"Hah?"Aku terkejut dengan pertanyaan Bara, maksud dia apa sebenarnya menanyakan hal itu. Sepertinya ia mengerti raut kebingunganku.
"Bercanda," jawabnya dengan terkekeh.
"Gak jelas," sahutku.
Setelah acara lamaran barusan, kini yang lain mulai pergi dan melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang karaoke-an di pendopo, main game di hp, dan juga ada yang sudah pergi tidur duluan. Aku tetap stay di pendopo bersama Syifa, Awan, Aksa dan yang lainnya. Sedangkan Alea tadi pergi ke tenda duluan, ia ingin segera tidur karena sudah ngantuk.
Raiya POV End
Semakin pagi, suasana justru semakin ramai dan asyik. Banyak yang masih terjaga dan sepertinya mereka belum ada keinginan untuk pergi tidur. Raiya pun masih bernyanyi bersama Awan dan yang lainnya. Tidak jauh dari tempat Raiya berada, terlihat seseorang yang sedaritadi memandangi Raiya terus. Seketika dirinya terkejut dengan tepukan di atas pundaknya.
"Eh anjir!" umpat Bara.
"Ah lo, Kak. Gue kira siapa," lanjut Bara.
"Gak bosen tuh diliatin mulu daritadi," ujar Naufal.
"Oh tidak dong, justru rasa ini semakin menggebu!" jawab Bara dengan gaya yang membuat Naufal terkekeh melihatnya.
"Alay lo! Yakin nih? Udah 100% move on?" pertanyaan dari Naufal barusan tentu saja membuat Bara terdiam. Dalam dirinya pun ia masih bertanya-tanya, apakah benar di hatinya kini sudah tidak ada nama dia dan tergantikan dengan Raiya? Bara sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan dari Naufal, ia masih bingung dengan perasaannya sendiri.
"Nah kan diem."
Seketika suasana pun menjadi hening. Siapa sih yang tidak tau dengan kisah cinta Bara? Dirinya telah mencintai sahabatnya sendiri sejak lama, namun sayangnya cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Meski begitu, sampai sekarang mereka tetap berteman dengan baik bahkan bersikap biasa seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
"Gimana perasaan lo sama Zumna?" tanya Naufal to the point.
"Hufft jangan ditanya kalau soal itu, Kak. Tentu masih ada dan akan selalu ada. Gue sayang sama dia sampai kapanpun meski hanya sebagai sahabat dan gak lebih. Ya karena gue sadar, dia sudah milik orang lain," jelas Bara. Ia tidak mau semakin memperkeruh suasana bahkan merusak hubungan asmara sahabatnya sendiri. Sekarang mereka juga tetap berhubungan dengan baik, dan akan lebih baik jika terus seperti ini saja.
Semenjak bertemu dengan Raiya, ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ia belum sepenuhnya yakin akan perasaannya terhadap Raiya, meski beberapa kali Raiya selalu terbayang dalam pikirannya tapi wajah Zumna pasti selalu ada. Untuk memastikan perasaannya itulah Bara berusaha untuk mendekati Raiya lebih jauh. Bukan bermaksud ia ingin mempermainkan Raiya, hanya saja ia ingin belajar melupakan perasaannya dengan Zumna. Ia ingin belajar mencintai orang lain selain Zumna, dan ia pikir sekarang proses itu sedang terjadi. Lambat laun pasti rasa itu akan tumbuh untuk Raiya jika mereka selalu bersama. Itulah yang ada di pikiran Bara sekarang.
"Gue harap lo gak cuman main-main sama dia. Dia itu anak baik," kata Naufal dengan penuh pengharapan sembari menatap ke arah Raiya berada. Terlihat sangat jelas raut bahagia di wajah Raiya saat berkumpul bersama yang lain.
"Gue janji bakalan berusaha membuka hati untuk orang lain,"
"Jangan sampai lo ubah tertawa dia menjadi luka,"
Mendengar penuturan tersebut membuat Bara ikut melihat arah pandang Naufal. Benar saja, ia melihat Raiya sedang tertawa bahagia di sana.
