecuali jika membahayakan nyawa Zoya.
"Apa princess nggak mau angkat telfonnya?"
Zoya melepaskan pelukannya "Zoya lupa"
Calvin tersenyum tipis, lalu ia menatap Zoya yang mengambil ponsel disakunya dengan wajah antusias. Ia semakin melihat keantusiasan Zoya, saat Zoya menatap layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS (TERBIT)
Fiksi PenggemarZoya tidak pernah memperhitungkan tentang kisah hidupnya yang berubah 180° dari sebelumnya. Berawal dari, masuk ke sekolah yang baru, membuat Zoya tak hanya dikelilingi teman lelaki yang tampan namun asal-usulnya pun terkuak. Zoya yang ternyata memi...