"Lo itu orang baru dalam hidupnya, masih terlalu dini jika lo masuk ke sana. Kita gak tau bagaimana kehidupan seseorang yang sebenarnya kan? Bisa saja orang yang selalu tertawa justru menyimpan banyak luka. Apalagi cewek itu pinter banget nutupin masalah. Inget Bar, cewek itu hatinya lembut dan mudah terluka,"
Bara masih mencerna kalimat setiap kalimat yang dikatakan oleh Naufal. Benar saja, senior satu ini memang bijak orangnya. Tidak salah memang jika Bara bergaul dengannya, setiap ada masalah ia akan meminta pendapat dan solusi kepadanya.
"Lo emang terbaik deh!" kata Bara sembari menepuk bahu Naufal.
"Gue serius ini. Gue ngelihat sorot mata Raiya itu berbeda, gue gak tau apa yang dia alami. Tapi gue harap, lo bisa buat dia terus tersenyum dan gak buat dia terluka."
Saat mereka sedang serius ngobrol, ternyata Raiya dan Syifa sedang berjalan ke arah mereka.
♡♡♡
Aksa POV
Akhirnya aku bisa ngelihat kamu terus tersenyum ya, Rai. Kataku dalam hati.
Aku bahagia melihat Raiya yang sekarang, banyak perubahan yang terjadi meski dia belum sepenuhnya mengingat tentang diriku. Tapi tidak apa, lambat laun pasti kamu akan mengingatku. Tidak terasa ya tiga tahun telah berlalu sejak kejadian saat itu. Sungguh hatiku begitu sakit ketika kamu tidak mengenalku. Sekarang rasanya kita begitu jauh.
Salahku juga telah pergi meninggalkanmu di saat masa-masa tersulitmu. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut orang tua pindah ke luar kota. Dan kini takdir berkata lain, aku bertemu denganmu lagi. Tentu saja aku merasa sangat bahagia, rasa itu ternyata masih ada Rai. Aku pikir sudah hilang, tapi setelah bertemu denganmu lagi rasa ini tumbuh kembali.
"Eh Aksa juga pinter nyanyi loh!" ujar Syifa.
"Gak gak! Ngarang lo, suara gue jelek," jawabku menolak.
"Eh iyakah? Aksa nyanyi dong!" pinta Raiya.
Duh Raiya pakai acara ikutan bujuk lagi. Batinku. Pokoknya aku akan tetap menolak, aku bisa nyanyi cuman lagi gak minat aja sekarang.
"Gak bisa gue serius," jawabku dengan meyakinkan.
"Yah padahal penasaran liat lo nyanyi, Sa."
Kulihat raut kecewa dari Raiya, merasa bersalah pasti iya.
"Sorry ya, udah pagi gak enak nih suara,"
"Ah alasan aja lo!" timpal Awan dan Tara.
"Yaudah lain kali ya gue tagih!" kata Raiya.
Beberapa menit kemudian pun Raiya beranjak pergi. Ia berpamitan untuk pergi tidur duluan, memang sudah waktunya untuk tidur sekarang. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tidak baik untuk kesehatan Raiya jika terjaga sampai pagi. Pandanganku tidak teralihkan pada Raiya, kulihat dia berjalan keluar dari pendopo dan pergi ke arah kak Bara dan Naufal berada. Dahiku mengernyit keheranan, bukannya segera pergi tidur tapi malah menghampiri mereka.
Kulihat Raiya menyodorkan jaket yang sedaritadi ia kenakan. Ah ternyata itu milik kak Bara, mereka lagi deket juga kan. Rai Rai sepertinya banyak cowok terpesona denganmu termasuk aku, dari dulu. Aku tidak tau gimana perasaan ini ke depannya, biarlah seperti ini dulu. Jika kamu sudah mengingat tentangku, aku akan berusaha lebih lagi. Itu pun jika kamu belum menjadi milik orang lain karena sepertinya sainganku sangat berat. Bersaing dengan senior sendiri, tapi aku khawatir Rai. Aku tau bagaimana kisah asmara kak Bara, apakah dia sudah move on sekarang?
Aku akan selalu ada untukmu, Rai. Kapan pun itu, aku gak mau melihatmu terluka lagi.
Aksa POV End
♡♡♡

KAMU SEDANG MEMBACA
History Balin
Teen FictionTentang sebuah rasa, kekeluargaan, kebersamaan, perjuangan dan sebuah mimpi bersama.♡ Cover by @ttmdesignart